Washington (optika.id) - Hizbullah mendapat tekanan negara Arab, Amerika Serikat (AS) serta Eropa untuk menghentikan serangan ke Israel.
Hal itu dilakukan demi menghindarkan Timur Tengah dari perang besar yang ditakutkan dunia dalam beberapa bulan terakhir. Sangat kecil harapan agar gencatan senjata dalam konflik Israel dan Hamas di Gaza bisa dilakukan.
Baca juga: Kelaparan Mengancam Gaza: Toko Roti Tutup Akibat Kekurangan Pasokan
Padahal, hal itu diyakini bisa menenangkan Hizbullah dan milisi sekutu Iran lainnya.
Mengingat perundingan yang terhenti, pejabat Amerika dan Eropa memberikan peringatan kepada Hizbullah, yang diyakini menjadi lebih kuat dari Hamas, untuk menghentikan unjuk kekuatan militernya ke Israel.
Dikutip Associated Press, Minggu (30/6/2024), mereka memperingatkan bahwa Hizbullah tak boleh bergantung pada AS atau siapa pun yang mampu menahan pemimpin Israel, jika mereka memutuskan melancarkan serangan ke Lebanon.
Hizbullah juga tak boleh mengandalkan mereka untuk menangani apa pun yang terjadi selanjutnya.
Baca juga: Hizbullah Deklarasikan 'Kemenangan Besar' atas Israel
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengkhawatirkan hasil dari perang Hizbullah-Israel jika sampai terjadi.
Perang tersebut akan menjadi bencana bagi Lebanon, kata Austin saat bertemu Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
Perang lainnya antara Israel dan Hizbullah akan begitu saja menjadi perang kawasan, dengan konsekuensi di Timur Tengah, tambahnya.
Baca juga: Paus Fransiskus Desak Penyelidikan Genosida Israel di Gaza, Ini Tanggapan Muhammadiyah
Di kedua sisi perbatasan Lebanon, peningkatan eskalasi antara Israel dan Hizbullah tampaknya mulai mereda dalam sepekan terakhir.
Meski serangan harian masih menghantam perbatasan, perubahan kecil ini meredakan ketakutan yang mendorong AS mengirim kapal serbu amfibi dengan pasukan ekspedisi marinir untuk bergabung dengan kepal perang lain di wilayah itu.
Hal itu dilakukan dengan harapan dapat mencegah konflik yang lebih luas.
Editor : Pahlevi