Anies Baswedan Akui Pernah Berjanji ke Prabowo, Soal Apa itu?

author Seno

- Pewarta

Minggu, 12 Feb 2023 16:46 WIB

Anies Baswedan Akui Pernah Berjanji ke Prabowo, Soal Apa itu?

Optika.id - Bakal Calon Presiden dari Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS, Anies Baswedan angkat bicara soal janji dirinya saat maju sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta pada 2017 lalu.

Baca Juga: Jokowi Presiden: Usai Dilantik, Pak Prabowo Milik Seluruh Indonesia!

Anies mengakui, dirinya memang berjanji kepada Sandiaga Uno dan Prabowo Subianto bahwa ia tidak akan maju Pilpres 2019, dan tetap fokus menyelesaikan jabatannya sebagai Gubernur DKI.

"Saya sampaikan pada waktu mulai bekerja, saya akan fokus di jakarta 5 tahun, dan sesudah pilkada 2017 ada pilpres 2019. Saya sampaikan tidak akan tengak tengok kanan kiri, saya akan full lima tahun di Jakarta. Karena itu saya tidak akan mengikuti pilpres," kata Anies seperti dikutip Optika.id dari Podcast di YouTube Merry Riana, Minggu (12/2/2023).

Dia lantas menyinggung perihal debat pertama Calon Gubernur DKI Jakarta yang dalam kesempatan tersebut ia menegaskan tidak akan maju sebagai calon presiden

Meski demikian, ia juga menegaskan, belum tahu bagaimana masa depannya setelah jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta selesai.

"Tuntaskan lima tahun, sesudah itu kita tidak tahu apa lagi yang terjadi, saya tidak tahu apakah saya kembali mengajar, apakah saya akan meneruskan di pemerintahan, apakah tetap di jakarta, apakah tugas berbeda, jadi komit kita lima tahun, komitmen itu kita pegang," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Anies mengatakan, ia mengakui pernah ditawari jadi Calon Wakil Presiden Prabowo Subianto yang diusung Partai Gerindra dan koalisinya pada Pilpres 2019 lalu. Namun, ia menolak.

"Jadi ketika di tahun 2018, saya diajak untuk menjadi wakil pasangan pak Prabowo, saya sampaikan ke beliau, Pak prabowo terima kasih atas undangannya, ini sebuah kehormatan. Tapi saya punya komtimen untuk menyelesaikan di Jakarta selama lima tahun," jelas Anies.

"Alasan penolakan itu karena Anies mengaku masih memiliki tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta. "Kuncinya adalah menyelesaikan janji dengan warga jakarta," imbuhnya.

Diketahui, Anies diusung Gerindra dan PKS saat maju menjadi calon Gubernur DKI Jakarta 2017. Setelah jabatannya usai, Anies langsung dideklarasikan oleh Partai Nasdem sebagai bakal calon presiden 2024.

Bukan Kesalahan Anies

Pengamat politik yang juga pakar hukum tata negara, Refly Harun turut mengomentari isu Anies Baswedan yang dituding berkhianat kepada Prabowo Subianto. Persepsi itu datang dari internal Partai Gerindra yang menganggap Anies tak pandai berterima kasih.

Menurutnya tudingan Anies Baswedan mengkhianati Prabowo Subianto bukanlah kesalahan dari Anies. Menurutnya, masalahnya justru ada di Prabowo itu sendiri.

"Persoalannya adalah kesalahan bukan pada Anies, tapi pada Prabowo yang selalu menginginkan menjadi calon presiden. Tidak memberikan kesempatan kepada orang lain," kata Refly seperti dikutip Optika.id dari kanal Youtube pribadinya, Minggu (12/2/2023).

Refly mengatakan, Prabowo telah menjadi bakal calon presiden selama empat kali dalam jejak sejarah pilpres. Kemudian, ditambah dengan satu kali pilpres ketika dia menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri lantaran tak berhasil mencukupi presidential thresold.

"Jadi, justru yang tidak etis menurut saya adalah Prabowo Subianto itu yang harus kita lihat ya," katanya.

"Ini ada tapinya. Saya pribadi mendukung siapa pun anak bangsa yang memang siap menjadi calon presiden. Yang saya sesalkan justru presidential thresold yang kemungkinan Anies bisa menjadi korban," imbuhnya.

Polemik Utang

Sementara itu, polemik utang Anies Baswedan kepada Sandiaga Uno tengah ramai jadi perbincangan publik. Kasus ini mulai meledak setelah kali pertama diungkap politisi Golkar, Erwin Aksa.

Baca Juga: Prabowo Minta Kader Tak Jumawa Usai Menang Pilpres 2024

Terbaru, beredar sebuah Surat Pernyataan berjudul Pengakuan Utang III. Di dalam surat itu, tertera jelas bahwa Anies Baswedan meminjam uang kepada Sandi sebanyak 3 kali dengan total mencapai Rp 92 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun yang menarik perhatian Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah adalah poin 7 dari perjanjian tersebut. Isinya menerangkan bahwa Anies Baswedan terbebas dari utang itu jika berhasil terpilih dalam Pilkada DKI 2017.

Bagi Fahri Hamzah, poin ini merupakan bagian dari perencanaan korupsi yang nyata.

"Pinjam meminjam uang di belakang layar dengan janji lunas setelah berkuasa adalah bentuk perencanaan korupsi yang sangat kasat mata, kata Fahri seperti dikutip Optika.id dari akun Twitter pribadinya, Minggu (12/2/2023).

Dalam hal ini, dia menagih komitmen rakyat Indonesia yang antikorupsi. Mereka yang ingin korupsi diberantas seharusnya berteriak lantang ketika melihat peristiwa perencanaan korupsi yang nyata tersebut.

Praktek ini harus kita hentikan kalau kita ingin Indonesia bebas dari korupsi, tukasnya.

Dianggap Sudah Selesai

Selain itu, Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi mengatakan Partai Nasdem diyakini sudah mempertimbangkan semua faktor Termasuk soal utang dan perjanjian yang dianggap sebagai bentuk perencanaan korupsi yang sangat kasat mata oleh Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah.

Dia menambahkan, soal utang dan perjanjian untuk membiayai Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu dinilai sudah dianggap lunas dan selesai.

"Lalu dikomentari sana sini, seperti Fahri itu lucu saja. Setelah berkuasa lunas, dianggap perencanaan korupsi kasat mata? Di mana korupsinya? Apakah selama Anies di DKI lakukan korupsi berencana? Seperti yang dituduhkan Fahri?" ujar Muslim dalam keterangannya, Minggu (12/2/2023).

Baca Juga: Mencuat Isu Hubungan Jokowi-Prabowo Retak, Ada Apa Sebenarnya?

Padahal menurut Muslim, yang punya dana peminjaman tersebut saja sudah mengikhlaskan. Sehingga Muslim mengaku heran jika Fahri menuduh hal tersebut sebagai korupsi yang berencana.

"Fahri harus buktikan. Jika tidak, Fahri sebarkan hoax dan fitnah. Aneh saja Fahri ini. Nasdem sudah capreskan Anies, pasti Nasdem sudah pertimbangkan semua faktor. Termasuk yang dianggap mahar atau apalah namanya," kata Muslim.

Dengan demikian, dengan adanya pernyataan itu, Muslim mencurigai bahwa Fahri sedang membawa suara pesanan untuk menyerang Anies.

"Serang ke Nasdem karena capreskan Anies, coba kalau bukan Anies dicapreskan Anies, pasti orang semacam Fahri pun pasti pasang badan. Muncul kecurigaan publik, Fahri bawa suara siapa serang Anies?" tukasnya.

Selain itu, Muslim menyebut posisi Anies Baswedan saat ini semakin kuat. Dibuktikan dengan relawan Anies Baswedan yang sudah menggurita. Karena rekam jejak bagus dari Anies. Hal ini berbanding terbalik dengan Ganjar Pranowo, yang relawannya sudah ada yang bubar sebelum kontestasi Pilpres 2024 berlangsung.

"Relawan Ganjar berbanding terbalik dengan Relawan Anies Baswedan justru semakin menggurita," ujarnya.

Muslim menilai, Anies lebih menjual dan lebih menjanjikan dalam teori pemasaran. Di mana, rekam jejak Anies diakui, baik oleh lawan,apalagi kawan, dan diakui di dalam dan luar negeri.

Track record itulah dan gagasan untuk perubahan Indonesia ke depan yang baik dari Anies, menjadi energi dan amunisi membangun jaringan ke berbagai daerah.

"Justru sebaliknya, bagi relawan Ganjar semakin merana dan bubar. Dari awal sudah diprediksi Ganjar terlalu memaksakan diri sebagai capres. Akhirnya ya ditinggalkan relawannya sendiri," pungkasnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU