Optika.id - Bismillah, 3 hari sudah berlalu sejak peristiwa yang terjadi usai laga sepak bola pada hari Sabtu yang kelabu di selatan kota Surabaya. Banyaknya manusia yang meregang nyawa di Sabtu kelabu itu membuat kita sejenak melupakan tensi tinggi pertemuan dua kota. Adalah sebuah hikmah bahwa setelah peristiwa itu membuat trigger terbukanya banyak hati yang tidak ingin lagi memupuk rasa benci.
Hilangnya ratusan nyawa adalah peringatan Tuhan agar semua berbenah, semuanya. Hierarki pertanggungjawaban juga harus jelas agar peristiwa serupa tidak terulang lagi. Broadcaster, federasi, operator, panpel, pihak pengamanan bahkan juga suporternya harus berbenah.
Baca juga: Duel Tim Papan Bawah, Persikabo Akan Jamu Persebaya Surabaya Besok!
Kembali ke hubungan dua kota yang terimbas langsung, rasa bela sungkawa yang memercikkan asa damai. Perdamaian adalah mulia, apalagi perdamaian yang tercipta dari kesadaran masing-masing untuk mengakui andil kesalahan baik ucapan maupun tindakan yang selama ini menghambat terbukanya pintu kondusifitas menuju perdamaian.
Perdamaian tidak bisa dihasilkan oleh lagu-lagu dibunuh saja karena memang tidak ada sepak bola yang senilai dengan nyawa.
Satu lagi yang mungkin masih mengganjal adalah tindakan penyerangan kepada armada yang dinaiki tim dan official kami saat meninggalkan tempat laga. Begitu hebatnya hingga ada beberapa official kami yang juga mengalami trauma. Bagi kami tindakan seperti itu adalah BIG NO! Alhamdulillah, takdir ALLAH SWT yang menyelamatkan nyawa mereka melalui pengamanan yang ketat. Tidak bisa dibayangkan jika ada satu saja anggota official tim kami yang terluka maka kemarahan itu akan tersemai lagi di dada kami.
Masih segar dalam ingatan bagaimana tahun 1995 saLah satu pemain kami harus kehiLangan satu bola mata sesaat meninggalkan Gajayana setelah melawat dan bertemu tim lain tuan rumah. Teringat juga 1992 di tempat dan tuan rumah yang sama, panasnya tensi dan intimidasi juga perasaaan dikerjai memaksa kami seminggu sesudahnya turun ke Tri Dharma.
Sekali lagi berdamai dengan diri sendiri dan mau mengakui kesalahan adalah sikap mulia yang meringankan langkah menuju kondusifitas bersama. Seperti kami yang juga tetap berusaha berbenah, harapan kami agar kalian juga berbuat sama, bukan lagi demi kita tapi demi anak-anak kita.
Takdir Tuhan jika memang ada perdamaian maka akan ada perdamaian dan tak seorangpun yg bisa menghentikan itu, tapi takdir tak akan turun begitu saja jika manusianya tidak berusaha mewujudkannya. Perdamaian terwujud setelah adanya kedamaian, kedamaian kolektif tercipta dari kedamaian persona, kedamaian personal lahir dari mereka yang sudah bisa berdamai dengan diri mereka sendiri, mereka yg sudah memaafkan masa lalu yang tidak bisa diubah dan mengakui kesalahan jika punya andil di dalamnya.
Baca juga: Persebaya Kembali Menelan Kekalahan di Kandang Sendiri!
[caption id="attachment_42756" align="aligncenter" width="768"] Karangan bunga dari Green Nord'27 Tribune untuk korban Tragedi Kanjuruhan. (Twitter Green Nord'27)[/caption]
Akhirul kalam "syariat" sebagai Bonek tetaplah mendukung Persebaya takkan berubah dan semoga selalu terjaga.
Selasa, 4 Oktober 2022
Warung Kopi Pinggir Kali Karanggayam Sidoarjo
Baca juga: Persebaya Targetkan Raih Tujuh Poin dalam Tiga Laga Mendatang
Oleh: Cak Tulus Bonek (Pendukung setia Persebaya Surabaya)
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi