Sosiolog UGM: Stigma Memperburuk Penanganan Gangguan Kesehatan Mental

Reporter : Uswatun Hasanah

Optika.id - Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Wahyu Kustianingsih menyebut bahwa anak muda saat ini termasuk ke dalam kelompok rentan yang mengalami gangguan kesehatan mental. Kondisi ini tentu mengkhawatirkan lantaran memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak muda serta integrasi sosial-ekonomi.

Baca juga: Sosiolog Ungkap Revitalisasi Kota Lama Bagian dari Toleransi Surabaya

"Ada beban dan disabilitas yang cukup besar terkait dengan kondisi kesehatan mental, terutama diantara mereka yang masalahnya dimulai sejak masa muda," kata sosiolog UGM, Wahyu Kustiningsih, dikutip dari laman ugm.ac.id, Minggu (30/7/2023).

Wahyu pun membeberkan beberapa faktor yang menjadi pemicu maraknya kesehatan mental di masyarakat, khususnya anak muda. Faktor tersebut yakni terpaparnya pengaruh dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, persoalan ekonomi, sosial hingga budaya.

Kemudian, pengalaman traumatis yang diderita, termasuk kejadian buruk di masa kecil, juga turut menyumbang anak muda yang mengalami kesehatan mentalnya di seluruh dunia. Di sisi lain, ada situasi pasca konflik atau bencana yang menjadi faktor sangat umum dalam kesehatan mental anak muda. Adapun pengalaman traumatis yang dimaksud yakni pelecehan, orang tua, hingga menjadi pencari suaka atau pengungsi.

"Sebuah studi juga menyebutkan masalah kesehatan mental pada remaja berhubungan dengan tingkat pendidikan dan wilayah tempat tinggal," imbuhnya.

Baca juga: Sosiolog Ungkap Judi Tak Mudah Diberantas, Melekat dengan Rakyat

Wahyu mengingatkan bahwa kelompok anak muda tertentu juga mempunyai risiko terhadap kesehatan mental. Apalagi, diperburuk oleh stigma di kalangan anak muda. Yang menjadi penghalang cukup besar bagi penyediaan layanan kesehatan jiwa, adalah stigma itu sendiri.

Dia menegaskan bahwa untuk mengatasi kesehatan mental dan stigma di dalamnya, harus ada upaya untuk memperluas dan memperbanyak fasilitas dan layanan kesehatan mental itu sendiri.

Di sisi lain, dia mengapresiasi adanya berbagai kampus di Indonesia yang sudah mulai menginisiasi pusat krisis untuk mengurai persoalan kesehatan mental mahasiswa serta warga kampus lainnya. Kendati demikian, dia juga mengkritisi bahwa masih banyak juga yang belum bisa membangun pusat krisis untuk kesehatan mental ini.

Baca juga: Kuliah Umum di UGM, Menlu Retno Ungkap Posisi Indonesia Atas Kondisi Palestina!

Hingga saat ini, ujarnya, belum ada data pasti yang terkait dengan masalah kesehatan jiwa serta kebutuhan anak muda di masa transisi. Padahal, Wahyu menyebutkan bahwa urgensi data tersebut diperlukan sebagai upaya mengurai dan memetakan persoalan yang ada, dalam hal ini kesehatan mental generasi muda di Indonesia.

Selanjutnya, diperlukan pendekatan kesehatan masyarakat untuk mencegah perilaku dan kondisi mental itu sendiri. Menurut Wahyu, hal ini sangat penting untuk mengatasi masalah tersebut di tingkat global.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru