Pejalan Kaki di Parkiran Graha YKP: dari Gowes hingga Sydney Australia

Reporter : Aribowo
dok surya.com

Optika.id. Surabaya. Sehat mulai jadi kebutuhan Arek Surabaya. Agar badan sehat, Arek Arek Surabaya mulai olah raga. Apalagi masa pandemi Covid 19 semua orang ingin badannya sehat. Ketahanan tubuh kuat, sehat, agar tahan menghadapi Covid 19. Olahraga murah meria adalah jalan kaki.

Tempat Parkir Graha YKP (Yayasan Kas Pembangunan), salah satu tempat olah raga warga Rungkut, Surabaya. Tempat Parkir Graha YKP terletak di seberang Barat Gedung Graha YKP. Sejak dibuka sudah dipakai warga Rungkut untuk olahraga. Awalnya orang-orang jalan kaki. Tiap hari mereka jalan kaki. Mulai jam 04.30 WIB sampai 10.00 WIB.

Umumnya pejalan kaki bapak dan ibu usia 30 tahun ke atas. Ada remaja tapi tidak banyak. Bahkan ada sedikit anak-anak mengikuti orang tuanya. Karena bertemu tiap pagi akhirnya terbentuk kelompok-kelompok. Biasanya mereka saling nyatat nomor hp (hand phone/mobile). Dari situ mereka buat grup WhatsApp (WA). Para pejalan kaki itu tidak hanya ngobrol saat pagi hari tapi terus saling curhat, canda dan mbanyol di grup WA sepanjang hari.

Yang menarik banyak ibu-ibu jalan kaki sendirian. Biasanya mereka statusnya janda. Juga ada ibu-ibu memang suka olahraga tapi suaminya banyak kesibukan. Ibaratnya ada gula ada semut, para bapak-bapak banyak yang merapat ke ibu-ibu janda. Grup pejalan kaki paling ramai dan marak adalah grup para janda itu. Biasanya para duda atau bapak yang cari Kawan kencan sukanya melirik ibu-ibu janda. Karena itu grup jalan kaki dan WA jadi ajang persahabatan, persaudaraan, sekaligus perjodohan.

Sempat dekat dengan cewek itu. Sudah jalan. Belum lama sih. Tapi mau lanjut kok banyak syaratnya ya nggak jadi, tutur Sukarnaji, 65 tahun, kepada Optika.id, Ahad 14/11/2021 sambil jalan kaki. Duda agak lama itu tinggal di Perumahan YKP Medokan Ayu III. Sukarnaji tergolong duda rajin jalan kaki dan banyak kenal komunitas jalan kaki di Parkiran Graha YKP.

Pasar Pagi

Pejalan kaki di Parkiran Graha YKP tambah banyak, otomatis mengundang penjual makanan. Awalnya jual minuman, makanan, dan jajan. Ada makanan pecel, rawon, lodeh manisan, nasi campur, dan gudeg. Minuman juga beragam: es jus, teh, air mineral, sampai dengan STMJ (susu telur madu dan jahe). Lalu muncul penjual pakaian, kaca mata, alat kesehatan, sandal dan sepatu, bahkan ada odong-odong (kendaraan dinaiki anak-anak pakai musik). Jadilah Pasar Pagi (PP) di Parkiran Graha YKP. 

 PP itu buka tiap pagi. Begitu pejalan kaki ada maka penjual berdatangan. Hari Senin sampai dengan Jumat selalu ada PP, tapi tidak lengkap. Hari Sabtu dan Ahad benar-benar pasar lengkap. Ahad puncak PP: ada andong untuk putar-putar keluarga. Di PP itu jadi pasar pepap-an (lengkap) kata orang Yogyakarta.

Yang belanja di PP itu tidak hanya para pejalan kaki, tapi orang yang tinggal di sekitar Graha YKP dan banyak orang yang lewat jalan itu juga belanja di PP. akibatnya di Parkiran Graha YKP tak hanya ada olahraga tapi juga ada PP. Ramai sekali mirip pasar krempyeng (pasar tradisional). 

Rupanya PP tak hanya berhenti dipagi hari itu saja. Beberapa orang yang merasa cocok dengan makanan dan jajan diteruskan pesan untuk acara syukuran atau kumpulan keluarga di rumah masing-masing. Patokannya: makanan murah dan rasanya memper (mirip, istilah makanan yang rasanya lumayan). Diantar ke rumah lagi.

Grup Gowes Paling Ramai 

Di Parkiran Graha YKP ada banyak grup. Paling banyak orang jalan kaki. Mereka tiap hari jalan mengitari pinggir halaman Parkir Graha YKP. Ada kelompok kuat, biasanya jalan 1 jam bisa mengitari 10-15 kali. Rata-rata pejalan kaki mengitari 4 kali dengan waktu 30-40 menit. Setelah jalan kaki mereka biasanya senam sebentar, kemudian ngobrol dengan kawan-kawannya lalu pulang.

Biasanya Sabtu dan Ahad ada grup Lin Tien Kung, senam aerobik, dan pencak silat. Mereka menempati area tengah. Mereka bikin blok. Grup senam aerobik dan Ling Tien Kung biasanya bawa sound sendiri. Mereka biasanya bikin grup dan kostum khusus. Yang aerobik perempuan semua sedangkan Ling Tien Kung laki-laki dan perempuan tapi sudah tua semua.

Di area parkiran itu jadi ramai. Ada musik rancak untuk senam tapi ada juga untuk Ling Tien Kung yang ngandalkan pernafasan. Di luar arena parkir ada suara musik anak-anak dari odong-odong. Suasana jalan kaki ramai sekali: musik, olah raga, senam, samai dengan pasar.

Grup pejalan kaki yang banyak jandanya bikin grup gowes. Mereka gowesnya hari Sabtu. Strart di parkiran. Pakai kostum oranya. Baris sambil kakinya nyengklak sepeda lalu difoto ramai-ramai. Bapak dan ibu tua itu bergaya. Pakai aba-aba. Selesai action, mereka berangkat berdampyak-dampyak. Seperti angsa jalan. Biasanya selesai gowes mereka makan bersama. Kadang di warung makan atau di rumah salah seorang dari mereka.

Sering saya masak-an, pernah nasi briyani, kata Bu Irun yang sering jadi motor aktivitas grup gowes itu. Kalau sudah bosan ya kita bikin rujak. Bapak-bapak itu support terus. Kita jadi rame, urai ibu 2 orang cucu itu. Tak itu saja. Grup kompak itu beberapa kali jalan kaki bersama ke Tretes. Bu Irun punya vila di sana dan grupnya sering diajak makan dan olahraga di sana.

Begitu pula hari Ahad. Grup-grup di wilayah parkiran itu mulai jalan kaki bersama. Setelah itu bikin aktivitas sendiri-sendiri. Grup Gowes tidak pernah kehabisan bikin acara. Bahkan di grup WA pun mereka masing jalan Bersama. Bahkan dari aktivitas itulah muncul bisnis diantara mereka. 

Dilarang Istri

Kompak dan merianya grup ibu-bu membuat Pak Daman dilarang istrinya masuk ke area parkiran.

Pokoknya istri melarang saya jalan kaki di parkiran, kata Pak Daman tersipu-sipu. Gara-gara hp saya dilihat istri. Banyak potret ibu-ibu di hp. Kita kan potret bareng2. Ada kawan iseng, potret saya dicomot lalu dijejerkan ibu lainnya. Dikira itu saya jejer beneran, urai Pak Daman sambal ketawa.

Akibatnya Pak Daman tidak berani jalan kaki di dalam parkiran. Dia jalan di luar parkiran: menyusuri jalan raya kemana-mana pokoknya tidak di dalam parkiran.

Pernah saya masuk parkiran, eh..pulang dimarahi istri. Dia tahu saya jalan di sana, katanya setengah tidak percaya. Rupanya ada mata-matanya di dalam area itu.


Padahal kita ini loh guyon terus. Tuwa-tuwa kan Cuma guyon pak, kata Sugeng koordinator grup gowes. Menurut dia sampai hari ini diantara mereka belum pernah ada kasus. Mereka bisa saling ngontrol.

Memang kalo guyon pol-polan. Tapi kan sebatas itu, urai Sugeng lebih lanjut. Diakui Sugeng, dengan jalan kaki dan punya banyak grup bikin hidup kita rileks dan enteng. Tidak berat, katanya.

Kondisi Covid begini kalau tidak olahraga dan guyon bisa stress, katanya lebih lanjut.

Menurut Frederic Gros, dalam bukunya, Philosophy of Walking, ada filosofi jalan kaki yaitu bisa menyebabkan relaksasi pikiran. Jalan kaki bisa sebagai penenang batin. Manfaat bagi kesehatan dan kebugaran. Juga untuk relaksasi pikiran.

 Sampai ke Sidney Australia

Sebagian ibu-ibu yang jalan kaki di parkiran ada pula kelompok ibu-ibu yang sering disebut Ibu-Ibu Pengacara. Artinya ibu Ibu pengangguran tapi banyak acara. Kelompok ibu-ibu ini pusatnya di perumahan Medokan Ayu MA III. Mereka buat grup khusus ibu-ibu. Tidak boleh ada bapak-bapak.

Di samping jalan kaki, mereka sering kumpul untuk makan bareng dan melancong bareng-bareng. Tidak hanya dalam negeri, pernah ke Makassar, Batu, Malang, Semarang, dan rembang. Mereka pernah ke Singapore, Malaysia, dan Sydney Australia. Mereka nyelengi duit beberapa bulan. Setelah cukup maka pergi ke Singapore dan Kualumpur.

Sekitar 8-10 orang ibu-ibu pergi ke luar negeri. Sampai ke Sydney Australia. Kalua grup Pengacara ini tidak pernah buka peluang untuk bapak-bapak. Mulai makan bareng, keliling, dan melancong ke luar negeri hanya grup ibu-ibu.

Sebagian grup Pengacara ini jika jalan kaki di parkiran selalu bersama kelompok ibu. Jika dengan bapak-bapak selalu dengan suaminya. Ya sebenarnya grup ibu-ibu Pengacara, Gowes, dan Janda sama saja tujuannya yaitu untuk sehat, rilaks, dan persaudaraan.

Tulisan: Aribowo

Editor: Amrizal Ananda Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru