Optika.id - Saat ini, platform e-commerce tiktok shop telah memasuki tahap perkembangan yang begitu pesat.Dengan perluasan pasar Internet secara bertahap, semakin banyak pedagang memilih untuk mengembangkan pasar pada platform online, dengan harapan dapat membentuk posisi utama penjualan produk melalui penjualan online.
Baca juga: Capres Ramai Bikin TikTok Live, Bisa Gaet Suara Anak Muda?
Banyak merek juga mencari terobosan di platform e-commerce.Tujuan dari artikel ini adalah untuk menganalisis pengaruh platform e-commerce tiktok shop terhadap perilaku belanja konsumen dari perspektif mahasiswa yang menggunakan platform tiktok shop untuk berbelanja.
Di satu sisi, dari perspektif perilaku konsumen itu sendiri, mengeksplorasi peranperilaku konsumen dalam mempromosikan sistem pemasaran platform e-commerce.Untuk pengalaman berbelanja menekankan perlunya memperhatikan kebutuhan belanja konsumen dalam hal metode pemasaran, untuk membangun posisi pemasaran online.
Produksi barang pada platform tiktok shop umumnya menargetkan remaja sebagai tujuan utama.Umumnya, mereka ditawarkan dan diidentikkan dengan nama produk yang ditampilkan dalam iklan, yang mengarah pada konsumsi tanpa batas tanpa mempertimbangkan perilaku konsumtif.
Sungaji (2013) menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah mengkonsumsi suatu barang bukan karena kebutuhan fungsionalnya, tetapi karena tuntutan gengsi, status, atau sekedar gaya hidup.
Di sisi lain, ini adalah eksplorasi tentang cara menarik konsumen, mengubah waktu dan jumlah produk yang mereka beli, dalam platform belanja online tertentu, saat ini tiktok shop bahwa platform e-commerce tiktok shop dapat memainkan peran pemasaran secara efektif.
Mereka perlu mengidentifikasi kebutuhan belanja konsumen dan memungkinkan konsumen memperoleh pengalaman berbelanja baru melalui perang harga dan penggunaan waktu tertentu.
Alasan mengapa artikel ini menganalisis pengaruh platform e-commerce tiktok shop terhadap perilaku belanja konsumen dari perspektif perilaku konsumen mahasiswa adalah untuk lebih memahami bagaimana seharusnya platform e-commerce tiktok shop ini memfasilitasi kebutuhan konsumen, sehingga dapat menghadirkan pengalaman baru bagi pengguna layanan e-commerce ini.
Perilaku konsumtif itu sendiri merupakan bagian penting dari perilaku manusia. Maraknya masyarakat konsumen menjadikan konsumsi sebagai salah satu aktivitas manusia yang paling mendasar dalam aktivitas sosial, yang memiliki makna hakiki.Dengan terus berkembangnya tenaga-tenaga produktif, masyarakat manusia berangsur-angsur membentuk masyarakat konsumen yang semakin sempurna.
Konsumsi lambat laun telah menjadi semacam ideologi masyarakat dan salah satu cara penting bagi masyarakat untuk memperoleh kebahagiaan. Dalam proses terus meningkatkan perkembangan teknologi, ilmu perilaku konsumen juga terus berinovasi dengan perkembangan produktivitas sosial.
Terutama dalam beberapa tahun terakhir, dengan munculnya era Internet, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang gencar, munculnya platform e-commerce tiktok shop telah membuat studi tentang perilaku konsumen menjadi lebih spesifik, dan peran perilaku konsumen dalam mempromosikan sistem pemasaran produk.Hal ini membuktikan bahwa platform e-commerce tiktok shop menjadi semakin komprehensif.
Platform e-commerce itu sendiri perlu mengandalkan kebiasaan belanja konsumen untuk mempromosikan pengiriman produk, dan pemasaran platform e-commerce mencakup banyak aspek.
Karena ini bukan penjualan tatap muka, platform e-commerce tiktok shop perlu memberi perhatian ekstra pada kebutuhan pelanggan, dan kualitas layanan perlu ditingkatkan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan membangun terminal layanan yang komprehensif.
Berdasarkan analisis data yang disesuaikan dengan situasi belanja pengguna, terutama dikalangan mahasiswa, sehingga dapat membawa informasi yang relevan di platform tiktok shop ini.
Atas dasar memahami kebutuhan pembelian pelanggan, promosi produk dan harga serupa membuat riset pasar lebih luas melalui perilaku konsumen, memberikan kondisi dukungan untuk memperhatikan perilaku konsumen, dan mempromosikan pengembangan platform e-commerce.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Sumber penelitian ini diambil berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Beberapa sumber penelitian didapatkan dari sumber yang sesuai dengan topik penelitian ini. Sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder, dimana data sekunder dikumpulkan melalui buku teks, jurnal ilmiah, e-book, website, peraturan perundang-undangan, dan sumber lain yang relevan dengan masalah penelitian.
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dari beberapa sumber primer dan sekunder. Sumber data yang berasal dari data sekunder dikumpulkan melalui buku teks, jurnal ilmiah, e-book, website, peraturan perundang-undangan, dan sumber lain yang relevan dengan masalah penelitian.
Sedangkan untuk kegiatan dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan secara interaktif dan berkesinambungan hingga selesai yang dijabarkan dalam empat langkah. Keempat langkah tersebut meliputi pengumpulan data (data collection), reduksi data, display data (penyajian data), dan penarikan kesimpulan/verifikasi kesimpulan dan verifikasi).
Era informasi dan pengetahuan menyaksikan transformasi besar dalam teknologi informasi dan komunikasi, yang mengakibatkan perubahan mendasar dalam pola berpikir dan perilaku baik produsen maupun konsumen.Salah satu aspek dari metamorfosis ini adalah pergeseran aturan persaingan, serta cara dan cara kerja.
E-commerce adalah salah satu revolusi komersial yang paling menonjol dan berpengaruh, memungkinkannya menjadi sektor dan aktivitas dominan di banyak negara maju.(Bindaoudia dan Mnawar, 2014).
Konsep e-commerce terus diperbarui dan selalu dipengaruhi oleh teknologi modern.E-commerce dianggap sebagai salah satu perkembangan global paling signifikan yang telah memaksakan dirinya dengan kuat selama sepuluh tahun terakhir, dan sejak itu menjadi salah satu pilar sistem ekonomi baru yang berfokus pada penggunaan Internet dan e-commerce secara bersamaan.perdagangan.Kemunculan Internet sebagai salah satu teknologi komunikasi modern yang paling penting telah sangat membantu promosi dan pertumbuhan e-commerce, dan organisasi bisnis telah mengakui nilai e-commerce dalam meningkatkan daya saing, memasarkan produk dan layanan, dan memberikan informasi instan kepada pelanggan.dan konsumen.(Chiao & Connie, 2016).
Seperti yang ditunjukkan Kaplan (2020), kontribusi Fintech yang paling signifikan terhadap e-commerce global adalah mengubah dan meningkatkan sistem pembayaran online, terutama di negara-negara di mana konsumen tidak memiliki kartu kredit atau debit atau rekening bank, di mana (fin-tech)telah memperkenalkan metode pembayaran alternatif.
Gambar 1. Analisis Deskriptif Persentase E-commerce
Berdasarkan penelitian data deskriptif, hasil data persentase menyatakan bahwa Indonesia memiliki tingkat penggunaan e-commerce tertinggi di dunia, dengan 90% pengguna berusia 16-64 tahun membeli produk dan layanan secara online.Jumlah visitor setiap bulan di e-commerce tiktok adalah 126.996.000.Tiktok shop sendiri paling banyak diakses melalui mobile 52,4 persen dan desktop 11,3 persen, dengan rata-rata durasi kunjungan 6 menit 30 detik.
Toko Tiktok memang berada di posisi 2 besar sebagai e-commerce yang memimpin pangsa pasar Indonesia, namun tidak menjamin kepuasan pengguna.Masih banyak kasus keluhan terhadap kualitas aplikasi e-service Tiktok, hal ini membuat konsumen tidak puas dengan layanan yang diberikan dan dapat mengakibatkan turunnya loyalitas pengguna Toko Tiktok.Kepuasan pelanggan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh penyedia jasa karena kepuasan dapat membentuk suatu loyalitas pelanggan terhadap penggunaan jasa tersebut (Kotler dan Armstrong, 2018:44).
Baca juga: 5 Cara Ini Bisa Kamu Coba untuk Download Video Tiktok Tanpa Watermark
Kualitas e-service pada aplikasi Toko Tiktok masih belum optimal dikarenakan adanya keluhan pengguna saat menggunakan aplikasi.Keluhan yang disampaikan oleh pengguna aplikasi Tiktok di Play Store review menunjukkan masih adanya permasalahan terkait kualitas e-service di aplikasi Tiktok.
Gambar 2. Analisis Deskriptif Persentase Perilaku Konsumtif
Pola konsumsi pada mahasiswa tentu berbeda-beda.Dalam hal ini, pola konsumsi yang dimaksudkan adalah pengeluaran rutin atau tidak rutin untuk pembelian barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Tidak hanya menghabiskan uang untuk makan, mahasiswa juga menghabiskan uang untuk hal-hal lain yang bukan makanan, seperti pendidikan dan transportasi.Jika jumlah pembelian produk terus meningkat, konsumen akan mencapai titik kepuasan total pada tingkat konsumsi, dan nilai guna produk akan turun.Pola konsumsi konsumen tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam hal produk.Hal ini sesuai dengan pendapat Mangkunegara (2009) dalam penelitian Onis et al. (2013:2) bahwa pola konsumsi ditentukan oleh faktor sosial budaya (misalnya budaya, tingkat sosial, dan panutan).
Mahasiswa tidak lepas dari smartphone yang digunakan sebagai akses untuk melihat promosi produk terbaru dan sering melakukan belanja online, juga kurangnya pengetahuan siswa mengenai literasi digital yang akan berujung pada perilaku konsumtif.
Literasi digital mahasiswa berdampak pada intensitas konsumsi mereka melalui aplikasi tiktok shop, dimana keputusan pembelian mahasiswa mempengaruhi pola konsumsi mereka.Oleh karena itu, pemahaman literasi digital sangat penting untuk mengetahui seberapa sering mahasiswa melakukan keputusan pembelian melalui aplikasi tiktok shop.Menurut Setyaningsih dkk.(2019: 12061207), pemahaman literasi digital dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu dasar, menengah, dan lanjutan.Mahasiswa yang memahami literasi digital memiliki kemampuan menganalisis dan mengevaluasi konten media secara menyeluruh dan komprehensif.
Sedangkan mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan literasi digital adalah siswa yang hanya mengakses dan menggunakan aplikasi tiktok tanpa pemahaman kritis terhadap konten media.Perbedaan tingkat pemahaman mahasiswa terhadap literasi digital akan mempengaruhi pola konsumsi mereka, yang ditunjukkan dengan ketelitian dan ketelitian mereka dalam menggunakan dan mengevaluasi informasi, terutama informasi produk yang diperlukan.
Perilaku konsumtif juga dilakukan oleh konsumen dengan motif emosional.Banyak faktor emosional yang berhubungan dengan keputusan seseorang untuk membeli suatu produk di tiktok shop dengan alasan, kenyamanan, kebanggaan, kepraktisan, dan status sosial, hingga sekedar ingin bersenang-senang.
Keinginan untuk selalu berpenampilan menarik, mengikuti trend, memiliki barang elektronik yang canggih, serta adanya kebiasaan seperti nongkrong di tempat gaul, nonton film di bioskop, karaoke, belanja produk mahal dan kesenangan lainnya menjadi kenyataan yang di alami oleh mahasiswadi Indonesia.Perilaku konsumtif yang tinggi ini kemudian menjelma menjadi tren shopaholic (belanja berlebihan yang tidak sesuai kebutuhan) pada mahasiswa.
Jumlah mahasiswa yang banyak di kota-kota besar di Indonesia menjadikan mahasiswa sebagai pangsa pasar yang menjanjikan bagi para pebisnis.Gaya hidup ini dapat dilihat dari cara bergaul.
Mereka yang mengadopsi trend ini biasanya akan selalu berpenampilan menarik, memakai fashion branded (mulai dari baju, tas, sepatu, dll), memakai model yang sedang trend (biasanya digandrungi mahasiswi), mengikuti perkembangan zaman dengan sangat cepat (biasanya sukamengubah sesuatu).Merubah merek gadget yang digunakan, merek kacamata, dll), dan rata-rata cara berpenampilan cenderung menunjukkan taraf hidup menengah ke atas.
Mahasiswa yang berprofesi sebagai akademisi sudah seharusnya mengutamakan kebutuhan akademiknya untuk mendukung proses perkuliahan justru karena zaman sudah terlena akan gaya hidup yang konsumtif.Kurangnya kesadaran untuk menentukan skala prioritas dalam membeli suatu produk pada akhirnya berdampak pada pembelian atau konsumsi suatu produk yang bukan merupakan kebutuhan yang terlalu penting bagi seorang mahasiswa.
Perilaku konsumtif tentunya akan berdampak negatif bagi seseorang, salah satunya jika perilaku tersebut tidak didukung oleh keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran.Perilaku ini akan membawa masalah ekonomi bagi dirinya dan keluarganya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mahasiswa lebih cenderung berperilaku konsumtif dibandingkan orang tua atau siswa SMA.
Mahasiswa dianggap sebagai individu yang terpelajar, memiliki kecerdasan dalam berpikir, berpikir kritis, berpenampilan rapi, memiliki sikap santun, dan bertindak tepat.Ini adalah faktor yang membuat mahasiswa terlihat menarik. Oleh karena itu, sesuatu yang modern pada zamannya mrupakan kebutuhan baru bagi mahasiswa, hampir sebesar kebutuhan kost, biaya belanja bulanan, dan uang untuk membeli perlengkapan kuliah.
Baca juga: Cegah Jual Rugi Bisnis, Ini Jurus Jitu TikTok dan Tokopedia
Dalam pandangan mereka, kemajuan zaman merupakan ekspresi emosi yang berusaha diakui dan diterima di lingkungan sosialnya untuk menghindari perundungan dan diremehkan oleh orang lain dari lingkungan sosialnya.
Kecenderungan tersebut menyebabkan mahasiswa lebih mementingkan popularitas, penghargaan dan nama baik daripada prestasi, sehingga mengakibatkan mahasiswa menjadi generasi yang konsumtif.Selain itu, kemajuan teknologi dan kemudahan bertransaksi membuat mereka lebih rentan terhadap perilaku konsumtif.
Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif.Yang pertama adalah faktor eksternal, dan yang kedua adalah faktor internal.Literasi keuangan telah diidentifikasi sebagai salah satu faktor internal yang mempengaruhi perilaku konsumtif.Literasi keuangan yang rendah berdampak pada perilaku konsumtif.
Menurut data survei Otoritas Jasa Keuangan, peringkat literasi keuangan Indonesia akan mencapai 40% pada tahun 2020. Persentase ini lebih tinggi dari hasil survei Otoritas Jasa Keuangan yang menunjukkan skor literasi keuangan sebesar 29,7% pada tahun 2016 dan 38,03% pada tahun 2019.Oleh karena itu, dalam 5 tahun terakhir, kesadaran masyarakat akan pentingnya memahami pengetahuan keuangan semakin meningkat.Meski terjadi peningkatan setiap tahunnya, edukasi keuangan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya pemahaman literasi keuangan masih panjang.
Suatu negara dikatakan memiliki sistem keuangan yang baik jika minimal 30% penduduknya melek produk keuangan, artinya literasi dalam memahami uang masih relatif rendah.Di Indonesia, penerapannya masih merupakan kesulitan besar.Pendidikan keuangan adalah proses jangka panjang yang membantu individu mengembangkan tujuan keuangan untuk masa depan cerah yang disesuaikan dengan keadaan khusus mereka.
Banyak penelitian terhadap mahasiswa yang literasi keuangannya masih tergolong kurang, mengungkapkan bukti empiris rendahnya literasi keuangan mahasiswa dan menunjukkan bahwa penyebab rendahnya literasi keuangan mahasiswa adalah kurangnya pendidikan keuangan pribadi di universitas.Individu dengan kesadaran finansial yang kurang akan kurang mampu mengatur dirinya sendiri sehingga mengarah pada gaya hidup boros jika tidak dikendalikan.
Perilaku konsumsi individu dapat menimbulkan berbagai kebiasaan keuangan yang buruk, antara lain kurangnya tindakan dalam menabung, berinvestasi, mengelola keuangan darurat dan penganggaran untuk masa depan akibat kurangnya pengelolaan keuangan.
Sebagai siswa generasi muda, pengetahuan keuangan sangat penting untuk dimiliki sejak dini karena pengetahuan ini akan membantu siswa mengelola keuangannya dengan lebih baik di masa depan sehingga pendapatannya tidak digunakan untuk barang konsumsi tetapi investasi yang lebih produktif.
Oleh karena itu, pendidikan literasi keuangan sangat penting untuk mengelola sumber daya mereka secara efektif dan tumbuh menjadi siswa yang dapat hidup lebih sejahtera di masa depan.Individu harus memperoleh tingkat melek huruf yang tinggi untuk mengelola lebih banyak keuangan.
Literasi keuangan adalah keterampilan penting yang dipupuk pada generasi muda.Seseorang dengan pemahaman literasi keuangan yang kuat memiliki kehidupan ekonomi yang lebih baik dan membuat keputusan keuangan lebih mudah.Menurut pandangan ini, kecerdasan finansial atau kemampuan mengelola keuangan pribadi merupakan salah satu kearifan yang harus dimiliki individu modern saat ini untuk mengelola keuangannya dengan lebih baik, mengatur gaya hidup agar terarah dan tidak sembarangan, serta mengurangi perilaku konsumtif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bahwa Tiktok shop berpengaruh signifikan terhadap gaya hidup mahasiswa. Perkembangan pesat dari adanya e-commerce tiktok shop memberikan alternatif lain bagi mahasiswa untuk berperilaku konsumtif. Penggunaan transaksi tunai menjadi nontunai juga menjadi salah satu faktor yang membuat mahasiswa gemar berbelanja di Tiktok.Perilaku mahasiswa yang sering menggunakan transaksi nontunai juga memiliki skor belanja yang tinggi.
Perilaku konsumtif mahasiswa memiliki hubungan yang signifikan dengan intensitas penggunaan transaksi non tunai.Mahasiswa yang sering bertransaksi nontunai baik menggunakan debit, kredit maupun e-money memiliki skor belanja yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak pernah atau jarang menggunakannya.
Penggunaan internet oleh mahasiswa tidak dapat dipisahkan, termasuk penggunaan dalam pola konsumsi melalui Tiktok shop.Adanya perkembangan teknologi telekomunikasi, Tiktok shop saat ini memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk melakukan transaksi atau memasarkan produk, barang dan jasa.
Editor : Pahlevi