Tantangan Transisi Transportasi dari Bus Konvensional ke Bus Listrik

Reporter : Uswatun Hasanah

Optika.id - Pengamat Otomotif Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu menilai jika Indonesia masih harus menghadapi beberapa tantangan sebelum bisa benar-benar siap untuk beralih dari bus konvensional ke bus listrik sebagai moda transportasi publik.

Baca juga: PT Bank Mandiri Buka Lowongan Posisi Officer Development Program

"Sekarang kita sedang mengalami perubahan paradigma dari kendaraan konvensional yang menggunakan BBM ke kendaraan listrik. Dan terus terang saja, kalau kita bicara kendaraan listrik (dalam hal ini bus listrik), tantangan pertamanya itu adalah dicapital expenditureatau modal yang harus disiapkan," kata Yannes dalam keterangannya, Rabu (10/5/2023).

Yannes menilai, operator bus pada dasarnya telah siap untuk beralih menggunakan bus listrik. Namun yang menghambat yakni dari sisi permodalan.

Tantangan permodalan ini disebabkan oleh harga baterai yang merupakan salah satu komponen dalam kendaraan listrik, terbilang cukup mahal. Tak hanya di Indonesia saja, melainkan seluruh dunia juga mengalami problem serupa.

Hal tersebutlah yang membuat akselerasi kendaraan konvensional sulit untuk beralih ke kendaraan listrik, kecuali jika ada dukungan yang kuat dari segi finansial atau sistem keuangan.

"Atau adanya dukungan regulasi agar dari yang berhubungan dengan tarif ini bisa lebih murah," kata dia.

Baca juga: Bank BRI Kini Buka Lowongan, Lulusan S1 Bisa Daftar!

Lebih lanjut dirinya mengingatkan bahwa dari segi harga, bus listrik lebih mahal dua kali lipat dibandingkan dengan bus konvensional.

Kendati demikian, terlepas dari harga bus listrik dan printilannya yang tidak murah, banyak pemerintah kota yang saat ini mulai mempersiapkan transisi penggunaan bus dari konvensional ke listrik dan DKI Jakarta merupakan pelopornya melalui Transjakarta.

Pemerintah, menurut Yannes sebetulnya sudah membuat berbagai kebijakan maupun regulasi mengenai peralihan dari kendaraan konvensional menuju kendaraan listrik. Akan tetapi, dia menilai pemerintah masih dibebani dengan pekerjaan rumah yakni bagaimana agar kebijakan serta regulasinya dapat segera diimplementasikan dengan lebih baik.

Baca juga: Recruitment BUMN, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero)

Lebih lanjut, pemerintah juga harus mendukung BUMN secara sungguh-sungguh terkait dengan wacana migrasi kendaraan listrik secara besar-besaran yakni Pertamina dan PLN. Harapannya yakni antara kedua anak perusahaan BUMN tersebut bisa mempercepat kinerjanya dalam mempersiapkan infrastruktur kelistrikan serta baterai yang memadai di Indonesia.

"Ini kan ibaratnya perlu investasi yang sangat besar. Ini penting sekali karena terus terang kita kan baru mau mulai melangkah, jadi, kalau infrastrukturnya nggak kuat, kita akan lambat sekali atau sulit untuk masuk ke ekosistem kendaraan listrik," pungkasnya.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru