Belajar Makna Tanggung Jawab dari Pemerintah Inggris

Reporter : Seno
IMG-20221021-WA0007

[caption id="attachment_19035" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Ruby Kay[/caption]

Optika.id - 8 juli 2022, Boris Johnson si perdana menteri Inggris yang rambutnya seperti tak pernah disisir itu mengundurkan diri.

Baca juga: Langkah Anies di Antara Politisi Tua

Faktor utama yang membuat Boris Johnson resign sebagai PM adalah kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh Chris Pincher yang menjabat sebagai deputy chief whip. Bisa dianalogikan ini adalah jabatan strategis setingkat menteri yang bertugas mengatur kontribusi partai di parlemen Inggris.

Kronologisnya begini, sebelum Chris Pincher ditunjuk sebagai deputy chief whip, beberapa kolega Boris Johnson di partai konservatif telah mengingatkannya.

"Lu pikir baik-baik bro. Si Pincher itu memang pinter, tapi track recordnya buruk. Tahun 2019, dia pernah terlibat skandal pelecehan seksual. Banyak orang sudah melaporkan kelakuan bejatnya," ujar rekan Boris mewanti-wanti.

Namun Boris Johnson acuh tak acuh dengan saran teman-temannya. Ia tetap menunjuk Chris Pincher untuk memegang jabatan bergengsi di pemerintahan Inggris.

29 juni 2022, dua bulan setelah ditunjuk sebagai deputy chief whip. Dalam sebuah acara pesta yang diadakan oleh parlemen Inggris, Pincher melakukan pelecehan seksual kepada dua orang pria normal. Yup, si homoseksual kembali berbuat cabul. Pelecehan itu diketahui dan dilihat oleh beberapa anggota parlemen, tercium wartawan kemudian jadi headline.

Tak lama setelah skandal itu jadi bahan konsumsi publik, Chris Pincher mundur dari jabatannya. Teman-teman Boris di partai Konservatif sangat malu dan kecewa.

"Lu uda gue ingetin ngeyel sih! Ekonomi lagi gonjang-ganjing, pemerintahan kita ditimpa skandal pelecehan seksual lagi. Rakyat jelas marah. Gue mundur ajalah kalau begini," ujar kolega Boris Johnson.

Maka gelombang resign para pejabat di Inggris terjadi secara massal. Tercatat 53 orang menteri dan pejabat parlemen Inggris mengundurkan diri hanya dalam waktu seminggu.

Kehilangan kepercayaan dari koleganya sendiri di partai Konservatif, membuat Boris Johnson akhirnya juga ikut mengundurkan diri.

Setelah terjadi kekosongan pimpinan eksekutif selama beberapa bulan, 6 september 2022, parlemen Inggris menunjuk Liz Truss sebagai perdana menteri menggantikan Boris Johnson. Target kerja yang dibebankan kepadanya hanya satu, benahi ekonomi Inggris yang sedang terpuruk.

Baca juga: Aisyah dan Pernikahan Zaman Dahulu

Saat diangkat sebagai perdana menteri di awal bulan September 2022, angka inflasi di Inggris bulan juli adalah 9,8%. Sedangkan dibulan Agustus meningkat jadi 9,9%.

Awal bulan Oktober, badan pusat statistik Inggris mengeluarkan laporan terkini. Inflasi bulan September tercatat 10,1%.

Kamis 20 oktober 2022, bertempat di rumah dinas perdana menteri di Downing Street, Liz Truss mengumumkan pengunduran dirinya secara resmi. Liz tercatat sebagai perdana menteri Inggris yang menjabat dalam waktu paling singkat, hanya 6 minggu.

"Saya mengakui tidak dapat melaksanakan mandat dari partai Konservatif untuk membenahi ekonomi Inggris. Sebagai bentuk pertanggung jawaban, dengan ini saya resmi mengundurkan diri" ujarnya dengan sedikit terbata-bata.

Konklusi:

Dari Boris Johnson dan Liz Truss kita bisa mengetahui bagaimana etika politik yang dikedepankan oleh para pejabat Inggris.

Baca juga: Kita, Orba dan Medali Emas Olimpiade Pertama

Bukan Boris Johnson yang melakukan pelecehan seksual, tetapi bawahannya. Namun secara gentleman ia mengakui kalau telah keliru menunjuk Chris Pincher sebagai pejabat publik. Seharusnya sejak awal ia mendengar saran para koleganya dipartai Konservatif.

Inflasi di Inggris dari bulan agustus ke september melonjak 0,2%. Bagi pejabat di Indonesia, angka segitu bukan hal yang perlu dicemaskan. Mereka masih bisa cengengesan, ketawa-ketiwi dan tidur pulas tanpa beban.

Lain hal dengan pejabat di Inggris. Dimata mereka, 0,2% merupakan kenaikan inflasi yang sangat signifikan. Liz Truss merasa gagal karena dengan segala kebijakan yang telah dibuat saat berkuasa selama 6 minggu, ia tetap tak bisa menurunkan angka inflasi.

Sulit menemukan pejabat seperti Boris Johnson dan Liz Truss di Indonesia. Walau inflasi telah naik lebih dari 2%, nilai rupiah terhadap dollar melemah, angka pengangguran bertambah, tak ada satupun pejabat RI yang berani mengundurkan diri.

Adab dan etika politik pejabat Inggris dan Indonesia memang sangat berbeda.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru