Optika.id - CEO PolMark Research CenterEep Saefulloh Fatahmenilai Ketum PKB Muhaimin Iskandar atauCak Iminmenjadi faktor penentuPilpres 2024. Sejumlah alasan dibeberkan Eep Saefulloh berdasarkan temuan dan pandangannya.
Baca juga: Meski Pemilu 2024 Selesai, Perlawanan ke Jokowi Tak Boleh Berhenti
Hal itu disampaikan dalam sesi Diskusi Akhir Pekan bertajuk "Dinamika Pilpres 2024: Peta Saat Ini yang ditayangkan melalui akun YouTube Forum Insan Cita, Minggu (11/6/2023).
Eep mendasarkan penilaiannya ini pada agregat hasil survei PolMark Research Center di 78 dapil DPR RI se-Indonesia, kecuali 6 provinsi di Pulau Papua, melibatkan 62.480 responden yang diambil dengan metode multistages random sampling, dengan margin of error +- 0,4%.
Gencarnya Cak Imin dalam penggalangan elektoral di Jatim, menurut Eep, sepertinya tak sia-sia. Cak Imin menjadi kandidat yang menonjol di provinsi yang sering disebut sebagai 'penentu akhir hasil pilpres di Indonesia'. Ia hanya berada di bawah nama Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan di atas kandidat lainnya, termasuk Anies Baswedan dan Khofifah Indar Parawansa.
Dalam presentasi di sesi seminar nasional tersebut, Eep yang kini sebagai konsultan eksklusif PKB juga menerangkan secara nasional elektabilitas Cak Imin cukup signifikan, mendekati 5%. Ada dalam jajaran lima besar bakal kandidat Pilpres 2024. Maka, menurut Eep, jika Cak Imin memainkan langkah political marketing yang tepat dan layak, ia berpotensi menjadi penentu.
Sementara itu, pada Pileg 2024, berdasarkan data agregat 78 survei dapil yang sama, Eep menilai PKB berpotensi mencapai tiga sukses sekaligus, yakni memperluas sebaran suaranya melanjutkan gejala Pileg 2019, memperbesar raihan suara di banyak dapil, dan meningkatkan secara signifikan jumlah kursi DPR RI, ini yang ia sebut sebagai 'faktor PKB'.
Baca juga: Eep Saefulloh Ungkap Jokowi Harus Segera Diturunkan
Senada dengan hasil survei tersebut, peneliti senior Dodi Ambardi, mendapati sejauh ini secara populer kualitas kepemimpinan selalu diartikan sebagai kualitas kepribadian seorang pemimpin, seperti kadar ketegasan, kedisiplinan, kepintaran, kejujuran, dan sejenisnya.
"Hal-hal tersebut umum terjadi, namun hanya separuh saja mengungkap kualitas kepemimpinan. Yang terlewat adalah kemampuan pemimpin melacak masalah pokok di Indonesia dan memberikan visi inspiratif yang bisa menggerakan publik. Inilah pentingnya pemimpin mampu mengajak Indonesia-bukan hanya bersibuk dengan basis sosialnya saja." ujarnya.
Pemilu menjadi arena kontestasi di mana para calon pemimpin membangun dukungan dari masyarakat, yang merupakan penentu atas keterpilihan calon pemimpin. Ide dan gagasan yang dimiliki setiap calon pemimpin menjadi nilai yang diadu dalam pemilu sebagaimana seharusnya, bukan sekedar bertumpu pada popularitas tokoh semata.
Baca juga: Eep Saefulloh: Pemilu 2024 Terburuk Sepanjang Masa
Sosiolog UGM Arie Sujito menilai memilih pemimpin adalah keputusan krusial yang tidak bisa disepelekan. Bukan perihal hanya bertumpu pada popularitas calon, atau sekadar calon yang mampu membeli suara dengan uang, tetapi calon pemimpin yang seharusnya nanti bisa mewujudkan ide dan gagasannya untuk mengurai masalah bangsa.
"Atas dasar itu maka kita perlu melakukan penyadaran kepada publik betapa strategisnya pemilu melalui proses repolitisasi, karena merepolitisasi demokrasi artinya mendorong agar politik difungsikan dengan benar dan dengan dasar nilai serta tidak sekadar menjalani secara dangkal apalagi sekadar agenda rutin tanpa makna," imbuh Arie Sujito.
Sedangkan Direktur RPK Sugeng menilai pentingnya politik soluasi bagi kesejahteraan sosial sebagai tujuan mulia dinamika politik nasional. "Di atas kontestasi jelang 2024, kami percaya pada politik solusi, politik jalan keluar yang menjamin perbaikan kesejahteraan masyarakat indonesia secara sistemik dan merawat persatuan indonesia," ujar Sugeng.
Editor : Pahlevi