Optika.id - Kelulusan anak SMA dan penerimaan mahasiswa baru sudah berlangsung. Euforianya hingga saat ini masih terasa walau sudah terlewat. Ada yang senang dan merasa antusias karena diterima oleh universitas idamannya, ada yang harus merasakan sedih karena tidak lolos dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru.
Baca juga: 14 Ribu Siswa Ikuti UTBK-SNBT di Unair Surabaya
Tidak terlalu berlarut dalam kesedihan, biasanya mereka yang tidak beruntung tahun ini akan mencoba tahun depan untuk mencoba jalur seleksi mahasiswa baru. mereka ini biasanya disebut sebagai pejuang gap year.
Pada dasarnya, gap year atau tahun jeda ke jenjang pendidikan berikutnya bukanlah keputusan yang mudah untuk dihadapai dan berat untuk dilalui. Orang yang memutuskan untuk gap year pasti sudah memikirkan berbagai pertimbangan, risiko dan tantangan tersendiri yang harus dilalui untuk mencapai mimpinya. Akan tetapi, hal tersebut juga bisa menjadi salah satu alternative bagi siswa yang gap year dan justru mendatangkan manfaat dari keputusan yang diambilnya.
Seperti yang dirasakan oleh Nurul Fatihah, mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Majapahit (UNIM) Mojokerto. Dia memutuskan untuk menunda satu tahun kuliahnya karena ditolak dalam proses seleksi Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Keputusannya tersebut membuat dia belajar keras mulai dari ikut bimbingan belajar (bimbel), hingga latihan soal di buku-buku.
Waktu itu memutuskan gap year setahun aja. Aku ngincer UNESA, pengen jurusan pendidikan Bahasa Indonesia, tuturnya kepada Optika.id, Senin (26/6/2023).
Akan tetapi, perjuangannya tersebut tidak berbanding dengan hasil yang diterimanya. Dia merasa kecewa ketika membuka pengumuman di website yang menunjukkan dirinya tidak lolos lagi.
Aku udah putus asa waktu itu. Orang tua bilang ya udah kuliah deket sini aja. Yang penting jadi guru, kata dia.
Mau tak mau, dia menerima tawaran itu dan akhirnya menjatuhkan pilihan kepada Universitas Islam Majapahit tadi.
Yang penting orang tua setuju untuk biayai. Buat sampingan, aku juga ngajar les anak-anak sih. Hasilnya cukup lah walau enggak banyak. Itung-itung sebagai modal buat jadi guru nanti, ucapnya.
Baca juga: Lewat Program Insentif Abdimas Ditjen Dikti, Universitas Widya Kartika Dorong UMKM Naik Kelas
Menurut Head of Counselor di Siap Kuliah by Sekolah.mu, Izza Dinillah, keputusan untuk mengambil gap year merupakan hal yang tidak sepenuhnya negatif dan memalukan. Banyak hal yang dapat dilakukan saat gap year, seperti merencakan segala hal dengan matang, melakukan pekerjaan sampingan, dan lain sebagainya.
Stigma negatif masyarakat mengenai gap year menurutnya terjadi lantaran sebagian besar orang yang gap year disebabkan oleh mereka yang tidak diterima di universitas pilihannya.
Memang di Indonesia, hal tersebut yang umumnya terjadi sehingga orang yang melakukangap yeardianggap sebagai orang yang gagal, tidak kompeten, dan lain sebagainya. Padahal, kegagalan masuk ke universitas bisa terjadi karena banyak hal,ujar Izza Dinillah, Selasa (27/6/2023).
Oleh sebab itu, dia menilai jika pemahaman mengenai konsep gap year sendiri serta alasan di balik seseorang mengambil keputusan tersebut harus menjadi informasi penting yang harus dipahami agar tidak terjebak dengan stigma atau pandangan negatif tersebut.
Baca juga: Kunjungi UMS, Ketua KPK Minta Kampus Ikut Serta Berantas Korupsi
Artinya, imbuh Izza, orang yang gap year tidak perlu merasa tertinggal dibanding yang lain, merasa minder, atau merasa terpojok lantara setiap orang mempunyai jalan hidup yang berbeda-beda, termasuk mengambil keputusan jeda sejenak dari kegiatan akademik ini,
Untuk mengatasi stigma yang melekat, Izza menjelaskan itu dibutuhkan waktu untuk mengedukasi orang bahwa keputusan kita merupakan keputusan bertanggung jawab, dan disertai alasan yang cukup logis agar orang tidak termakan stigma.
Tunjukkan bahwa keputusan untuk memilihgap yearmemilikivalueyang lebih dan memang bermanfaat untuk diri. Tidak ada yang salah dengan itu, kata Izza.
Selain itu, mengembangkan jejaring yang dimiliki dan mencoba hal baru, jeda juga perlu dilakukan sambil menyusun kembali rencana masa depan.
Editor : Pahlevi