Banyak Industri Modern, Perajin Anyaman Bambu Lamongan Masih Bertahan

Reporter : Danny

Optika.id - Seiring dengan perkembangan zaman dan gencarnya dunia industri modern, para perajin anyaman bambu harus bekerja keras menghadapi gencarnya tekanan industri, tak terkecuali para perajin yang berada di Kabupaten Lamongan.

Baca juga: Rancang Perubahan Kebijakan Umum, APBD dan KUA Lamongan 2024 Disetujui!

Salah satunya Mina, perempuan perajin peralatan rumah tangga berbahan bambu di Lamongan menyampaikan, dirinya sudah puluhan tahun memproduksi kerajinan anyaman bambu. Ia menyebut, pekerjaan ini dilakukan secara turun-temurun oleh keluarganya.

Sebenarnya dari dulu sudah ada, diwariskan, saya mengawali membuat anyaman bambu ini kira-kira sejak tahun 1980an, ujar Mina, perajin asal Dusun Dunglaban, Desa Sukosongo, Kecamatan kembangbahu, Lamongan, Selasa (24/1/2023).

Saat ini, Mina menjelaskan, jumlah perajin anyaman bambu di desanya sudah tidak lagi sebanyak dulu dan semakin menyusut. Pasalnya banyak perajin yang meninggalkan profesinya lantaran tuntutan ekonomi.

Bahan baku juga sekarang lebih susah. Harganya juga tidak seperti dulu. Banyak yang berhenti. Saya saat ini membuat anyaman bambu berupa kukusan, kalau dulu banyak, ada banyak peralatan rumah tangga yang dibuat, terangnya.

Diketahui, kukusan adalah salah satu peralatan rumah tangga tradisional yang digunakan untuk menanak nasi. Mina bersyukur, kerajinan anyaman kukusan itu hingga kini masih diminati dan mampu bersaing dengan alat-alat modern dari pabrikan.

Alhamdulillah, saya masih terus produksi, kadang juga menerima pesanan dari luar Lamongan, imbuhnya.

Lebih lanjut dirinya berharap, nantinya akan ada banyak perajin anyaman yang meneruskan profesinya, sehingga kerajinan ini tidak hanya sekadar meninggalkan cerita dan nama saja.

Baca juga: Cabuli Adik di Bawah Umur, Pria Lamongan Ditangkap!

Semoga bisa diteruskan anak cucu kita, harapnya.

Hal senada juga dikatakan oleh Sukijan, perajin anyaman bambu lainnya yang masih satu desa dengan Mina. Ia mengaku, masih terus berupaya untuk memproduksi kerajinan anyaman bambu untuk mencukupi kebutuhan sehari-sehari.

Berbeda dengan Mina, kakek berusia 60 tahun itu memproduksi anyaman bambu berupa sesek. Meski sudah tak lagi seproduktif dulu, namun Sukijan masih bertahan untuk menjajakan hasil kreasinya kepada para pelanggan setianya.

Membuat anyaman sesek dibantu istri saya. Tapi sekarang produksinya sudah tidak lagi sebanyak dulu. Karena ya faktor usia dan tenaga yang semakin menurun, ucapnya.

Baca juga: FPPJ Lamongan Deklarasi Tolak Hasil Pemilu 2024

Agar dagangan anyaman seseknya bisa laris terjual, Sukijan rela berjalan kaki dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Hal itu ia lakukan sudah berpuluh-puluh tahun lamanya.

Saya jual keliling kampung dengan berjalan kaki, tapi akhir-akhir ini kaki saya juga sering sakit dan tak lagi bisa berjalan jauh seperti dulu. Anyaman ini biasanya juga diambil oleh pengepul, bebernya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Siti Rubikah menyampaikan, pihaknya terus berupaya untuk mempromosikan hasil kerajinan anyaman bambu melalui beberapa even yang diselenggarakan oleh instansi pemerintahan maupun komunitas.

Kerajinan anyaman bambu ini termasuk kearifan lokal yang dimiliki oleh Lamongan. Ini harus terus dipertahankan dan ke depannya semoga semakin bisa dikembangkan agar mampu menggerakkan roda perekonomian. Kita kenalkan juga kepada para generasi penerus saat ini, jelasnya.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru