Bivitri Susanti: Masyarakat Mulai Sadar, Pemilu 2024 Banyak Kecurangan

author Dani

- Pewarta

Senin, 04 Mar 2024 15:29 WIB

Bivitri Susanti: Masyarakat Mulai Sadar, Pemilu 2024 Banyak Kecurangan

Jakarta (optika.id) - Gelombang penolakan yang semakin kuat dari masyarakat atas proses Pilpres 2024 yang sementara memenangkan pasangan Prabowo-Gibran berdasarkan hitung cepat lembaga survei dan real count sementara KPU karena sudah mulai tumbuhnya kesadaran di tengah masyarakat.

Unjuk rasa merebak di berbagai daerah terutama dimotori mahasiswa karena menilai kecurangan pada Pilpres 2024 ini berlangsung secara terstuktur, sistematis, dan masif (TSM).

Baca Juga: Problematika Pemilu, Pasangan 02 Bisa Diskualifikasi?

Yang terjadi adalah orang-orang mulai sadar, jelas pakar hukum tata negara Bivitri Susanti dalam podcast bersama mantan Ketua KPK Abraham Samad di kanal YouTube Abraham Samad SPEAK UP, Senin, (4/3/2024). 

Hal itu dia katakan salah satunya berdasarkan pengalaman mereka langsung saat melakukan road show di berbagai kampus dan kota untuk menghadiri acara nonton bareng dan diskusi film Dirty Vote.

Salah satu pemeran film dokumenter eksplanatori ini menyaksikan betapa masyarakat dan mahasiswa menyambut sangat antusias. Mahasiswa menganggap apa yang mereka curigai selama ini terkonfirmasi dan sekaligus disuarakan film yang mengungkap berbagai modus kecurangan Pemilu 2024 tersebut.

Sebab selama ini dalam setiap perdebatan di publik, berbagai dugaan kecurangan itu kerap dibantah pendukung Prabowo-Gibran dengan jawaban-jawaban yang seakan legal. Misalnya kritik pencalonan Gibran dibantah dengan putusan adanya Mahkamah Konstitusi yang secara sah dan resmi telah mengubah batas usia minimal capres-cawapres menjadi 40 tahun atau berpengalaman sebagai kepala daerah.

Baca Juga: Dokumenter Dirty Vote dan Politik Gentong Babi

"Memang betul sih (putusan MK). Tapi kan etiknya tidak dipertimbangkan. Banyaklah soal seperti itu. Dan informasi sebelum Dirty Vote keluar seperti menggulung kita kan, tsunami informasi. Begini ah, begini kok, dan seterusnya, ucap dosen di Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Jadi begitu Dirty Vote keluar, rupanya para mahasiswa kemudian bilang, tuh kan benar kan, kita tahu pasti ada yang salah. Dan mereka jadi mampu mendefinisikannya sekarang setelah melihat penjelasan yang lebih utuh dan panjang di Dirty Vote," sambungnya.

Selain karena semakin yakin adanya kecurangan dan kian banyak yang menyuarakan, menurutnya, ada satu lagi yang membuat mahasiswa belakangan ini semakin kencang menolak hasil Pilpres 2024. Yaitu, karena adanya kegelisahan dan kekhawatiran terhadap masa depan demokrasi di bawah pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Juga: Bivitri Susanti Jelaskan Kerangka Hukum Sistem Pemilu dan Perkuat Jejaring Masyarakat!

"Mereka juga punya kekhawatiran. Banyak sekali, tidak hanya mahasiswa sebenarnya, kelompok-kelompok prodemokrasi termasuk dosen-dosen kan sebenarnya punya kecemasan, apakah misalnya kalau 02 yang menang ini kebebasan berpendapat masih baik atau tidak," ucapnya.

Karena sebelumnya, Prabowo Subianto misalnya sudah sering mengancam wartawan. Jadi ketakutan itu juga mendorong banyak orang untuk terus menyuarakan tuntutan pengungkapan berbagai kecurangan tersebut.

"Itu terasa di masyarakat dan kemudian akhirnya kecemasan ini, kegelisahan ini bergelombang terus-menerus dan jadi ada perlawanan. Dan saya kira ini bagus. Jadi demokrasi kita berjalan dengan baik," tandasnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU