Dampak Gagal Bayar Utang Amerika Serikat

Reporter : optikaid
Dampak Gagal Bayar Utang Amerika Serikat

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Alumni Universitas Airlangga dan University of London,

Pemerhati isu-isu sosial ekonomi

Orang awam kadang bertanya, kenapa satu negara gagal bayar utangnya kepada pihak lain, tapi negara-negara lain kena getahnya. Sebagai contoh, pada akhir Desember 2009 negara Yunani gagal bayar utang atau disebut default, maka terjadi efek domino pada Masyarakat Ekonomi Eropa,  satu demi satu berguguran perekonomiannya misalnya Irlandia, Spanyol, Itali dan pada waktu di khawatirkan merembet ke negara anggota yang ekonomi besar seperti Jerman dan Perancis; karena negara-negara itu pembeli terbesar sekuritas keuangan Yunani. Pemerintah Yunani dalam meminjam uang kepada pihak lain menerbitkan sekuritas keuangan seperti obligasi. Negara-negara lain juga pihak perbankan internasional yang membeli obligasi itu langsung menderita kerugian manakala Yunani ternyata tidak bisa bayar utangnya karena pihak-pihak tadi tidak memperoleh hasil (bunga) dari obligasi. Kejadian di Yunani itu sekarang melanda Amerika Serikat.

Baru-baru ini di parlemen Amerika Serikat terjadi perdebatan sengit dalam pembahasan tentang utang negara adi daya ini dan usulan pemerintahan presiden Joe Biden agar parlemen/Kongres Amerika Serikat menyetujui usulan menaikkan aturan batas utang negara (Debt Limit atau Debt Ceiling), yaitu aturan yang membolehkan negara untuk meminjam uang kepada pihak lain dengan mengeluarkan obligasi dan surat berharga lainnya.. Seperti diduga partai Republik yang beseberangan dengan partainya pemerintah yaitu partai Demokrat menolak usulan itu. Kalau betul-betul tidak ada kompromi maka pemerintah Amerika Serikat gagal tidak bisa membayar utangnya (default) dan ini kejadian pertama kali dalam sejarah Amerika Serikat.

Per 1 Oktober 2021, batas htang pemerintah AS adalah US$ 28,8 triliun. Dengan asumsi US$ 1 setara dengan Rp 14.315 seperti kurs tengah Bank Indonesia (BI) 1 Oktober 2021, jumlah itu menjadi Rp 412.272 triliun. "Kita bisa jatuh ke krisis keuangan. Default juga akan membuat suku bunga lebih tinggi bagi siapapun yang mengakses kredit," tegas Janet Yellen, Menteri Keuangan AS, di hadapan Komite Jasa Keuangan House of Representatives, seperti dikutip dari Reuters.

Perlu kita fahami apa perbedaan antara deficit anggaran tahunan pemerintah (budget deficit atau fiscal deficit) dan utang federal yang belum dibayar, yang dikenal dalam terminologi akuntansi resmi sebagai utang publik nasional. Sederhananya, pemerintah federal menghasilkan defisit anggaran setiap kali menghabiskan lebih banyak uang daripada yang dibawa melalui kegiatan yang menghasilkan pendapatan. Kegiatan ini termasuk pajak individu, perusahaan, atau cukai. Untuk beroperasi dengan cara pengeluaran lebih dari yang diperolehnya, Departemen Keuangan AS harus mengeluarkan tagihan  surat-surat berharga atau sekuritas keuangan (Treasury dan obligasi.) Produk Treasury ini membiayai defisit dengan meminjam dari investor, baik domestik maupun asing. Sekuritas Treasury ini juga dijual ke perusahaan, lembaga keuangan, dan pemerintah lain di seluruh dunia (beberapa negara maju adalah pembeli terbesar sekuritas keuangan Amerika Serikat antara lain Jepang, Cina , Inggris dll). dengan menerbitkan jenis sekuritas ini, pemerintah federal dapat memperoleh uang tunai yang dibutuhkan untuk menyediakan layanan pemerintah. Untuk membuat analogi, defisit fiskal atau anggaran adalah pohon, dan utang nasional adalah hutan.

Untuk melihat berapa besarnya sekuritas keuangan dalam bentuk obligasi yang dikeluarkan AS; ternyata itu tidak main-main besrnya. Pada 2018, rata-rata nilai perdagangan US Treasury Bonds mencapai US$ 547,8 miliar per hari. Jumlah itu setara dengan Rp 7.841,76 triliun. Sebagai gambaran, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2020 adalah Rp 15.434,2 triliun. Artinya nilai perdagangan obligasi pemerintah Negeri Paman Sam dalam sehari hampir separuh dari total ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Sekarang bayangkan kalau AS gagal membayar kewajiban kepada para pemegang obligasi tersebut. Pasar yang nilainya hampir separuh dari perekonomian Indonesia bakal runtuh. Keruntuhan di pasar obligasi akan merambat ke pasar saham, valas, komoditas, dan sebagainya. Pasar keuangan dunia hancur lebur.

Para ekonomi madzab Keynesian percaya bahwa utang itu bermanfaat untuk menjalankan defisit transaksi berjalan untuk meningkatkan permintaan agregat dalam perekonomian. Sebagian besar neo-Keynesian mendukung alat kebijakan fiskal seperti pengeluaran defisit pemerintah hanya setelah kebijakan moneter terbukti tidak efektif dan suku bunga nominal telah mencapai nol. Sementara Ekonom sekolah Chicago dan Austria berpendapat bahwa defisit pemerintah dan utang merugikan investasi swasta, memanipulasi suku bunga dan struktur modal, menekan ekspor, dan secara tidak adil membahayakan generasi mendatang baik melalui pajak atau inflasi yang lebih tinggi.

Bagi kita di Indonesia kalau melihat kejadian di AS ini jangan merasa kita aman-aman saja bila membandingkan jumlah utang negara kita yang mencapai Rp 5.000 6000 trilliun dengan utang AS yang lebih dari Rp 400 ribu trilliun; rasanya utang kita kecil. Tapi perlu diingat besarnya perekonomian kita sangat jauh dibandingkan dengan AS, dengan demikian utang kita yang sepertinya hanya Rp 5 ribu trilliun itu sebenarnya sudah dalam status menggunung. Dan harus diingat bahwa utang negara itu pada akhirnyanya membebani rakyat.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Berita Terbaru