Kebijakan Luar Negeri yang Bersifat Rasis

Reporter : Danny
Dok. Pribadi

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Baca juga: Percobaan Pembunuhan Ke 2 Terhadap Trump

Optika.id - Mata dunia terbuka akan sikap Amerika Serikat dan sekutunya di barat utamanya Inggris, Perancis dan Jerman yang bungkam sseribu bahasa soal kekejaman Israel terhadap warga Gaza di Palestina. Sikap bungkam itu menyakitkan masyarakat internasional karena kebijakan luar negeri mereka bersifat rasis. Pada saat invasi Rusia awal tahun lalu ke Ukraina, pihak Amerika Serikat dan sekutunya barat menggalang soldaritas "komunitas internasional" untuk membantu korban Ukrain akibat serbuan Rusia terutama lebih dari 1 jutawarga Ukraina yang mengungsi kenegara-negara barat. Beberpa pejabat barat termasuk penyiar TV media mainstream mereka menggunakan narasi yang bersifatrasis, yaitu korban perang Ukraina itu harus dibantu karena mereka bermata biru, kulit putih dan berbudaya seperti kita. Narasi seperti itu mendapat kecaman masyarakat internasional dan para penyiar TV yang rasis itu meminta maaf atas pernyataannya. Namun banyak yang berpendapat bahwa meskipun pejabat atau penyiar TV barat itu telah meminta maaf, namun dalam hatinya masih mempunyai sikap yang membela kaumnya sendiri bukan yang lain.

Dalam kasus perang Israel dan Hamas di Gaza Palestina, perlakukan sikap Amerika dan sekutunya barat sangat berbeda terhadap ribuan korban pembantaian Israel (termasuk anak-anak dan bayi) di Gaza dibandingkan dengan sikap mereka terhadap korban perang Ukrainya. Sepertinya korban yang berdarah Arab di Palestina itu yang nota bene  bukan orang Eropa dan dianggap tidakberadab tidak perlu dibantu. Apalagi pejabat-pejabat Israel menyebut warga Arab di Gaza Palestina itu sebagai "binatang".

Ketika konflik Palestina-Israel semakin memecah belah masyarakat Barat, suasana hati di kalangan elit di Eropa dan Amerika Serikat pasti akan perlahan berubah. Tetapi untuk saat ini, pergeseran seperti itu belum terlihat. Buktinya adalah bahwa Israel sekarang terus terang berbicara tentang pembersihan etnis lebih dari 2 juta warga Palestina di Gaza, sementara negara-negara Barat terus terlibat dalam konspirasi tutup mulut yang memalukan.

Baca juga: Asosiasi Pengusaha Juga Dipecah – Belah Seperti Parpol

Banyak media melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berusaha me-lobi para pemimpin Eropa untuk menekan Mesir agar menerima pengungsi dari Gaza. Sementara seorang diplomat Barat mencoba untuk memenuhi syarat ini dengan mengatakan bahwa Netanyahu ingin Mesir menerima Palestina "setidaknya selama konflik," Apa yang dia inginkan adalah pintu ke Mesir dibuka sehingga Israel dapat menutupnya secara permanen begitu orang-orang Palestina keluar, dan Gaza akan dicaplok dan klaim sebagai tanah Israel, tulah yang terjadi pada tahun 1948 ketika Israel mengusir ribuan orang Arab Palestina, dan hanya orang bodoh yang akan percaya itu tidak dapat terjadi lagi.

Lobi Netanyahu muncul di tengah laporan bahwa Kementerian Intelijen Israel telah merilis sebuah dokumen di mana daftar serangkaian opsi terbuka bagi pemerintah Israel untuk berurusan dengan orang-orang Palestina di Gaza. Di antaranya adalah bahwa Israel "mengevakuasi penduduk Gaza ke Sinai" dan "menciptakan zona steril beberapa kilometer di dalam Mesir dan tidak mengizinkan penduduk untuk kembali ke aktivitas atau tempat tinggal di dekat perbatasan Israel.

Baca juga: Oh Ternyata Itu Hanya Analisa To …

Bagi kita di Indonesia, apapun latar belakang suku dan agamanya, kejadian tragis di Gaza Palestina adalah persoalan kemanusiaan dan persoalan hak suatu bangsauntu merdeka dari penjajahan. Bangsa Palestina yang di bantai saat ini termasuk anak-anak dan bayi adalahmanusia seperti kita yang mempunyai kedudukan sama di mata Tuhan, karena itu mereka harus dibantu meskipun mata mereka tidak biru seperti bangsa Eropa.

Bangsa Indonesia sudah mengalami penghinaan dan pembunuhan oleh penjajah barat selama ratusan tahun, karena itu bangsa besar ini sepakat memasukkan dalamUUD 1945 bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialahhak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru