Optika.id - Capres dari Partai NasDem, Anies Baswedan, dan Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), terlihat mulai mengkritik kebijakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Baca juga: Netizen Respon Upaya Anies Dirikan Partai, Ini Penjelasannya!
Melihat situasi tersebut, Pengamat Politik Rocky Gerung menganggap bahwa hal itu menunjukkan bahwa posisi Ganjar Pranowo tidak jelas dalam situasi tersebut.
Rocky Gerung berpendapat bahwa serangan yang dilakukan oleh Anies dan AHY terhadap kebijakan Jokowi masih dapat diimbangi oleh Prabowo Subianto, Ketum Gerindra.
"Posisi Prabowo jelas ingin melanjutkan konsep Jokowi, yang pasti ada konsep Prabowo juga. Di Kementerian Pertahanan, bukan konsep Jokowi, pasti konsep Prabowo, dan dia ingin melanjutkan programnya sendiri. Jadi ada posisi yang jelas di sini, yang ditinggalkan oleh Prabowo akan dilanjutkan oleh Prabowo jika dia menjadi presiden, karena konsepnya sama saja, Prabowo yang membuat dan Prabowo yang melanjutkan," katanya, Minggu (16/7/2023).
Menurut Rocky Gerung, sebagai bagian dari pemerintah, Prabowo tentu dapat mengimbangi duel argumen dengan Anies dan AHY.
"Ini berarti kubu Anies-AHY dan kubu Prabowo berada pada posisi argumen yang sama, sementara Ganjar tidak tahu mau berbicara apa," kata Rocky Gerung dalam channel YouTube Rocky Gerung Official, yang dikutip pada Minggu 16 Juli 2023.
Rocky kemudian mempertanyakan posisi Ganjar Pranowo. Menurut Rocky, capres dari PDIP tidak dapat mengimbangi serangan kritikan dari Anies dan AHY.
"Nah, jika kita bicara tentang Ganjar, agak sulit. Apakah dia mendukung Jokowi atau menentang Jokowi, itu tidak jelas, jadi apa yang akan dilakukan oleh Ganjar?"
"Jadi begitu ada polarisasi antara kubu Prabowo dan Anies, Ganjar tidak tahu harus berbuat apa, itu kasihan bagi Ganjar. Karena dia tidak memiliki ide untuk menentukan posisinya dalam duel argumen ini."
Baca juga: Tokoh Masyarakat Ingin Anies Terus Jadi Pemimpin Perubahan untuk Indonesia
Menurut Rocky, jika Ganjar memilih untuk mendukung Jokowi, maka dia harus setuju dengan argumen Prabowo.
"Jika dia mendukung Jokowi, dia harus setuju dengan argumen Prabowo, tetapi yang terjadi adalah PDIP saat ini sibuk dengan Prabowo, itu tidak masuk akal," katanya.
"Demikian juga sebaliknya, jika dia ingin menentang Jokowi, dia harus mendukung Anies, tetapi pada saat yang sama, Jokowi tidak menyukai Anies. Jadi, itu sulit bagi Ganjar."
Sementara itu, mengenai kritikan Anies dan AHY terhadap kebijakan Jokowi, menurut Rocky Gerung, hal itu merupakan bentuk dialektika politik yang baik.
Baca juga: Meski Tak Ikut Kontestasi Pilgub, Pengamat Prediksi Karier Anies Tak Meredup!
"Jadi, kita senang akhirnya harus mengalami dialektika. Ini yang sedang digemari oleh Anies dan AHY, terutama AHY, karena SBY sudah lebih dulu mengkritik Jokowi, walaupun dalam bentuk satire atau puisi."
Kritik terhadap kebijakan Jokowi perlu dilakukan, dan menurut Rocky, hal itu harus seimbang dengan ada pihak yang membanggakan kebijakan Jokowi.
Anies dan AHY, menurut Rocky, mengkritik kebijakan Jokowi secara akademis. Pihak yang membela atau membanggakan kebijakan Jokowi juga harus membela secara metodologi berdasarkan data fakta.
"Anies dan AHY mengkritik secara akademis, jadi mereka harus diberi tahu bahwa mereka memberikan kritik kebijakan dengan analisis akademis. Jika seseorang memberikan kritik berdasarkan kebencian, maka tidak perlu dilayani, tetapi ini adalah kritik yang memiliki dasar, terutama dengan adanya data. Keduanya juga telah terlatih secara metodologi," kata Rocky.
Editor : Pahlevi