Keprihatinan Megawati Dan Beberapa Tokoh Nasional Tentang Hilangnya Hati Nurani

Reporter : Danny

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Baca juga: Percobaan Pembunuhan Ke 2 Terhadap Trump

Optika.id - Ada yang menarik pada hari minggu tanggal 12 Nopember 2023 lalu yaitu pidato Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP Megawati Soekarnoputri yang ditujukan kepada seluruh rakyat Indonesia tentang suara hati nurani nya yang menyikapi dinamika politik nasional yang sedang terjadi. Titik berat dari pidatonya itu adalah tentang adanya tanda-tanda kecurangan dalam Pemilihan Umum dan Pilpres tahun 2024 nanti.

Bu Megawati menambahkan salah satu tanda-tanda kecurangan itu adalah Hukum sudah dimanipulasi tanpa mengikuti hati nurani. Nampaknya yang dia maksudkan adalah kejadian dimana Mahkamah Konstitusi yang dengan seenaknya merubah hukum untuk meloloskan Gibran, putra presiden Jokowi untuk menjadi calon wapres mendampingi pak Prabowo dalam Pilpres 2024.

Pada hari yang sama sejumlah  tokoh nasional bersilaturahmi ke kediaman KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus di Pondok Pesantren Raudlatul Thalibin di Rembang, Jawa Tengah. Mereka itu di antaranya Goenawan Mohamad, Lukman Hakim Saifuddin, Erry Riyana Hardjapamekas, Sulistyowati Irianto, Omi Komaria Madjid, Romo Antonius Benny Susetyo, Nong Mahmada, dan Alif Iman Nurlambang.

Pada dasarnya yang dibicarakan tokoh-tokoh itu dengan Gus Mus hampir sama dengan pidato bu Megawati yakni soal keprihatinan mereka atas adanya gejala kecurangan dalam Pemilu dan Pilpres nanti. Mbak Omi Nurcholis Madjid juga menyampaikan keprihatinannya atas bertambah maraknya praktek-praktek Korupsi Kolusi Nepotisme atau KKN, yang semuanya itu sudah diluar hati nurani yang murni. Tokoh-tokoh ini juga menyinggung soal dugaan keterlibatan aparat keamanan untuk berkampanye untuk calon Presiden dan Wakil Presiden tertentu.

Baca juga: Asosiasi Pengusaha Juga Dipecah – Belah Seperti Parpol

Sebenarnya bentuk-bentuk kecurangan dalam Pemilu itu sudah pernah kita alami dan mungkin nanti masih akan berlangsung, yaitu antara lain Manipulasi Data pemilih dimana ada orang yang sudah meninggal atau masih bayi namanya dicantumkan dalam daftar pemilih, termasuk pembuatan KTP palsu kepada orang asing yang bisa menjadi pemilih di Indonesia.

Ada juga kecurangan dalam bentuk Kampanye Hitam atau Black Campaign dimana konten atau isi sebuah kampanye menjelek-jelekkan reputasi calon pesaingnya sampai ke hal-hal pribadi misalkan perkawinan dan perselingkuhan. Keterlibatan aparatur negara dengan menggunakan fasilitas negara melakukan kampanye untuk calon tertentu dan melakukan intimidasi kepada rakyat.

Ada lagi kecurangan yang kita umumnya juga sering mengetahui yakni Serangan Fajar, dimana pihak-pihak dengan menggunakan iming-iming materi menggring opini pemilih menjelang ke TPS di pagi hari untuk memilih calon atau partai tertentu. Praktek yang mendekati Serangan Fajar ini adalah Money Politic, dimana pihak tertentu menggunakan kekuasaan uangnya untuk mempengaruhi masyarakat berikut para tokoh-tokoh penting termasuk tokoh agama.

Baca juga: Oh Ternyata Itu Hanya Analisa To …

Dari berbagai bentuk kecurangan Pemilu dan Pilpres itu ibu Megawati dan para tokoh yang sowan ke Gus Mus itu menaruh keprihatiannya atas praktek-praktek kotor yang jauh dari hati nurani agar memenangkan Pemilu dan Pilpres demi melanggengkan dinasti dan merebut kekuasaan.

Memang benar tanpa hati nurani, maka demokrasi yang sudah kita bangun sejak reformasi tahun 1998 dulu akan hancur dan tanpa hati nurani maka demokrasi di negeri kita akan menyuburkan praktek-praktek kekuasaan dinasti politik dan praktek Korupsi Kolusi dan Nepotisme.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru