Surabaya (optika.id) - Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Soroy Lardo memperingatkan bahwa seseorang yang terkena penyakit demam berdarah dengue (DBD) untuk kedua kalinya bakal memiliki risiko yang jauh lebih berat daripada yang pertama.
"Jadi, DBD itu akan menjadi berat kalau serangan yang kedua, namanya infeksi sekunder. Dan menurut sebuah penelitian, infeksi sekunder akan menimbulkan kompleks antibodi," ucap Soroy dalam keterangannya, dikutip Optika.id, Rabu (28/2/2024).
Baca juga: Jangan Asal Fogging Walau Banyak Nyamuk, Kenapa?
Antibody yang terbentuk pada DBD yang pertama, jelasnya, akan membentuk kompleks sehingga replikasi virusnya menjadi lebih tinggi. Adapun penyebab DBD yakni infeksi virus dengue yang umumnya menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Virus yang menyebar dan menginfeksi manusia itu bsia menimbulkan kebocoran pada pembuluh darah. Apabila pembuluh darah tersebut bocor, tandanya adalah dengan penurunn jumlah trombosit atau trombositopenia. Dan hal itu bisa mengakibatkan komplikasi syok dan pendarahan.
Baca juga: DBD Masih Menjadi Momok, Ini Syarat Mendapatkan Vaksin DBD
Adapun kunci dalam penanganan DBD ini adalah dengan pemantauan harian. Pasalnya, perawatan medis harus segera dilakukan ketika trombosit pada tubuh turun di bawah 100.000 mikro liter.
Sementara itu, gejala klinis yang umumnya dialami oleh penderita DBD yakni timbulnya demam, nyeri di belakang mata, mual, muntah, nyeri sendi dan munculnya bintik merah pada kulit.
Baca juga: El Nino Datang, Awas DBD Mengancam
"Kalau sudah demikian maka kita memahami tahap-tahap dari perjalanan klinisnya, ada fase demam satu sampai tiga hari, lalu fase kritis tiga sampai enam hari dan fase pemulihan enam sampai 10 hari," kata Soroy.
lebih lanjut, Soroy mengungkapkan bahwa penanganan yang baik pada fase kritis ini dapat memainkan peran kunci untuk mencegah komplikasi serius. Pasien pada fase pemulihan umumnya direkomendasikan untuk beristirahat selama lima hari karena sisa virus masih berada di dalam tubuh.
Editor : Pahlevi