Negara Adi Daya Yang Menginginkan Perang Berlanjut

Reporter : Danny

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Baca juga: Percobaan Pembunuhan Ke 2 Terhadap Trump

Optika.id - Pembantain Israel terhadap warga Palestina di Gaza telah menimbulkan protes jutaan orang di berbagai negara di dunia yang mengecam tindakan Israel melakukan genosida. Israel tidak hanya melakukan pengeboman Gaza lewat darat, laut dan udara, namun juga mengusir warga Gaza, menghentikan pasokan air, listrik, bahan bakar dan makanan ke Gaza yang menyebabkan Rumah Sakit berhenti beroperasi karena tidak tersedianya pasokan bahan bakar dan air. Negara Qatar lalu melakukanmediasi agar dilakukan gencatan senjata 4 hari pada akhir bulan November, dan diperpanjang dua hari agar memastikan bantuan kemanusiaan dari PBB dan berbagai negara masuk ke Gaza. Namun setelah berakhir perpanjangan genjatan senjata itu pada tanggal 1 Desember2023, Israel langsung melakukan pengeboman yang membabi buta di Gaza. Akhirnya masyarakat internasional mendesak agar ada gencatan senjata permanen di Gaza sehingga bisa mengakhiri pembantaian yang brutal itu.

Lalu banyak negara di dunia ini marahdan menuduh Amerika Serikatmemiliki kebijakan standar gandakarena masih terus mengirim bantuanmilyaran dolar kepada Israel termasukpersenjatan canggih untuk digunakanmembantai warga Palestina di Gaza, juga mengkritik Amerika Serikat yang menggunakan hak Veto nya di Dewan Keamanan PBB atau UN Security Council.

Para pemimpin dunia, kelompok hak asasi internasional dan pejabat PBB telah mengkritik negeri Adi Daya itu karena memveto resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza dan gagal menghentikan perang yang telah menewaskan lebih dari 17.400 warga Palestina dan sekitar 1.100 orang di Israel sejak 7 Oktober. Sebuah resolusi PBB tentang jeda dalam permusuhan gagal disahkan pada hari Jumat tanggal 8 Desember 2023 di Dewan Keamanan PBB setelah Amerika Serikat memveto proposal tersebut dan Inggris abstain. Sisa 13 dari 15 anggota DK PBB saat itu memberikan suara mendukung resolusi yang diajukan oleh Uni Emirat Arab dan disponsori bersama oleh 100 negara lainnya.

Baca juga: Asosiasi Pengusaha Juga Dipecah – Belah Seperti Parpol

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan veto AS membuatnya "terlibat" dalam kejahatan perang di Gaza. "Presiden telah menggambarkan posisi Amerika sebagai agresif dan tidak bermoral, pelanggaran mencolok terhadap semua prinsip dan nilai-nilai kemanusiaan, dan menganggap Amerika Serikat bertanggung jawab atas pertumpahan darah anak-anak, wanita dan orang tua Palestina di Jalur Gaza," kata sebuah pernyataan dari kantornya.

Agnes Callamard, sekretaris jenderal Amnesty, mengatakan pada X bahwa veto AS "menunjukkan pengabaian yang tidak berperasaan atas penderitaan warga sipil dalam menghadapi jumlah korban tewas yang mengejutkan". Pernyataan itu juga mengatakan bahwa Washington "telah dengan berani menggunakan dan mempersenjatai hak vetonya untuk memperkuat Dewan Keamanan PBB, yang selanjutnya merusak kredibilitas dan kemampuannya untuk memenuhi mandatnya untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional".

Baca juga: Oh Ternyata Itu Hanya Analisa To …

Israel bagi Amerika Serikat sejak dulu merupakan sekutu sejati, karena diklaim sebagai negara demokratis di wilayah Timur Tengah, meskipun kenyataannya lain karena Israel melakukan penjajahan, pengusiran dan pembunuhan warga Palestina sejak 75 tahun lalu. Amerika Serikat nampaknya mengambil resiko bahwa perang berkepanjangan di Palestina akan menyebabkan perang meluas di kawasan Timur Tengah. Kalau perang kawasan ini terjadi maka akan ada negara-negara lain terlibat seperti Yaman, Iran, Siria, Libanon, Turkiye dsb. Hal ini juga akan memperpanjang ketidak pastian global yang berdampak pada kehidupan ekonomi negara-negara di dunia ini.

Amerika Serikat dan Israel nampak ingin melanggengkan perang ini sebab beralasan bahwa genjatan senjata akan menguntungkan kelompok perlawanan Palestina seperti Hamas. Perang di berbagai belahan dunia akibat dari campur tangan Amerika Sserikat menimbulkan protes dimana-mana dan menuduh Amerika Serikat disamping ingin menguasai panggung global- juga ingin mengambil keuntungan dari perang terutama dari Military Industrial Complex atau perusahaan-perusahaan raksasa Amerika Serikat yang memproduksi alat-alat perang.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru