Optika.id - Perusahaan informasi dan telekomunikasi SOFTSU yang berbasis di Tokyo, Jepang menemukan bahwa generasi Z alias Gen Z yang merupakan generasi kelahiran 1997 2012 memiliki kecenderungan tidak suka menerima panggilan telepon. Hal tersebut berdasarkan survei yang dilakukan oleh SOFTSU pada November 2023 lalu.
Mengutip dari Japan Forward, Selasa (23/1/2024), survei yang dilakukan oleh SOFTSU terhadap 562 anak muda dengan usia 20-an mencakup pekerja kantoran, pekerja medis, pegawai negeri, dan pekerja paruh waktu di seluruh Jepang itu mengungkapkan bahwa lebih dari 70% responden merasa tidak percaya diri dalam menerima panggilan telepon dan merasa was-was ketika ada telepon.
Baca juga: Pakar Ubaya Ungkap Gen Z Harus Pikirkan Skill untuk Dapat Peluang
Dibandingkan kelompok usia lainnya, survei tersebut menemukan bahwa persentase orang berusia 20-an lebih tinggi mengalami kecemasan sosial perihal apakah mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjawab pertanyaan penelepon dengan baik sebanyak 41,4%. Sedangkan 27,3% lainnya menyatakan kecemasan mengenai apakah mereka bisa mentransfer panggilan telepon ke atasan mereka atau memberi tahu alasan mereka tentang panggilan tersebut secara efisien.
Selain itu, sebanyak 36% kelompok usia gen Z menyatakan bahwa mereka hanya akan melakukan panggulan telepon untuk mencari lokasi teman-teman mereka saat keluar malam. Sementara 19% lainnya melakukannya dalam keadaan darurat saja. Gen Z biasanya memiliki WhatsApp, SMS dan Snapchat untuk berkomunikasi dan 24ri mereka mengatakan panggilan telepon adalah hal yang tidak boleh dilakukan.
SOFTSU menyimpulkan bahwa keengganan gen Z untuk menerima panggilan telepon adalah gejala semakin banyaknya anak muda yang mengalami telephobia. Kegelisan menerima panggilan telepon, tulis SOFTSU, mungkin berasal dari lebih sedikitnya kesempatan untuk terlibat dalam percakapan telepon lantaran banyaknya fitur obrolan serta pesan di layanan jejaring sosial.
Lebih lanjut, dikutip dari Verywell Mind, psikolog sekaligus penulis buku Therapy in Focus: What to Expect from CBT for Social Anxiety Disorder, Arlin Cuncic menyebut bahwa telephobia merupakan kecemasan atau rasa takut untuk menjawab panggilan telepon.
Ini adalah ketakutan umum di antara mereka yang menderita gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder/SAD), tulis Cuncic dalam Verywell Mind, dikutip Optika.id, Selasa (23/1/2024).
Tanda telephobia ini adalah menghindari menelepon, atau meminta orang lain menelepon kita, terobsesi dengan apa yang diucapkan setelah panggilan telepon, lamban dalam menjawab panggilan telepon, stress karena menganggap mempermalukan diri sendiri, khawatir tentang apa yang akan dikatakan, dan khawatir akan menganggu orang lain.
Gejala fisik kecemasan telepon, antara lain peningkatan detak jantung, mual, gemetar, dan kesulitan berkonsentrasi, tulis Cuncic.
Tak hanya itu, mereka yang tidak mengidap SAD atau gangguan kecemasan sosial menurut Cuncic mungkin hanya merasa tidak nyaman menggunakan telepon. Biasanya mereka mungkin lebih nyaman dalam interaksi sosial langsung, barangkali karena tatap muka memungkinkan mereka membaca isyarat non-verbal misalnya ekspresi wajah.
Baca juga: Pak Yes: Karir Jadi Nilai Penting untuk Generasi Muda
Mengutip dari News.com.au, sebagian besar pakar percaya bawa ketakutan terhadap panggilan telepon dikaitkan dengan kecemasan sosial yang berasal dari ketakutan terhadap penilaian atau penghinaan.
Di sisi lain, mengirim pesan menggunakan aplikasi seperti Snapchat ataupun WhatsApp bisa mencegah terjadinya kesalahan baik minor atau mayor yang mereka rasa seperti kesalahan. Mengirim pesan pendek pun memberi waktu bagi para gen Z untuk merespons dengan tepat tanpa rasa canggung. Hal tersebut juga menghilangkan kemungkinan dihakimi atau dipermalukan.
Mengirim pesan pendek memungkinkan gen Z mengoreksi kalimat dan melacak percakapan mereka, tulis News.com.au.
Gen Z juga lebih senang mengirim pesan daripada melakukan panggilan telepon karena merasa bahwa pesan pendek lebih cepat. Hal tersebut memungkinkan para Gen Z ini dengan cepat mengirimkan pesan pendek dan bisa pergi sambil tetap menunggu respons.
Mengirim pesan pendek memungkinkan Anda melakukan banyak tugas, sedangkan panggilan telepon berarti memfokuskan seluruh perhatian Anda pada percakapan, tulis News.com.au.
Baca juga: Gen Z dan Milenial Jadi Kunci Kekuatan Politik di Ruang Digital
Namun, menurut CBS News, dengan semakin jauh ketertinggalan zaman telepon rumah dan para generasi muda yang memiliki ponsel sendiri pada usia dini membuat para ahli berspekulasi bahwa gen Z ini tidak bisa mempelajari keterampilan bertelepon yang baik dan benar.
Ternyata menggunakan telepon adalah sebuah keterampilan dan selama beberapa dekade, kita tak menyadarinya, kata pakar telekomunikasi yang dijuluki The Phone Lady, Mary Jane Copps kepada CBS News.
Mary pun mengakui bahwa saat ini kecemasan terhadap panggilan telepon kian meningkat. Selain itu, menurut dia, ada perubahan bisnis yang menyebabkan telepon kurang dipakai dan tidak diminati lagi. Berbeda dengan Mary, seorang influencer dari Irlandia, Erin Lally dalam keterangannya kepada NewsTalk menyebut bahwa ada kesenjangan generasi yang mempengaruhi gen Z yang tidak terbiasa menerima panggilan telepon, termasuk dari orang tua mereka.
Menurutnya, pada masa gen Z dewasa, mereka sudah tidak menjumpai adanya sambungan telepon rumah dan semuanya beralih ke ponsel genggam masing-masing.
Orang-orang sadar pada keheningan yang canggung, tidak tahu bagaimana mengakhiri panggilan, dan khawatir mereka akan mengganggu siapa pun yang menelepon. Saya bisa mengerti mengapa orang-orang (gen Z) cemas mengenai hal ini, tutur Lally.
Editor : Pahlevi