Optika.id - Pakar Psikologi Unair, Atika Dian Ariana menyebutkan bahwa berbagi cerita atau curhat bisa menjadi obat bagi kesehatan mental. Menurutnya, jika masalah terlalu banyak menumpuk di pikiran akan membuat pikiran semakin stres.
Masalah itu bertumpuk di kepala dan terpaku pada persoalan itu menjadikan kita seperti terokupasi atau bahasa sekarang itu overthinking atau stress, ujar Atika, Minggu (31/12/2022).
Dia menambahkan bahwa masalah yang bertumpuk lambat laun akan menjadikan pikiran menjadi jenuh dan menimbulkan stres. Hal ini terjadi karena kemampuan diri yang tak sebanding dengan tekanan yang dialami.
Dosen Fakultas Psikologi Unair tersebut juga mengungkapkan tentang dampak kesehatan dan psikis yang dapat timbul bagi seseorang yang stres karena menahan cerita. Beberapa diantaranya adalah daya tahan tubuh, konsentrasi yang menurun dan peningkatan sensitivitas.
Gejala kesehatan yang timbul seperti daya tahan tubuh menurun, mudah lelah, serta penurunan kekuatan otot kaki. Sedangkan pada psikis akan sulit berkonsentrasi, semangat menurun dan semakin sensitif. Seperti mudah marah dan muncul perasaan kesepian. Padahal itu terjadi karena kita menolak untuk berbagi cerita, ungkapnya.
Membuka Perspektif Baru
Atika juga menjelaskan bahwa masalah berat yang sedang dipikirkan memang menjadi salah satu hal yang menakutkan bagi seseorang. Terutama dalam memikirkan jalan keluar dari permasalah tersebut.
Namun, dengan curhat, orang tersebut bisa mendapat berbagai perspektif baru dari berbagai solusi yang mungkin dapat dicoba. Sebab, walaupun orang lain memberikan sarannya, tetapi diri sendirilah yang akan mengeksekusi hal tersebut.
Dengan membagikan cerita, kita akan memiliki perspektif berbeda dari apa yang dialami, melihat persoalan lebih objektif. Namun bagi orang yang diam saja, pintu solusi mungkin akan tertutup karena terpaku pada perspektif yang kita gunakan, ujarnya.
Perasaan Lega
Selain membuka perspektif baru bagi masalah yang dihadapi, seseorang akan merasakan perasaan lega setelah bercerita. Sebab, masalah yang lama terpendam akhirnya dapat dikeluarkan dari pikirannya.
Akan ada efek lega dari apa yang kita pendam selama ini, tuturnya.
Hilangkan Trust Issue
Beberapa individu mungkin tidak ingin bercerita pada orang lain karena rasa percaya terhadap orang lain. Trust Issue dapat terjadi pada orang dengan pengalaman kurang menyenangkan dalam berelasi.
Pada umumnya, seseorang yang mengalami trust issue akan menganggap dirinya sendiri kurang berharga. Menurut Atika, individu tersebut perlu membangun kepercayaan dirinya terlebih dahulu.
Yang perlu dibangun adalah untuk percaya diri bahwa dirinya cukup layak dan berharga. Sehingga ia akan memiliki daya untuk membangun rasa percaya pada orang lain secara perlahan, ujar Atika.
Dia menyebutkan, cara untuk membangun rasa tersebut yaitu melalui afirmasi, evaluasi yang berimbang dan memberikan kalimat positif bagi diri sendiri.
Temukan Orang yang Tepat
Pengalaman komunikasi yang buruk di masa lalu dengan orang lain dapat menjadi media dalam mengevaluasi diri sendiri. Salah satu caranya yaitu komunikasikan kekhawatiran pada pasangan.
Sebagai dukungan awal, pasangan perlu tau sehingga bersama bisa berprogress untuk relasi yang sehat. Sebelum suatu krisis terjadi kita punya pilihan yang nyaman untuk bercerita termasuk keluarga, sahabat, pacar, teman sebaya, maupun teman dekatmu, tuturnya.
Atika menambahkan, jika memang tidak memiliki seseorang yang dirasa tepat. Maka, menggunakan teknologi informasi bisa menjadi pilihan. Pasalnya, saat ini ada berbagai layanan kesehatan mental digital yang dapat diakses melalui perangkat komunikasi.
Pun jika tidak ada kita bisa buat simple, banyak sekali yang bisa dipakai seperti layanan konseling online yang dapat dipakai kapanpun dan dimanapun. Tak perlu memaksakan pada yang kita kenal, jelasnya.
Lebih dari itu, Atika berharap masyarakat dapat memanfaatkan layanan kesehatan mental yang ada karena kesehatan mental merupakan tanggung jawab diri sendiri.
Editor : Pahlevi