Abai Atasi Angka Pengangguran Usia Muda yang Kian Tinggi

Reporter : Uswatun Hasanah

Surabaya (optika.id) - Dyah (24) mengaku sudah menganggur selama dua tahun. Lulusan prodi Akuntansi di sebuah universitas swasta di Sidoarjo itu merasa galau lantaran statusnya belum berubah menjadi karyawan. Dyah saat ini masih berusaha mencari pekerjaan lewat berbagai bursa kerja atau jobfair, media sosial, hingga platform pencari kerja. Namun, hingga saat ini dirinya masih belum mendapatkan kabar baik.

Standar minimal (pengalaman) bekerja, kayak dua tahun gitu. Terus juga lokasi penempatan sama bayaran yang enggak sesuai. Kayak dulu, waktu kerja di bagian media sosial juga kerja balas-balas chat, terus bantu packing produk, bantu live shopping di TikTok gitu, yang sebenarnya sudah di luar jobdesk pas lamar (kerja) dulu, ungkap Dyah kepada Optika.id, Minggu (18/2/2024).

Baca juga: Rekruitment Welder PT Inka Multi Solusi

Berdasarkan survei angkatan kerja nasional (sakernas) Badan Pusat Statistik pada Agustus 2023, Generasi Z atau Gen Z yang lahir antara tahun 1997 2012 ini menyumbang angka tingkat pengangguran terbuka tertinggi dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua. Adapun jumlahnya mencapai 19,40%. Dalam periode tersebut, menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,86 juta dari total angkatan kerja sebanyak 147,71 juta orang.

Menanggapi hal tersebut, pengamat ketenagakerjaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Tadjuddin Noer Effendi menyebut bahwa dari data BPS, yang paling banyak menganggur berasal dari golongan pendidikan SMA dan SMK yakni sekitar 18%. Disusul oleh lulusan baru dari perguruan tinggi sekitar 10%.

Tingginya angka pengangguran Gen Z tersebut menurutnya disebabkan oleh mereka yang langsung ingin masuk ke dunia kerja tanpa adanya pengalaman.

Sedangkan biasanya syarat perusahaan itu, terutama perusahaan besar swasta, yang dipentingkan pengalaman. Itu kan (perusahaan) harus men-training lagi. Ada perusahaan yang enggap sanggup (melakukan pelatihan), maunya yang siap pakai (bekerja), gitu," kata Tadjuddin kepada Optika.id, Senin (19/2/2024).

Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa jika pengangguran dari kelompok muda tidak ada kepastian serta diabaikan nasibnya, maka bisa menyebabkan munculnya kriminalitas.

Karena anak-anak ini tidak memiliki kegiatan atau pekerjaan, mereka akan lari kepada narkoba atau tawuran, ujar dia.

Agar mendapatkan kesempatan kerja yang lebih besar, ujarnya, dia menegaskan agar Gen Z menambah kemampuan secara spesifik sesuai dengan perkembangan jaman. Misalnya, kemampuan berbahasa asing. Di sisi lain, pemerintah juga seharusnya membuka lebar-lebar pusat pelatihan kerja bagi Gen Z ini. Adapun pelatihannya mencakup pemasaran, atau bisnis.

Itu sebenarnya yang diinginkan pasar kerja. Jadi, setelah menyelesaikan sekolahnya, tidak hanya mengandalkan ilmu dan pengetahuannya saja yang mereka dapatkan di sekolah, tetapi harus ada plusnya kata Tadjuddin.

Baca juga: Lowongan Bank BRI Batch 3

Dihubungi secara terpisah, Payaman Simanjuntak selaku Guru Besar Hukum Ketenagakerjaan Universitas Krisnadwipayana menyebut bahwa sekitar 800.000 orang lulusan perguruan tinggi menyumbang angka pengangguran pada Agustus 2023.

Kendati demikian, dia melihat bahwa sejak akhir 2023 hingga awal 2024, perekonomian dan dunia bisnis di Indonesia berkembang cukup baik sehingga dia memperkirakan dapat menyerap pertambahan angkatan kerja.

Kegiatan menjelang pemilu ini juga telah mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja secara signifikan. Kita harapkan pemilu ini berjalan damai, sehingga dunia bisnis tidak terganggu," ungkapnya.

Lebih lanjut, Payaman menyebut pemerintah merencanakan merekrut sekitar 2 juta lebih pegawai negeri sipil (PNS) dalam tahun 2024. Dengan kata lain, semua lulusan perguruan tinggi baik sarjana maupun diploma, serta sebagian lulusan SMA akan terserap menjadi tenaga kerja.

Dengan demikian, dalam tahun 2024 ini, masalah pengangguran akan menurun," kata Payaman.

Baca juga: PT Taspen Buka Lowongan Terbaru

Pada tahun 2025 dan seterusnya, sambungnya, merupakan masa yang krusial lantaran sangat tergantung siapa yang akan terpilih dalam pemilu dan program apa yang akan menjadi gebrakan bagi pemerintah yang akan datang.

Paslon (pasangan capres-cawapres) 2 (Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka) menjanjikan membuka 19 juta kesempatan kerja. Paslon 3 (Ganjar Pranowo-Mahfud MD) menjanjikan 17 juta kesempatan kerja dalam lima tahun. Paslon 1 (Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar) belum menyebut angka, tutur Payaman.

Payaman menegaskan, pemerintah yang akan datang perlu membuat komitmen penanggulangan pengangguran sebagai prioritas utama dan menurunkannya hingga di bawah 3%.

Untuk itu pemerintah yang akan datang harus fokus mengembangkan usaha mandiri dan usaha kecil melalui kewirausahaan. Komitmen seperti ini juga sekaligus dipadukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan di bawah 4%, ujar dia.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru