Optika.id - Nama KH Said Aqil Siradj dan KH Yahya Cholil Staquf sudah lama muncul sebagai sosok kuat yang bertarung dalam pemilihan Ketum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) di Muktamar ke-34 NU (Nahdlatul Ulama).
Pengamat politik, AS Hikam mengatakan KH Said Aqil dan KH Yahya Staquf sama-sama memiliki kekuatan dan kelemahan untuk menjadi Ketum PBNU. Mantan Menristek ini menuturkan, Said Aqil memiliki kekuatan karena sebagai petahana.
Baca juga: Makin Kuat, PBNU Desak PKB Tentang Peran Ulama di Partai
"Kalau dari SAS, yang jelas kekuatannya dia adalah incumbent. Biasanya kalau incumbent atau petahana itu memang sudah memiliki prestasi-prestasi atau capai-capaian, dan kemudian jejaring-jejaring sampai ke bawah dalam pengertian struktural," kata AS Hikam dalam keterangannya, Kamis (23/12/2021).
Menurut AS Hikam, cara pemilihan juga memiliki pengaruh penting dalam pemilihan Ketum PBNU. Menurutnya, jika cara pemilihan masih sama dengan sebelumnya, hal itu akan menguntungkan Said Aqil sebagai incumbent.
Diketahui, setidaknya ada dua cara pemilihan yang muncul saat ini. Dua cara pemilihan itu yakni Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) yang kabarnya diinginkan kubu Said Aqil dan one man one vote atau voting yang isunya didorong oleh kubu Yahya Staquf.
"Kalau masih tetap atau belum berubah maka untuk Ketum PBNU yang memilih cabang dan wilayah. Nah, secara struktural umumnya incumbent itu akan mempunyai pengaruh struktural ke bawah," ujarnya.
Keunggulan Said Aqil lainnya menurut AS Hikam adalah bisa menunjukkan keberhasilan organisasi, seperti yang kerap didengungkan pendukungnya, yakni menciptakan puluhan universitas, pengakuan dunia Islam, prestasi NU kerja sama dengan pemerintah, dan kerja sama internasional.
"Itu yang akan juga diinginkan, dilanjutkan, oleh beliau pada periode yang akan datang kalau beliau menjadi lagi," ucapnya.
AS Hikam kemudian bicara kelemahan Said Aqil sebagai petahana Ketum PBNU. Menurut dia, muncul ke permukaan isu bahwa PBNU di bawah kepemimpinan Said Aqil lebih cenderung politis. Sehingga, kata AS Hikam, muncul anggapan belakang ini, PBNU mudah diintervensi kekuatan politik.
"Kelemahan dari incumbent tentu saja banyak ya, melihat misalnya saja di bawah kepemimpinan Said Aqil, NU menjadi lebih cenderung lebih politis. Itu dianggap lawannya sebagai suatu kerugian, karena NU kemudian menjadi sangat mudah diintervensi kekuatan politik terutama di tingkat elite," tukasnya.
AS Hikam menilai, anggapan mudah diintervensi kekuatan politik itu bisa jadi dipakai lawan Said Aqil. Sebab, menurutnya hal itu bertabrakan dengan warisan Abdurahman Wahid atau Gus Dur bahwa NU sebagai gerakan masyarakat sipil.
"Kelemahan itu yang mungkin dipakai, dieksploitasi, oleh lawannya," ucapnya.
AS Hikam lalu menganalisis kekuatan atau keunggulan Yahya Cholil Staquf. Menurutnya, Yahya Staquf unggul dalam gerakan di kancah internasional.
"Kelebihannya beliau ini juga orang sudah cukup lama berkecimpung di dalam organisasi dan mempunyai kemampuan untuk melakukan manuver ke internasional, kan begitu," katanya.
"Yang kedua, beliau juga punya janji akan memperbaiki manajemen struktural NU, yang juga menginginkan lebih independen, bahkan beliau itu sudah mengatakan, menjanjikan, bahwa pemimpin PBNU nanti tidak akan cawe-cawe atau terlibat di dalam sebagai capres, sebagai cawapres, dan sebagainya itu," sambungnya.
Menurut dia, hal itu membuat Yahya Staquf seolah-olah ingin menunjukkan agar NU semakin menjadi basis masyarakat sipil. Di sisi lain, keunggulan Yahya Staquf masih relatif muda, sehingga dianggap bisa melakukan kerja-kerja yang sifatnya aktivisme.
Selain itu, manuver Yahya Staquf menjelang muktamar juga didukung sejumlah politisi nasional. Namun, AS Hikam menilai ada pula kelemahan Yahya Staquf untuk merebut hati warga NU.
"Tapi kelemahannya yang juga dilihat oleh lawannya, artinya kubu SAS, juga belum jelas prestasi dari Yahya Staquf yang selama ini berada di PBNU, dia kan bukan seorang yang di eksekutif. Kemudian yang kedua juga apa yang ditampilkan selama ini kan kelompoknya itu mengklaim didukung suara yang banyak dari wilayah dan lainnya belum terbuktikan," sebutnya.
Di luar nama Said Aqil dan Yahya Staquf, AS Hikam menyebut sejumlah tokoh senior PBNU bisa menjadi alternatif. Antara lain, Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar, yang kuat di basisnya, dan KH As'ad Said Ali yang pernah mencalonkan diri namun mengundurkan diri.
"Maka juga orang menginginkan adanya alternatif, bukan hanya SAS dan Gus Yahya," imbuhnya.
Tim Gus Yahya Lebih Berani
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs, Ahmad Khoirul Umam, menganalisis soal tim Yahya Staquf yang tampak lebih berani dan percaya diri menyampaikan klaim penguasaan suara di PCNU dan PWNU. Namun, jika hal itu hanya sebuah klaim kosong, menurutnya berpotensi mempermalukan Yahya Staquf itu sendiri.
"Di sisi lain, keberadaan Menteri Agama Gus Yaqut yang notabene adik kandung Kiai Yahya, juga dipandang memberikan keleluasaan untuk membangun komunikasi dengan PWNU dan PCNU di daerah yang notabene banyam yang berkhidmat di Kementerian Agama. Selain itu, secara politik, Kiai Yahya dianggap sebagai tokoh baru yang berpotensi men-set up ulang pola relasi antara NU dengan sejumlah stakeholders dan simpul kekuatan politik di Tanah Air," kata Umam.
Baca juga: Pengurus Kiai PBNU Meminta PKB Diperbaiki, Dulu Diancam Carok Saat Dirikan Partai
"Sejauh ini, atmosfer politik mengindikasikan Gus Yahya berpeluang menang dalam kontestasi di Muktamar ke-34 kali ini," imbuh dia.
Terlepas dari itu, menurut Umam, Yahya Staquf, masih punya pekerja rumah untuk mengklarifikasi terkait isu 'pro-Israel yang seringkali dikaitkan dengan kehadirannya di sebuah forum internasional di Tel Aviv beberapa tahun lalu.
"Jika Gus Yahya mampu menetralisir dan menjelaskan alasan kehadirannya di forum internasional tersebut dengan baik pada PWNU, PCNU, dan PCI-NU, maka besar kemungkinan ia mampu mengonsolidasikan kekuatannya untuk memenangkan kontestasi di Muktamar ke-34 ini," ucapnya.
Sementara itu, menurut Umam, Said Aqil yang memimpin NU selama 10 tahun terakhir, telah membangun akar yang cukup kuat di tingkat wilayah, cabang dan juga cabang istimewa. Said Aqil juga dinilai merupakan figur yang tegas dalam menyikapi tren fundamentalisme Islam di Indonesia.
"Menjadi tokoh sentral yang berhasil mengawinkan pasangan Presiden Jokowi-Wapres Maruf Amin sebagai representasi bersatunya kelompok nasionalis dan Islam moderat di Pilpres 2019 lalu. Artinya, Kiai Said memiliki hubungan erat dengan Istana Presiden dan Megawati sebagai pemilik saham utama pemerintahan saat ini," ucapnya.
Namun demikian, lanjutnya, Muktamar NU lebih ditentukan sikap para pemilik suara yang pada saat tertentu, cukup sensitif pada narasi-narasi kontroversial. Misalnya, soal narasi 'pentingnya regenerasi' hingga 'kuatnya nuansa politisasi PBNU'.
"Karena itu, untuk memenangkan kompetisi Muktamar kali ini, tim Kiai Said harus mampu menjaga basis pendukung loyalnya dengan menetralisir narasi-narasi sensitif itu, yang belakangan terasa cukup efektif mempengaruhi sikap keorganisasian sejumlah pimpinan PWNU dan PCNU di sejumlah wilayah," imbuhnya.
LPJ KH Said Sudah Diterima
Selain itu, Laporan pertanggung jawaban (LPJ) PBNU era Said Aqil Siroj diterima peserta sidang pleno Muktamar NU. Said Aqil mengaku yakin bisa jadi Ketua Umum PBNU lagi.
"LPJ diterima," ujar Said Aqil di Lampung, Kamis (23/12/2021).
Dia mengatakan Muktamar NU harus menghasilkan keputusan yang terbaik. Said Aqil bersyukur LPJ diterima dengan baik oleh peserta Muktamar NU.
"Harus lebih baik lagi, Muktamar harus menghasilkan keputusan yang lebih bermanfaat untuk bangsa dan negara. Yang penting LPJ tadi diterima diapresiasi oleh seluruh cabang yang hadir. Alhamdulillah LPJ diterima dengan baik," terang Said Aqil.
Baca juga: Sebut Gus Yahya dan Gus Ipul Politisasi PBNU, Cak Imin: Nggak Sopan!
Said Aqil mengatakan dirinya menyerahkan urusan pemilihan Ketum PBNU kepada para muktamirin. Namun, Said Aqil mengaku yakin menjadi Ketum PBNU lagi.
"Saya hidup terus optimis tidak pernah pesimis. Pemilihan terserah Muktamirin dong, terserah muktamirin bebas gimana nuraninya masing-masing," kata Said Aqil.
Sebelumnya, sidang pleno dengan agenda pembacaan LPJ PBNU di bawah kepemimpinan Said Aqil Siroj berakhir. Sidang pleno sepakat menerima LPJ PBNU era Said Aqil.
Sidang pleno digelar di gedung serbaguna UIN Raden Intan, Lampung, Kamis (23/12/2021). Sidang dipimpin oleh Prof M Nuh.
Sidang digelar secara tertutup, tapi suara dari ruangan sidang terdengar lewat loudspeaker di luar lokasi sidang. Sidang diawali pembacaan laporan pertanggung jawaban oleh Said Aqil.
Setelah itu, sejumlah peserta pleno menyampaikan pandangan. Barulah kemudian M Nuh sebagai pimpinan sidang mengambil kesimpulan.
Atas dasar itu, sidang pleno menyepakati laporan pertanggungjawaban PBNU era Said Aqil diterima. Para peserta pun langsung melantunkan selawat.
"LPJ sudah selesai dan sudah diterima," kata Sekretaris Pimpinan Sidang, Asrorun Niam.
Reporter: Amrizal
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi