Berdiri dan Runtuhnya Twitter

Reporter : Russell Rhein Honggoseputro

Optika.id - Siapa yang tidak kenal Twitteraplikasi yang kini berubah menjadi nama yang lebih sederhana, sekaligus misterius, X. Twitter pertama kali diluncurkan pada tahun 2006 oleh 4 anggota pemilik perusahaan Obvious Corporation, Jack Dorsey, Evan Williams, Biz Stone, serta Noah Glass. Sebenarnya, Twitter adalah perusahaan tersendiri dan Obvious Corporation adalah sekedar perusahaan pendiri untuk melakukan proyek pembuatan Twitter.

Baca juga: Kawula17: Inovasi Politik Anak Muda di Tengah Banjir Informasi Media Sosial

Obvious Corporation sendiri memerlukan Odeo sebuah perusahaan siaran pembicaraan, sebagai sarana untuk mempromosikan Twitter (anggota Obvious Corporation menyebutnya twttr sebagai kode khusus proyek tersebut).

Proses pembuatan dimulai pada bulan Februari tahun 2006 dan peluncuran diumumkan pada Maret 2006. Twitter akhirnya berevolusi menjadi perusahaan sendiri pada April 2007. Pada tahun 2013, Twitter memiliki sekitar 240 juta pengguna aktif, menjadikan aplikasi burung biru tersebut sebagai salah satu situs yang paling dikunjungi di internet.

Namun semua itu berubah ketika sang miliarder Elon Musk mengambil alih Twitter. Pada bulan April 2022, Musk membuat kesepakatan untuk membeli Twitter dengan harga senilai 44 miliar dolar AS, dan pada bulan Oktober tahun 2022, Elon Musk secara sah menjadi CEO Twitter.

Semenjak perpindahan kepemilikan tersebut, reputasi Twitter semakin lama semakin menurun. Dengan segala kebijakan yang diterapkan oleh Elon Musk salah satunya adalah memperbolehkan/melenggangkan para pengguna untuk menyebar hoax dan kebencian, Twitter hanya akan kehilangan banyak pengguna.

Bukan hanya penggunanya saja, karyawan-karyawan yang bekerja di sana pun juga terkena dampak pengalihan Musk. Pada 4 November 2022, sebanyak 7500 karyawan Twitter (atau 80ri total pekerja) dipecat oleh Musk, hanya karena mereka mengkritiknya.

Kalau boleh berpendapat, sepertinya jatuhnya Twitter bukan hanya karena kepimpinan yang sangat otoriter, tetapi juga karena dari para penggunanya sendiri. Musk juga men-tweet polling/pemilihan mengenai penurunan Elon Musk sebagai CEO. Sesuai ekspektasi, 57,5ri 17,5 juta yang berpartisipasi dalam polling tersebut memilih untuk menurunkan jabatan Musk. Pada Desember tahun 2022, Musk bersedia turun jabatan asalkan ada pengganti.

Baca juga: 5 Cara Mudah Membersihkan Headphone Agar Tidak Merusak Perangkat

Jatuhnya Twitter dapat dikaitkan dengan beberapa faktor termasuk munculnya platform saingan sebagai alternatif dari Twitter. Platform-platform tersebut antara lain adalah Mastodon, Facebook, Instagram, Truth Social, dll. Elon Musk mengecap media sosial tersebut sebagai jaringan ilegal, namun nyatanya platform-platform tersebut hanyalah tiruan Twitter yang peraturannya lebih kendor.

Selain karena media lain, Twitter berada di atas tanduk juga karena keputusan Musk yang konyol dalam menambahkan fitur-fitur baru. Contohnya adalah pengguna dapat membeli verifikasi centang biru hanya dengan membayar 8 dolar AS. Hal ini sudah dikritik oleh para pengguna bahwa akan ada banyak orang yang menggunakan verifikasi tersebut sebagai alat untuk memalsukan akun.

Sebenarnya Twitter masih dapat diselamatkan jika bukan karena ketamakan Elon Musk, yang sudah menjadi CEO SpaceX serta Tesla. Namun begitu juga dari sisi pengguna yang ekstrimis seperti cancel culture. Baru-baru ini, lebih tepatnya bulan April tahun 2023, Twitter secara resmi mengganti namanya menjadi X.

Baca juga: Pengolahan Air Bersih di Indonesia untuk Memenuhi Tujuan Sustainable Development Goals (SDGS)

Dari fenomena inilah, muncul beberapa pertanyaan yang terlintas dalam pikiran para pengguna dan netizen mengapa Elon Musk mengubah nama Twitter menjadi demikian, dan apa perubahan yang signifikan yang muncul, baik dari segi konten maupun penggunaan?

Musk menyatakan dalam tweet di X, bahwa Twitter dipegang kendali oleh X Corp. untuk menjamin kebebasan berpendapat sebagai salah satu inti dari tujuan X Corp. X sendiri dibentuk oleh Musk sebagai aplikasi serbaguna (everything app), seperti fitur pembayaran online, video-video singkat, dan sebagainya.

Maka, kata Twitter sedikit kurang mencakupi kegunaan X, karena daripada sekedar meng-upload cuitan atau tweet, X dapat melakukan atau memiliki fitur-fitur lainnya. Selain itu, peralihan Twitter, Inc. ke X Corp disebabkan oleh faktor ekonomi juga; Twitter memang sudah mau ambruk sebelum pergantian tersebut, menyebabkan kurangnya aktivitas periklanan dalam aplikasi tersebut. Musk pun juga menyadari hal ini, akhirnya ia setuju untuk membuat perjanjian dengan X Corp.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru