Unair Memanggil: Singgung Mahasiswa Aktivis 98 yang Hilang!

Reporter : Mudrikah Dewi

Surabaya (optika.id) - Pernyataan sikap oleh sejumlah kalangan intelektual dan akademisi dari berbagai kampus terkait kondisi politik menjelang pemilu 2024 terus dilakukan di beberapa daerah di Indonesia. Aksi ini kemudian disusul oleh sejumlah dosen, alumni, dan mahasiswa Universitas Airlangga yang digelar di depan halaman Gedung Pascasarjana Kampus B Universitas Airlangga pada Senin (5/1/2024).

Aksi yang bertajuk Unair Memanggil: Menegakkan Demokrasi, Menjaga Republik ini merupakan bagian dari rentetan gelombang petisi kampus yang akhir-akhir ini marak dilakukan.

Baca juga: Rektor Unair Cabut Pembekuan BEM FISIP: Kebebasan Berpendapat Tetap Terjaga

Prof. Hotman Siahaan, Guru Besar Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga menyampaikan empat poin petisi atas kondisi politik yang terjadi saat ini, antara lain adalah pesan mendesak untuk Presiden Jokowi agar tidak menyalahgunakan kekuasaan, menggunakan fasilitas negara untuk berkampanye, serta menghentikan segala praktik yang dilakukan guna melanggengkan politik dinasti; menghormati dan menjamin kemerdekaan berbicara dan berekspresi untuk setiap warga negara; menyelenggarakan pemilu yang Luber-Jurdil sehingga tidak ada intervensi dan kecurangan dan kekerasan; serta mengecam segala bentuk intervensi dan intimidasi terhadap mimbar akademik di perguruan tinggi karena perguruan tinggi harus senantiasa menjaga marwah, rasionalitas, dan kritisme para civitas akademika untuk menjaga tegaknya republik.

Baca juga: Pimnas Ke-37 di Unair Diikuti Lebih dari 3000 Peserta

Dua aktivis 1998 dari Universitas Airlangga, yakni Herman Hendrawan dan Petrus Bima Anugrah, juga ikut disebut dalam aksi ini. Atas dasar peristiwa tersebut, para intelektual Unair merasa terpanggil hadir untuk menyatakan sikap.

"Kami, atas nama keluarga besar FISIP Unair telah kehilangan dua martir yang sampai sekarang nyawanya, bahkan makamnya belum kelihatan. Herman Hendrawan dan Petrus Bima, tidak tahu entah di mana mereka. Di sini banyak teman seangkatan mereka," kata Prof. Hotman Siahaan

Baca juga: Meneropong Pilkada Sidoarjo: Ujian Kepercayaan Publik

Mahkamah Konstitusi (MK) yang telah disusupi kepentingan dinasti politik untuk memudahkan jalan anak presiden, Gibran Rakabuming Raka, untuk menjadi calon wakil presiden serta adanya dugaan politik praktis penggunaan fasilitas negara untuk kampanye salah satu paslon juga turut menggerakkan hati para intelektual Unair untuk menggelar aksi ini.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru