Optika.id - Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mendorong masyarakat untuk meningkatkan minat baca dan literasi untuk menangkal disrupsi informasi.
Baca juga: Khofifah Ajak Warga Rawat Masjid Agar Peroleh Berkah Sehari-hari!
Khofifah menilai jika dua hal tersebut sangat diperlukan mengingat masyarakat, khususnya di kota lebih banyak menerima informasi dari media sosial.
Percepatan informasi media sosial saat ini nomor satu, karena masyarakat bisa mendapatkan informasi dengan cepat tanpa ada batasan jarak dan waktu. Namun, masyarakat juga harus terus melakukan cek dan kroscek tentang kebenaran berita dan informasi yang beredar, ujarnya, Senin (23/4/2023).
Dengan meningkatnya minat baca dan literasi, maka masyarakat tidak akan mudah terkena hoaks dan disrupsi informasi. Pasalnya, secara otomatis masyarakat akan mencari tahu terlebih dahulu terkait validitas informasi yang diterima.
Sudah banyak terjadi, disrupsi informasi dan berita hoax menyebabkan kesalah pahaman bahkan bisa berujung pada konflik sosial. Apalagi sebentar lagi memasuki tahun politik, sebut Khofifah.
Baca juga: PKB Masih Minim Sosok Calon untuk Pilkada Jatim 2024
Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut mengatakan, Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) masyarakat Jatim juga telah mengalami kenaikan. Pada 2022, TGM Jatim berada di angka 68,54. Angka ini meningkat dibanding tahun 2021 yakni 64,20.
Tahun lalu, Jatim bahkan mendapat penghargaan dari Perpustakaan Nasional sebagai provinsi dengan jumlah Perpustakaan Terakreditasi Terbanyak di Indonesia. Total perpustakaan yang terakreditasi dan mendapat sertifikat sebanyak 2.096.
Baca juga: Irwan PKS: DPD se-Jatim Siap Menangkan Khofifah-Emil
Perpustakaan-perpustakaan ini kami bangun untuk memfasilitasi masyarakat. Sehingga minat baca dan literasi masyarakat juga turut terdongkrak, aku Khofifah.
Diketahui, tanggal 23 April diperingati sebagai Hari Buku Sedunia. Di momen ini, Khofifah mendorong agar masyarakat Jatim meningkatkan minat baca dan literasi di era digital seperti saat ini untuk mencegah terjadinya disrupsi informasi.
Editor : Pahlevi