Kondisi Gizi Masyarakat Bergantung Pada Status Ekonomi

Reporter : Uswatun Hasanah
seafood-dinner-ge75c0d9c0_1920

Optika.id - Sebagai upaya orang tua agar anak bisa mendapatkan nutrisi optimal untuk tumbuh kembangnya yakni memberikan makanan sehat dan bergizi sebagai asupan sehari-hari keluarga. Ironisnya, hal tersebut masih belum bisa dilakukan sepenuhnya oleh orang tua di Indonesia. adapun salah satu penyebabnya yakni status ekonomi masyarakat yang masih rendah.

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) di tahun 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa anak-anak di Indonesia masih mengalami kerawanan akses terhadap makanan sehari-hari.

Baca juga: Kesehatan dan Alkohol: Apa yang Harus Anda Ketahui?

Kondisi tersebut juga diperburuk dengan naiknya harga BBM diikuti dengan naiknya harga bahan pokok dan pangan, serta inflasi ekonomi, sehingga daya beli masyarakat terhadap bahan pangan, khususnya protein hewani berkurang.

Kondisi itu diperburuk dengan kenaikan harga bahan pokok dan pangan, imbas dari inflasi dan kenaikan BBM, sehingga daya beli masyarakat terhadap bahan pangan, khususnya protein hewani berkurang. Akibatnya, angka stunting di Indonesia terus terasa sulit diturunkan.

Pada tahun 2018 Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga melaporkan hal serupa. Bahwa negara-negara yang memiliki kondisi ekonomi yang baik mempunyai nilai yang tinggi pada status kesehatan setiap individunya, sementara angka kematian akan terjadi lebih tinggi di negara dengan penghasilan rendah.

Hal itu menunjukkan bahwa kondisi suatu negara dengan masyarakat berekonomi buruk dapat mempengaruhi kondisi gizi dan kesehatan masyarakat, termasuk anak-anak.

Menanggapi hal tersebut, pakar ekonomi kesehatan dari ikatan Ekonomi Kesehatan Indonesia, Mutia A. Sayekti mengatakan jika permasalahan malnutrisi dan gizi memang saling berkaitan erat dengan status ekonomi suatu negara.

Maka dari itu, ketahanan gizi dan pangan dapat tercapai jika setiap orang memiliki akses terhadap makanan yang cukup, aman, dan bergizi sesuai dengan kebutuhan diet untuk mencapai hidup sehat dan produktif.

Baca juga: Kenali Penyebab Kesemutan pada Wajah dan Waktu yang Tepat untuk Konsultasi

"Dalam skala rumah tangga, ketahanan pangan dapat dimulai dengan memastikan keluarga mengonsumsi gizi seimbang. Orang tua dapat membuat skala prioritas dalam pengeluaran belanja dengan mengutamakan kebutuhan yang esensial seperti pangan sehat dan bergizi untuk anak dan anggota keluarga mereka," tutur Mutia dalam keterangannya, Selasa (1/11/2022).

Oleh sebab itu, dia menyarankan agar masyarakat Indonesia harus membiasakan diri melakukan perubahan terkait perbaikan gizi dan pangan. Caranya yakni berkomitmen untuk melakukan hidup sehat sesuai dengan kemampuan serta merencanakan menu per minggu dengan konsep Isi Piringku.

Melalui konsep tersebut, Mutia berharap agar masyarakat mempertimbangkan konsumsi makanan anak di luar rumah, mengetahui kebutuhan nutrisi keluarga, serta merencanakan dan membuat anggaran khusus dalam belanja bahan makanan.

Data SSGI di 2021 sendiri menyatakan prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4n masih berada di atas batas WHO. Sementara prevalensi berat badan kurang mengalami peningkatan di tahun yang sama, dari yang sebelumnya 16,3% menjadi 17%.

Baca juga: 5 Perubahan Warna Lidah yang Mengungkap Kondisi Kesehatan Anda

Sedangkan pemerintah sendiri menetapkan stunting sebagai prioritas nasional dengan menargetkan penurunan angka stunting menjadi 14% di 2024.

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru