Perang Kebudayaan Antar Fans K-Pop

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Rabu, 28 Jun 2023 14:32 WIB

Perang Kebudayaan Antar Fans K-Pop

Optika.id - Kita mungkin tak asing dengan perdebatan fans yang membela idolnya di media sosial, saling serang antar fans ini biasa disebut fanwar. Akibat dari perang antar fans ini juga tak main-main. Seringkali timbul stigma antar fans yang mengidolakan satu grup band Kpop dengan idol yang lain.

Baca Juga: Misinformasi Pemilu 2024 Masif, Namun Masih Dinamis

Menurut Pengamat Budaya Populer sekaligus dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Ratna Puspita, akibat dari fanwar tersebut akhirnya membentuk pemahaman yang keliru terhadap KPopers.

Pada akhirnya, fanwar tadi mengakibatkan publik berasumsi bahwa para fans siapapun itu sebagai kelompok yang bertingkah, barbar, aneh, kasar dan egois. Bahkan, mereka bisa saja dianggap lebih buruk daripada penggemar klub sepakbola yang fanatic. Asumsi demikian, ujar Ratna, merupakan hasil pengaruh dari cara pandang kelompok penggemar bukan K-Pop terhadap K-Popers, baik di media sosial maupun kehidupan nyata.

K-Popers dianggap sebagai orang yang punya selera rendah dan hanya menyukai idola berdasarkan wajahnya, kata Ratna, Rabu (28/6/2023).

Dampak dari asumsi demikian adalah apabila ada pandangan publik yang menurut mereka melenceng dari kenyataan, maka penggemar K-Pop mudah melontarkan protes berlebih.

Fan K-Pop merasa tidak pernah menimbulkan keributan atau tawuran, termasuk tidak pernah merasa memindahkan cekcok antarfan di medsos ke dunia nyata, ujarnya.

Sementara itu, menurut Pengamat Media Sosial, Eddy Yansen, pembentukan kelompok penggemar K-Pop ini adalah akibat daru upaya kebudayaan yang sengaja diciptakan dan diekspor ke Indonesia.

Baca Juga: Mengenal Celebrity Worship dan Komunitas Fans yang Tak Toxic

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dia menyebut jika militansi K-Pop adalah hal yang wajar karena bagian dari perang budaya. Lebih lanjut, dia mnegatakan jika penggemar drama dan musik Korea menjadi penerima produk budaya impor dari Korea.

Sebelum itu (K-Pop) kan ada yang lebih dulu muncul produk budayanya, seperti Japan Pop (J-Pop) dari Jepang, Hollywood dari Amerika Serikat, dan China Culture dari China, kata Eddy kepada Optika.id, Rabu (28/6/2023).

Terhadap perkembangan budaya yang digandrungi anak muda ini, Eddy mengingatkan bahwa kedudukan K-Pop tak hanya sebagai bagian dari industri hiburan semata. K-Pop juga merupakan produk budaya yang bisa mempengaruhi pembentukan cara pandang dan identitas baru di masyarakat.

Baca Juga: Trauma Pemilu 2019 Silam, Polri Akan Awasi Akun Palsu Penyebar Hoaks Pemilu 2024

Kendati fans K-Pop ini tak melulu hanya melakukan fanwar di media sosial, bahkan fans K-Pop di Indonesia sering menggalang dana untuk tragedy tertentu, misalnya Kanjuruhan Malang beberapa waktu yang lalu, aksi penghijauan dalam rangka ulang tahun sang idol, responsive juga terhadap isu perpolitikan Indonesia, namun menurut Eddy fenomena tersebut justru menegaskan kondisi tergerusnya identitas nasional.

Pasalnya, sering dia jumpai opini para fans K-Pop yang justru lebih menonjolkan eksistensi kelompok mereka yang terkotak-kotak dari kelompok lain lalu merasa paling benar dengan mengesampingkan akademisi atau lembaga swadaya masyarakat.

Ini menjadi pertanda bahwa Indonesia semakin memasuki krisis identitas nasional. Kita harus perkuat identitas nasional agar hal-hal seperti ini berkurang, jelasnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU