Optika.id-Akhir-akhir ini masyarakat khususnya publik Kota Yogyakarta, gencar mendengar berita PKL (Pedagang Kaki Lima) Malioboro akan direlokasi. Hal ini menyebabkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pedagang pun ingin mengutarakan pendapatnya, tapi terlihat takut-takut.
Kali ini Optika.id akan mengulas tentang relokasi PKL yang ada di jalan malioboro dari sudut pandang pendatang, yang bekerja di Yogyakarta. Optika.id menemui seorang pendatang yang bekerja sebagai arsitek untuk berpendapat terhadap adanya relokasi.
Baca juga: Banyak Pedagang Meluber hingga Menutup Jalan, PD Pasar Surya dan Satpol PP Bersinergi Tertibkan PKL
Wahid (28 tahun) mengatakan secara pribadi menyatakan tidak setuju dengan adanya relokasi, dan menganggap jalan pedagang di jalan Malioboro merupakan icon. "Menurut saya relokasi tidak perlu dilakukan, saya sebagai pendatang merasa kurang setuju. Karena aktivitas jual beli yang tersaji di sepanjang jalan malioboro merupakan budaya menurut saya, dan sudah menjadi icon Jalan malioboro itu sendiri," uar pria asal Sulawesi Utara tersebut, Kamis (16/12/2021).
Ia juga menambahkan ada baiknya pemerintah mungkin hanya perlu menata rapi, ia mengambil contoh seperti jalan terkenal di Malaysia atau Thailand. "Mungkin cukup ditata ulang, supaya rapi ada baiknya jalan malioboro digunakan sebagai full pedestrian dan menata kluster kluster pedagang di depan toko supaya lebih rapi. Misalnya seperti di Chatuchak night market di Bangkok atau Jonker Walk di Melaka Malaysia," ujarnya.
Ia menambahkan jikalau memang harus terpaksa di relokasi maka pemerintah harus memikirkan banyak aspek, dari akses tempat jualan, kenyamanan untuk pendatang atau pelancong, akses. Karena hal tersebut juga berpengaruh terhadap pendapatan penjual. "Kalaupun memang harus direlokasi pemerintah harus memperhatikan beberapa hal untuk kenyamanan pelancong," lanjutnya.
"Pandangan saya sebagai arsitek, tempat relokasi harus memikirkan arus sirkulasi pengunjung, khususnya di area keluar masuk pengunjung dari jalan Malioboro. Bagaimanapun tempat tersebut harus gampang dilirik oleh pengunjung, jika tempatnya tidak representatif maka kasian pedagangnya mas," ujar pria yang sudah 3 tahun tinggal di Kota Jogja tersebut.
Baca juga: Blunder Politik Pernyataan Ade Armando Dianggap Hanya Riak Kecil di PSI?
Dia juga mengatakan apabila jadi direlokasi akan kangen dengan suasana jogja yang ramai dengan hiruk pikuk pedagang yang menawarkan barang. "Ya sekali lagi mas,secara pribadi saya merasa ya Malioboro itu ,ya seperti sekarang. Jalan yang ramai dengan banyaknya PKL di kanan kiri jalan nya, dan hiruk pikuk orang yang menawarkan barang dagangan,yang menjadi ke khas an jalan Malioboro ini mas," lanjutnya.
Selain itu ia juga mengkritisi Alun-alun Utara Jogja yang dipagari, menurutnya itu hal yang aneh. "Saya heran juga mas ya,kenapa alun alun utara itu dipagari, mungkin alun-alun utara jogja itu satu satunya alun alun yang tidak memperbolehkan ada aktivitas rakyat di indonesia,padahal itu tempat iconic banget mas, saya ingat waktu beberapa waktu lalu masih bisa main-main di sana,sekarang tidak bisa," pungkasnya diakhiri dengan tawa.
Baca juga: Begini Kondisi Pasar Loak Pertama di Blitar yang Akan Direlokasi
Reporter: Angga Kurnia Putra
Editor: Amrizal
Editor : Pahlevi