Optika.id - Melki Sedek Huang, Ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) UI (Universitas Indonesia) mengungkapkan aksi damai di UI kemarin untuk kasus meninggalnya Akseyna.
Baca juga: Dirasa Janggal, Dewan Guru Besar UI Bentuk Tim untuk investigasi Gelar Doktor Bahlil Lahadalia
"Sekarang kami sedang berhadapan dengan dua masalah internal, perihal kasus Akseyna yang masih tanpa titik terang dan biaya pendidikan yang luar biasa tidak transparan," kata Melki pada Optika.id, Sabtu (1/4/2023).
"Diselenggarakannya aksi di depan Danau Kenangan UI pada Jumat (31/3/2023), adalah puncak dari kekecewaan dan kesedihan kami sebagai mahasiswa UI. Pimpinan UI yang kami harapkan sebagai ayah kami di kampus, seharusnya mampu untuk bersuara ketika anaknya dalam masalah juga mampu untuk bersikap dan bertindak jika mahasiswanya dalam bahaya," imbuhnya.
Rektor, Wakil Rektor, dan segenap pimpinan di UI sekarang, kata Melki, tentu amat jauh dari predikat pimpinan kampus yang baik, malah lebih cocok disebut pimpinan kampus yang bobrok, tidak komunikatif, dan tidak berpihak pada kepentingan mahasiswa.
"Rektor kami, Prof. Ari Kuncoro, adalah orang yang hobi berdiam diri dan menutup mata, telinga, mulut jika mahasiswa datang beri aspirasi. Sepanjang sejarah, Rektor UI hari ini tercatat sebagai rektor terburuk dalam komunikasi dengan mahasiswanya, serta yang paling tidak disukai mahasiswa," tegas Melki.
Baca juga: Peneliti: Belum Ada Penelitian yang Membuktikan Air Dalam Galon Berbahaya
"Wakil Rektor kami, Prof. Abdul Haris, adalah satu-satunya orang yang mau ditemui keluarga Alm. Akseyna (mahasiswa UI yang meninggal di Danau UI 8 tahun lalu) jika datang ke UI, tetapi nyatanya hingga hari ini tidak pernah berhasil untuk ditemui. Hal ini tentu bukan tanpa alasan, Prof. Abdul Haris adalah Dekan dari Akseyna ketika meninggal dunia, yang anehnya malah diam tentang kasus meninggalnya Akseyna ketika naik jabatan menjadi Wakil Rektor," sambungnya.
Meninggalnya Akseyna, kata Melki, masih tak menemui titik terang. Aparat penegak hukum tak mau selesaikan perkara dan pimpinan kampus UI tak mau kuatkan juga buka suara. Hobi cari aman dan tak perjuangan keadilan bagi mahasiswa adalah tindakan yang selalu dilakukan pimpinan kampus UI.
Baca juga: 8 Lulusan Universitas Paling Mudah dapat Kerja Versi Quacquarelli Symonds Tahun 2022
"Kini, kami pun dihantui dengan masalah biaya pendidikan. Sistem penetapan biaya pendidikan di UI tahun ini berubah drastis, tak rasional, dan tak sedikitpun diinformasikan pada mahasiswa. Bukan tak mungkin akan banyak mahasiswa mendapat biaya pendidikan di luar kemampuannya. Bukan tak mungkin banyak mahasiswa tak jadi berkuliah di UI karena bobroknya sistem biaya pendidikan di UI yang sampai kini SK-nya masih ditutup-tutupi," jelasnya.
"Kami kecewa, kami marah. Prof. Ari Kuncoro, Prof. Abdul Haris, dan segenap pimpinan UI sudah kelewatan. Mahasiswa tak pernah jadi tuan rumah di kampusnya sendiri. Mahasiswa selalu dinomorduakan. Kepentingan pribadi selalu diutamakan. Jangan biarkan kami jadi malu berkuliah di UI," pungkasnya.
Editor : Pahlevi