Sebanyak 200 Orang Korban Gempa Jepang Hilang, Pencarian Masih Dilakukan

author Danny

- Pewarta

Sabtu, 06 Jan 2024 10:35 WIB

Sebanyak 200 Orang Korban Gempa Jepang Hilang, Pencarian Masih Dilakukan

Optika.id - Tim penyelamat di Jepang dipaksa bergerak cepat guna menemukan 242 orang yang dinyatakan hilang setelah gempa dahsyat pada 1 Januari 2024.

Periode 72 jam yang kritis untuk menemukan korban selamat sejak gempa terjadi berakhir pada Kamis (4/1/2024) malam.

Baca Juga: WNI di Jepang Diimbau Waspada Terkait Gempa Berkekuatan 7,6 SR

Pada hari Jumat (5/1/2024), jumlah korban tewas akibat gempa berkekuatan 7,6 di semenanjung Noto yang lokasinya terpencil meningkat menjadi 92 orang.

Pasukan Pertahanan Jepang menggandakan jumlah pasukannya untuk ambil bagian dalam upaya penyelamatan dan bantuan menjadi 4.600, demikian kantor berita Kyodo melaporkan.

Banyak orang diperkirakan terjebak di bawah rumah mereka yang runtuh - kebanyakan di kota Suzu dan Wajima.

Struktur rumah yang terbuat dari kayu tidak dibangun untuk tahan gempa bumi besar yang acap melanda negara tersebut.

Puluhan ribu orang masih hidup tanpa aliran listrik dan air, sementara ratusan lainnya masih terisolasi dari bantuan karena tanah longsor dan jalan yang terblokir.

"Kami tidak akan menyerah," kata Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida setelah pertemuan dengan para pejabat terkait pada Jumat.

Kishida mendesak para tim penyelamat dan orang-orang yang terlibat untuk menolong masyarakat yang terdampak.

Gempa pada Senin (1/1/2024) malam juga memicu tsunami kecil yang membanjiri setidaknya 120 hektare lahan, ungkap Kementerian Pertanahan Jepang.

Jepang mengatakan akan menghabiskan 4,74 miliar yen sebagai cadangan anggaran untuk membantu para korban.

KBRI Tokyo menyampaikan sebanyak 51 WNI masih mengungsi dari kediaman mereka di Prefektur Ishikawa pascagempa berkekuatan 7,6 atau 7 dalam skala intensitas seismik Jepang. Sebelumnya ada 183 WNI yang tinggal di sejumlah lokasi pengungsian yang tersebar di Kota Ogi, Suzu, Saikai, Wajima, Nanao, Anamizu, Uchinada, Nakanoto, dan Naomi.

Salah satunya Indria Fukuda, yang tinggal di Kota Noto, yang tak jauh dari pusat gempa di Semenanjung Noto di pesisir Laut Jepang.

Ia tinggal di pengungsian yang bertempat di kantor RW sejak hari pertama gempa pada 1 Januari lalu. Pasokan listrik dan gas masih lancar tetapi aliran air terputus.

"Air minum dari pemerintah ada bantuanalhamdulillah untuk minum dan wudhu.. Kalau untuk (menyiram) di WC ketika buang air itu mengambil air dari sungai yang ada di dekat sini," jelas Indria, seraya menambahkan bahwa ketersediaan makanan bagi warga cukup banyak.

Indria mengaku rumahnya hanya mengalami kerusakan ringan pada dinding, tetapi memilih tinggal di pengungsian bersama dengan keluarga lainnya yang seluruhnya adalah orang Jepang, termasuk dua anak, ibu mertua, dan saudara mendiang suaminya.

Kepada wartawan Sri Lestari di Jepang yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Indria mengatakan belum memastikan kapan akan kembali tinggal di rumahnya.

Sementara itu, Bambang Irawan, pekerja Indonesia yang tinggal di Kota Wajima terpaksa mengungsi di sebuah SMP setelah gempa terjadi pada Senin (01/01) lalu hingga Jumat (05/01).

Apartemen yang ditinggalinya bersama enam rekannya lantainya miring dan dindingnya retak di lantai dua, sementara di lantai satu temboknya sudah jembol karena guncangan gempa.

Saat gempa terjadi ada lima WNI di apartemen tersebut, sementara dua lainnya tengah berada di Kanazawa untuk liburan tahun baru.

Tak lama setelah gempa kedua, ia dan rekannya menuju ke sekolah terdekat yang ditetapkan pemerintah Jepang sebagai lokasi pengungsian. Pada malam pertama, mereka harus melewati malam yang dingin karena keterbatasan fasilitas di lokasi pengungsian.

"Waktu hari pertama cuma dapat tiga selimut untuk lima orang, hari kedua nekat ke apato (apartemen) ambil selimut walaupun masih ada gempa susulan," jelas Bambang kepada wartawan Sri Lestari di Jepang.

Apartemen tempat Bambang dan rekan-rekannya tinggal berada tak jauh dari lokasi kebakaran yang menghanguskan ratusan bangunan.

Media NHK melaporkan sekitar 100 bangunan hancur akibat kebakaran besar yang terjadi setelah gempa. Guncangan gempa di kota itu mencapai 6 kuat dalam skala intensitas seismik Jepang.

Sementara untuk bantuan makanan di lokasi pengungsian, menurut Bambang, pasokan terbatas hingga hari ketiga setelah bencana, yaitu berupa makanan kecil dan roti. Mulai Kamis (04/01) hingga Jumat (05/01) bantuan makanan yang tersedia di lokasi pengungsian mulai berlimpah.

Ketika wawancara dilakukan pada Jumat (05/01) malam waktu Jepang, Bambang dan rekan-rekannya dipindahkan ke Kota Kanazawa oleh Perusahaan tempatnya bekerja.

Aliran listrik, gas, dan air pascagempa belum sepenuhnya pulih di sejumlah kota yang terdampak.

Di Kota Suzu, pada malam pertama setelah gempa 1 Januari lalu sebanyak 18 WNI terpaksa bermalam di tengah udara yang dingin dan bersalju.

Pada hari berikutnya mereka sudah kembali ke asrama tetapi masih mengalami pemadaman listrik, seperti disampaikan Rizal Sokobiki.

"(Listrik) belum nyala, gas juga belum ada, sementara ini teman-teman masak pakai kayu bakar," jelas Rizal yang bekerja di kapal penangkap ikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia mengatakan telah mendapatkan bantuan makanan dari pos pengungsian berupa roti dan air sebanyak tujuh kardus. "Itu untuk kita semua disini, untuk tiga hari ke depan, tetapi tinggal di asrama dan hanya ke tempat pengungsian untuk men-charge hp," kata Rizal.

KBRI Tokyo memberikan bantuan melalui perwakilan WNI di Prefektur Ishikawa sejak hari kedua pascagempa dan pada Jumat (05/01) tim KBRI Tokyo baru dapat menyerahkan bantuan dan pendataan WNI di wilayah yang terdampak gempa secara langsung.

Duta besar RI untuk Jepang, Heri Akhmadi, meminta WNI untuk memberikan informasi jika ada kerabat atau rekan yang tinggal di Ishikawa dan sekitarnya yang belum dapat dihubungi ke nomor hotline KBRI Tokyo yaitu +818035068612, KJRI Osaka: +818031131003.

Foto-foto yang diunggah oleh Pasukan Pertahanan Jepang menunjukkan pasukan memuat makanan, air minum, dan perlengkapan mandi ke truk yang berjejer di jalan. Pasukan juga terlihat membersihkan lumpur dan puing-puing dari jalan yang terkena longsor.

Dalam foto lain, tentara terlihat membawa korban selamat dengan tandu melewati jalan yang tertutup salju.

BBC melihat kerusakan parah saat berkunjung ke Wajima pada hari Rabu, di mana beberapa rumah dan kendaraan hancur tertimpa beton yang runtuh. Banyak rumah kayu tradisional tua di kota itu runtuh.

Kota berpenduduk 23.000 jiwa ini kini menyerupai kota hantu karena sebagian besar orang mengindahkan peringatan evakuasi dini, ketika diperkirakan akan terjadi tsunami.

Seorang perempuan berusia 80-an tahun berhasil diselamatkan dari reruntuhan rumahnya yang runtuh di Kota Wajima, Jepang, 72 jam setelah gempa dahsyat meluluhlantakan kawasan itu pada 1 Januari 2024.

Stasiun publik NHK menayangkan video perempuan tersebut diangkat dari reruntuhan rumahnya.

Tim penyelamat berpacu dengan waktu dalam upaya mencari korban selamat, karena masa kritis tiga hari kini telah terlampaui.

Banyak orang diperkirakan terjebak di bawah rumah mereka yang runtuh - kebanyakan di kota Suzu dan Wajima.

Perempuan berusia 80-an tahun itu dilaporkan terjebak di lantai dasar rumahnya sejak gempa terjadi.

Setelah 72 jam, peluang menemukan orang dalam keadaan hidup menurun drastis.

PM Jepang Fumio Kishida mengatakan pada Kamis (04/01) bahwa 150 orang telah berhasil diselamatkan sejauh ini, dan menurutnya tim penyelamat akan melanjutkannya guna menyelamatkan sebanyak mungkin orang.

Gempa pada Senin (01/01), yang diikuti oleh serangkaian gempa susulan, melukai sedikitnya 330 orang, menurut Kantor berita AFP.

Lebih dari 30.000 orang di daerah yang terdampak gempa masih berada di tempat penampungan, dan beberapa kota dilaporkan kekurangan air, listrik dan koneksi internet.

Di pusat kota Wajima, sisa-sisa dari pasar lama masih membara, seolah-olah baru saja terjadi ledakan, menyapu bersih area seluas lapangan sepak bola tersebut.

Kebakaran berlangsung ketika gempa terjadi pada 1 Januari 2024 atau persis di hari Tahun Baru dan langsung menyebar, membakar kios-kios kayu dan beberapa rumah di sekitarnya.

Pecahan-pecahan besi berserakan di antara hamparan abu.

Petugas pemadam kebakaran masih menyisir puing-puing yang mengeluarkan asap, memeriksa api yang belum padam.

Di seluruh kota, rumah-rumah penduduk yang terbuat dari kayu tradisional retak bahkan ada yang runtuh lantaran tidak dibuat untuk tahan terhadap gempa bumi yang kerap terjadi di Jepang.

BBC News membutuhkan waktu dua hari untuk bisa sedekat ini ke pusat gempa, yang merupakan gempa terkuat dalam 12 tahun terakhir.

Kami sudah tidak bisa menghitung berapa kali kami terpaksa berputar karena kondisi jalan yang rusak parah.

Hal ini menghambat upaya penyelamatan. Tim pencari dengan anjing pelacak tiba di Kota Wajima hanya beberapa jam sebelum kami.

Mereka menghabiskan siang hari mencari rumah-rumah yang roboh, satu per satu, tidak tahu apakah ada orang di dalam rumah atau ada yang selamat.

Kurangnya informasi memperlambat kerja mereka untuk menemukan penyintas.

Salah satu warga, Keiko Kato, berlari menyambut tim penyelamat. Kerabat suaminya terperangkap di salah satu rumah bersama bibinya yang berusia 95 tahun, keponakan, dan putrinya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU