Optika.id - Anies Baswedan, calon presiden Koalisi Perubahan, mengkritik pemberian subsidi untuk pembelian mobil listrik. Menurutnya, subsidi pemerintah bukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah lingkungan.
Baca Juga: Netizen Respon Upaya Anies Dirikan Partai, Ini Penjelasannya!
Anies berpendapat bahwa pemerintah seharusnya fokus pada perbaikan sektor transportasi umum terlebih dahulu. Ia mengklaim bahwa jejak karbon dari penggunaan mobil listrik per orang per kilometer sebenarnya lebih tinggi daripada emisi karbon dari bus konvensional yang menggunakan bahan bakar minyak.
Sementara itu, pemerintah saat ini sedang berupaya keras untuk mempercepat pertumbuhan kendaraan listrik berbasis baterai. Luhut Binsar Panjaitan, Menko Marves, menyebut bahwa pemberian subsidi sudah didasarkan pada riset dan studi yang dilakukan. Menurutnya, program mendorong kendaraan listrik sedang digalakkan di seluruh dunia, sehingga Indonesia tidak dapat melawan arus tersebut.
Pada tanggal 1 April 2023, pemerintah secara resmi memberikan subsidi dalam bentuk diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk pembelian mobil listrik. Diskon tersebut telah diberlakukan pada dua model mobil, yaitu Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air EV, yang memenuhi persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen dan diproduksi di Indonesia.
Selain itu, pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, mengkritik pernyataan Anies dan menyatakan bahwa subsidi untuk kendaraan listrik memberikan manfaat bagi Indonesia.
Menurutnya, subsidi dapat mendorong pertumbuhan pasar kendaraan listrik, membuatnya lebih terjangkau bagi konsumen, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, meningkatkan kualitas udara, serta memperkuat ketahanan energi nasional.
Wuling Motors juga merespons kritik Anies dengan menyatakan bahwa subsidi mobil listrik dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.
Perusahaan ini mengungkapkan bahwa banyak negara di seluruh dunia memberikan insentif bagi mobil listrik untuk mempercepat transisi dari mobil konvensional. Mobil listrik memiliki emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan mobil konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil, sehingga diharapkan dapat memperbaiki kualitas udara.
Baca Juga: Tokoh Masyarakat Ingin Anies Terus Jadi Pemimpin Perubahan untuk Indonesia
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dian juga menyatakan bahwa saat ini tren global sedang mendorong peralihan dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik berbasis baterai. Ini dikarenakan penggunaan mobil listrik dianggap dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Tren global saat ini menuju keberlanjutan dan penurunan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Banyak negara di seluruh dunia telah menetapkan target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mereka, dan mobil listrik dianggap sebagai salah satu solusi penting untuk mencapai target tersebut," jelasnya.
Sementara itu, Yusak Billy, yang menjabat sebagai Business Innovation and Sales & Marketing Honda Prospect Motor, menyatakan bahwa pihaknya tidak ingin terlalu ikut campur dalam pernyataan Anies. Menurutnya, Honda saat ini fokus pada visi untuk mengurangi emisi karbon.
"Yang jelas, Honda fokus pada visi untuk mengurangi emisi karbon melalui teknologi produk dan kegiatan perusahaan yang lebih ramah lingkungan," kata Billy.
Baca Juga: Meski Tak Ikut Kontestasi Pilgub, Pengamat Prediksi Karier Anies Tak Meredup!
Billy juga menyatakan bahwa visi global Honda akan diterapkan di Indonesia sesuai dengan kebijakan pemerintah, infrastruktur, dan kebutuhan konsumen.
"Saat ini, Honda belum memasarkan mobil listriknya di Indonesia. Namun, Honda berencana untuk memperkenalkan mobil elektrifikasi tahun ini dengan meluncurkan dua mobil hibrida baru," ujar Billy.
Honda berkomitmen untuk mengatasi masalah lingkungan dan energi global dengan upaya mencapai netral karbon untuk semua produk, aktivitas, dan perusahaan pada tahun 2050.
Editor : Pahlevi