Optika.id - Pada diskusi "Forum Insan Cita" yang diselenggarakan melalui kanal YouTube pada Minggu, (17/12/2023), Prof. Anang Sujoko S.Sos., M.Si., D.COMM, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang, memberikan tinjauan mendalam terkait debat Capres pertama yang baru-baru ini berlangsung. Prof. Anang menyoroti sejumlah aspek yang terjadi dalam debat tersebut, baik poin positif maupun negatif dari performa masing-masing Capres. Capres 01, Anies Baswedan dinilai mempunyai retorika yang bagus dan komitmen pada semua hal yang telah dikatakan.
Pelajaran saya ketika mengikuti retorika Anies Baswedan, memang tipe-tipe retorika Anies Baswedan ketika menjadi gurbernur , Anies Baswedan itu komit terhadap apa yang dikatakan. Jadi, diserang atau dikritik tidak tumbang, kemudian dipuji pun juga tidak terbang. Komitmen itu dibuktikan pada 01. Namun dalam desain debat kemarin adalah pertanyaan, ini kan namanya menguji, tetapi kemudian forum itu yang terjadi adalah ya ditanggapi tidak bagus oleh 02. Sehingga debat perdana saya menangkap bukan lagi sebuah perdebatan sebenarnya debat yang ditampilkan mungkin yang jalan itu antara 01,03. kata Anang Sujoko.
Baca juga: Netizen Respon Upaya Anies Dirikan Partai, Ini Penjelasannya!
"Menurut pandangan saya, Capres 01 layak diapresiasi atas bagaimana cara untuk menjawab menjawab pertanyaan dan menawarkan gagasan yang substansial. Capres 01 mampu memberikan bukti empiris yang mengesankan, berbeda dengan Capres 03 yang terkadang masih berbicara dalam ranah wacana," Tambahnya.
Dalam konteks komunikasi non-verbal dan data yang disajikan, Prof. Anang mencatat adanya ketidaknyamanan yang muncul dari peserta debat lainnya terhadap Capres 01. Meskipun informasi yang disampaikan tepat, gaya penyampaian seperti pemilihan kata, gaya berpikir, dan gerakan tubuh cenderung menimbulkan resistensi.
Baca juga: Tokoh Masyarakat Ingin Anies Terus Jadi Pemimpin Perubahan untuk Indonesia
"Capres 01 melalui data-data yang disajikan berhasil 'melemahkan' rezim yang berkuasa saat ini, yang kemudian dijadikan bahan 'tameng' oleh Capres 02," kata Profesor Anang dalam pantauan Optika.id, Minggu, (17/12/2023).
Lebih lanjut, Prof. Anang juga menyuarakan pandangannya terhadap konteks budaya ketimuran yang masih melekat pada ketiga Capres. Ia menyoroti bahwa dalam suasana debat, walaupun secara akademis, konfrontasi diperbolehkan, namun aspek nilai-nilai budaya timur seringkali masih sangat melekat. Hal ini menjadi penting karena Capres 01, meskipun memberikan data yang valid, sering kali dianggap 'menohok' oleh Capres 02, yang menghasilkan kalimat-kalimat yang kurang menguntungkan.
Baca juga: Meski Tak Ikut Kontestasi Pilgub, Pengamat Prediksi Karier Anies Tak Meredup!
"Gesture, memang untuk ketimuran, terutama luar Jawa ada istilah njawani tapi tidak terlihat, memang dari 02 memberikan reaksi, dikritisi secara pribadi. Sebenarnya itu perjalanan perpolitikan yang melanjutkan, itu yang menjadi slogan, berapa bulan terakhir ini, memang calon 01 itu tentang change, 01 punya definisi tentang change continuity, baik tetap dilanjutkan, terbaik seperti prinsip," ujar Analis Komunikasi Politik dan Founder Lembaga Survei KedaiKOPI, Hendri Satrio itu menanggapi.
Jadi kuncinya adalah bagaimana mengadopsi nilai terbaik, memelihara yang lama, selama ini capres 01 selalu angkat di forum, karena pasangan calon 02 merasa yang selalu diangkat adalah Jokowi, Gibran sehingga berada di posisi defensive.
Editor : Pahlevi