Jakarta (optika.id) - Menanti hasil Pemilu 2024, semua pihak yang berkontestasi diharapkan siap menerima takdir baik itu yang terpilih atau yang tidak. Sebab semua ada hikmahnya, karena semua ikhtiar harus ditutup dengan tawakal.
Demikian pesan yang disampaikan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Muti pada Jumat malam (23/2/2024) dalam Pengajian Umum PP Muhammadiyah yang diselenggarakan secara daring.
Baca juga: Abdul Mu'ti: Coding dan AI Tak Selalu Berbasis Internet
Saat ini kita semua sedang melakukan cooling down juga calm down tetapi tidak boleh go down, kata Abdul Muti.
Setelah melewati masa kampanye dan pemungutan suara, menurut Muti kini saatnya para kontestan untuk mendinginkan suasana, menata diri, tetapi sekaligus tidak boleh ringkih, menyerah, dan putus asa karena tidak terpilih.
Dalam Al Quran dijelaskan, bahwa Allah SWT sebagai Tuhan Maha Kuasa yang memiliki kehendak kepada siapa kekuasaan itu diamanahkan dan mencabutnya. Termasuk siapa yang akan dimuliakan maupun dihinakan dengan kekuasaan itu.
Sikap yang memang bersifat spiritual-transendental itu juga harus menjadi bagian dari sebuah kesadaran politik untuk kita ini tidak terus menerus kampanye ketika pemilu sudah selesai, ungkap Muti.
Menyaksikan percakapan di media sosial tentang Pemilu 2024, Abdul Muti merasakan tensinya masih hangat, bahkan di beberapa hal lebih hangat dibandingkan ketika masa kampanye. Di media sosial masih ditemukan informasi hoax, sampai ujaran kebencian yang jatuhnya adalah fitnah.
Baca juga: Abdul Mu'ti: Guru Kerap Jadi Korban Kepentingan Politik
Setelah pemungutan suara, dan menuju berakhirnya Pemilu 2024. Bagi internal Muhammadiyah dipesan oleh Abdul Muti untuk melakukan konsolidasi dakwah. Langkah cepat ini dilakukan supaya warga persyarikatan tetap menjadi kelompok optimistis, serta persatuan dan kerukunan tidak terkoyak.
Kita harus bersikap dewasa, karena nanti setelah ada pemilihan presiden ini akan ada pemilihan gubernur, bupati, dan walikota. Itu semua akan menguras energi kita semua, katanya.
Warga negara Indonesia selalu berada tengah situasi political hectic, menjadikannya begitu lelah dengan berbagai proses pemilu yang berjalan. Oleh karena itu diperlukan kedewasaan, agar tidak terbelah, dan tidak pecah.
Konsolidasi dakwah kita perlukan, agar kita kembali kepada khittah perjuangan, dan kepada khittah serta kepribadian persyarikatan, katanya.
Baca juga: 112 Tahun Muhammadiyah dan Harapan Masyarakat
Berbagai khittah yang dimiliki oleh Muhammadiyah membuka ruang aktualisasi ajaran Islam di ranah kebangsaan, kenegaraan. Politik bagi Muhammadiyah bukan tujuan akhir, tapi sarana dakwah. Maka seluruh warga persyarikatan yang terlibat berdasar pada misi dakwah Muhammadiyah, dan aktualisasi hidup islami.
Saatnya kita semuanya kembali merapatkan barisan, saatnya kita semua kembali melihat masa depan itu dengan segala kedewasaan kita dan dengan identitas kepribadian kita, harap Muti.
Nanti ketika hasil Pemilu 2024 diumumkan, akan ada pemenang dan yang tidak terpilih. Maka kepada pemenang tidak boleh jumawa, dan yang gagal terpilih supaya harus legowo.
Editor : Pahlevi