Optika.id. Surabaya. Alumni SMPN III (Sekolah Menengah Pertama Negeri III) Tahun 1974, Surabaya, membentuk grup reuni bernama Prabaners74. Nama Prabaners74 diambil dari nama jalan Praban, alamat SMPN III, di Surabaya. Dibentuk Tahun 2010, saat reuni pertama. Sekretariat dan pusat aktivitasnya di Surabaya. Prabaners74 juga punya perwakilan di Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Malang, dan beberapa kota lain di Jawa dan luar Jawa. Anggotanya ratusan orang. Aktif semua.
Perwakilan itu terdiri dari anggota Prabaners74 yang aktif dan sering komunikasi di daerah tersebut juga dengan Surabaya. Alat komunikasi mereka grup WhatsApp namanya Prabaners74. Setiap pagi hingga malam hari mereka bertegur sapa dalam grup WA Prabaners74.
Baca juga: Taat Hukum, PBNU Tegaskan Tak Lindungi Mardani Maming
Kami ngomong opo ae Cak. Isuk-isuk wis saling doa. Ngomong omah, ngopi-ngopi, kesehatan, kejadian, berita, lucu-lucu. Kecuali politik, kata Soetadji, Ketua Prabaners74 seumur hidup, kepada Optika.id, Senin, 27/12/2021.
Kita jaga benar duluran iki. Jangan sampai pecah gara-gara politik, urai mantan pesilat jalan Petemon Kali Surabaya itu. Bagi Prabaners74 masalah politik, kenegaraan, dan lainnya urusan pribadi masing-masing.
Nyaris tiap hari para konco (Prabaners laki-laki) kumpul cari warung kopi. Ada saja acaranya. Memang kelebihan mereka saat ini sudah banyak yang pensiun sehingga banyak waktu silaturahim. Dari sana banyak program macam-macam dibikin. Biasanya mereka mengumpulkan para konci (Prabaners perempuan) untuk mematangkan program tersebut.
Prabaners74 merupakan organisasi kota yang aktruistis. Saat ini grup seperti itu menjamur di kota-kota besar. Grup reuni sekolah dasar, sekolah esempe, sekolah esema, dan perguruan tinggi. Grup para orang tua namun atas dasar nilai memori puluhan tahun lalu. Surabaya mulai kebak grup reuni dan Prabaners74 adalah salah satu sudut dari grup tersebut.
Dari Komandan Qinyink
Ndan Qinyink, sapaan Djoko Subandrio, saat itu sebagai Danrem di Aceh, punya ide buat grup reuni esempe 3. Sampai Surabaya Qinyink kontak Soetadji.
Dua hari lagi kumpulkan konco-konco di Resto Banana Leaf (di jalan Manyar Kertoarjo Surabaya), kata Soetadji menirukan Qinyin, 15 April 2009.
Itu perintah komandan, Rek, kata Soetadji berseloroh.
Setelah perintah dari Komandan Korem Qinyink Soetadji segera bergerak cepat. Pada 17 April 2009 terkumpul 17 orang di Banana Leaf. Mereka antara lain Ali Imron, Priyanto, Indria Prasetya, Agus Heri, Supriyanto, Anoraga, Ashudi, Sutadji, Djoko Qinyink, Dradjad, Heri Sumanto, Indrawati, Erna, Ulya, Julie, Ida, dan Evelyne.
Setelah pertemuan itu pembentukan Prabaners74 terus digarap intensif oleh kelompok Surabaya. Soetadji yang mendapat amanah dari Qinyink dan kawan lainnya mematangkan pembentukan Prabaners74 melalui reuni pertama. Akhirnya 2010 alumni esempe 3 Praban reuni pertama di Resto Nine Surabaya. Saat itulah grup reuni Prabaners74 berdiri.
Prabaners74 Merajut Emosi dan Alienasi
Prabaners74 bisa merajut emosi, kerinduan, dan rasa persaudaraan dari sekolah SMPN III puluhan tahun lalu. Saat SMPN III mereka terkotak-kotak, ada grup, aktif sendiri-sendiri, dan banyak yang tidak saling kenal. SMPN III termasuk sekolah elite karena itu muridnya banyak yang berasal dari golongan menengah atas. Anak-anak kampung dan golongan sederhana dulu jarang yang masuk grup golongan menengah atas.
Setelah tua, para alumnus itu, bisa saling mengisi, saling memberi, dan saling berbagi. Ada imaji besar tentang SMPN III dan Prabaners74 sehingga orang yang tercecer puluhan tahun berkumpul dan berkomunikasi dalam imaji Prabaners74.
Tampaknya kota besar seperti Surabaya, Jakarta, Bandung, Semarang, Malang, dan sebagainya menyebabkan orang teralienasi (terasing) tiba-tiba mereka menemukan makna kembali dalam Prabaners74. Imaji dan kenangan 1972-1974 dirajut rasa kerinduan dalam ketuaan. Karena itu Prabaners74 mengambil moto Seduluran Sak Lawase (bersaudara seterusnya)
Banyak yang Sudah Jadi Orang
Alumninya banyak yang sudah jadi orang. Tersebar diberbagai profesi. Ada yang menjadi ahli bedah syaraf senior di Universitas Airlangga, Agus Turkan. Ada yang menjadi Sekretaris Daerah 2 periode di Kabupaten Bangkalan, Sad Syaiful Djamal. Sukesi waktu esempe sekolah pakai sepeda ontel menjabat jadi Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Kemas Aam Armansyah menjadi pelukis nasional yang sering keliling ke luar negeri. Sama dengan Herry Wahyono, pejabat Telkom yang sering keliling dunia.
Di Jakarta ada Kapten Tutang dinas di Corporate Private Jet, profesinya pilot. Juga ada dokter, Azizah Ariyani, dokter gigi Evelien, pengusaha besar Agus Yulianto, Heka Widya April Hertanto juga pengusaha sukses di Jakarta, Jenderal Angkatan Darat, Ndan Qinyink alias Djoko Subandrio. Lalu Julianty Subardhini berpengalaman puluhan tahun jadi pejabat di Pemkot Surabaya. Ada pula Ratih, Si Kecil lincah dulu, meniti karier di perusahaan swasta. Dan Ada banyak yang jadi dosen. Juga ada dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga. Dan banyak lagi.
Mereka yang tersebar itu saat kembali ke Prabaners74 justru memberi kepada kawan-kawan lainnya. Mereka bisa melepaskan status sosialnya dan kemudian larut dalam perkawanan dan persaudaraan.
Kita seperti menemukan saudara kita lagi disaat tua ini, kata Wietje dan Yuni Purwandari, bendahara Prabaners74.
Prabaners 74 Menggelinding
Prabaners 74 merupakan model gaya hidup perkotaan. Grup reunian kota, dasarnya sekolah esempe. Sebagai grup reuni kota mereka menjadi grup altruis: membantu masyarakat, sekolah SMPN III, bakti sosial, bikin sunatan massal, dan selalu peduli kepada anggotanya yang sakit hingga meninggal dunia.
Sejak reuni 2010, Prabaners74 telah membuat 12 kali acara reuni dan bakti sosial. Reuni dan aksi sosial itu 1. Reuni di Resto Nine Surabaya, 2. Reuni di Jogya, 3. Reuni di Bakpo Telo Lawang, 4. Reuni di Hotel Garden Surabaya, 5. Reuni di Villa Alit Trawas, 6. Reuni di Hotel Ayana Trawas, 7. Reuni di Hotel d'Season Surabaya, 8. Reuni di Resto Mahameru Surabaya, 9. Reuni di Warung Ndeso Trawas, 10. Ketemuan di Resto Agis Surabaya, 11. Reuni d Hotel Paragon Surabaya, 12. Reuni di Villa Alit Pacet Mojokerto.
Yang paling berkesan adalah mereka sangat ringan tangan dan ihklas membantu teman yg sakit .. kami rawat, kami urunan untuk beli obatnya, kami jaga dengan sepenuh hati hingga sampai meninggal, urai Soetadji yang didampingi Ratih sebagai Ketua 2.
Secara khusus Soetadji berterima kasih kepada kawan-kawannya antara lain Meidy Washington, Kessy, Yuni, Wietje, Ratih, Yani, Ida, Iin, Yeni, Rocmulyati... kemudian cak Anoraga, Ashudi, Adi suprayitno, Tony, Pipin (alm) Djamal, Herwah, Djoko Qinyink, Heka, Aam, Burtom, Sisminarto, Dradjat (alm), Agus Julianto, Mundy, Sisminarto, Herwah, dan banyak lagi. Menurut Soetadji semua anggota Prabaners74 saling bantu dan tanpa pandang bulu.
InMemoriam
Prabaners74 sebagai organisasi reuni cukup rapi. Mereka mencatat alumni yang wafat sebelum terbentuknya Prabaners74 dan setelahnya. Yang wafat sebelum terbentuk Prabaners74 antara lain Indra Pratika dari 3A, Dedy Rosyadi 3B, Abdul Hamid 3B, Tony Pramudiarso 3A, dan Peni Astuti 3D. ada beberapa orang yang wafat tapi belum tercover oleh Prabaners74.
Sementara itu yang wafat setelah terbentuk Prabaners74 antara lain 1. Sudarisman (Surabaya), 2. Sri Budiarso (Surabaya), 3. Windura (Jakarta, kelas 3C), 4. Wahyudi (Trenggalek), 5. Diana Hariani (Jakarta, kelas 3C). 6. Siti Mudjiarti / Yossiti (Surabaya, kelas 3E), 7. Lilik Aisyah (Surabaya, kelas 3E), 8. Arief Rubai (Jakarta), dan 9. Tawilah (Surabaya)
Di sisi lain alumnni yang wafat dan telah dinarasikan antara lain: Rooswarini, Agoes Soepramono, Komang Megayana, Herry Sumanto, Ulya Hamidah, Baktiono, Rini Puspitaningdyah, Hartini, Lik Anah, Imam Marthani Alam, Sunyoto, Rina Novianti, dan Prio Utomo. Bahkan yang wafat saat Pandemi Covid 19 antara lain: Pipin dan Wahyu Sudrajat,
Baca juga: CISSReC: Perlu Ungkap Asal-Usul "Big Data" 110 Juta Pendukung Penundaan Pemilu
Menulis Sejarah Cilik
Saking kompak dan rapinya, mereka bikin buku berjudul Prabaners74. Mereka menulis dirinya sendiri. Menulis sejarah sejarah cilik. Komunitas siswa Prabaners74 dalam data sederhana jumlahnya sekitar 318 orang. Itu data siswa kelas 3 Tahun 1974.
Data itu ditulis agar semua konco konci Prabaners74 tahu jumlah siswa 1972. Sementara itu yang aktif dan terdaftar dalam Prabaners74 jumlahnya kurang dari 160 orang. Dalam buku Prabaners74 itu yang ternarasikan sekitar 110 orang. Cukup banyak.
Buku ini dibuat agar anggota Prabaners74 bisa menengok masa 44-46 tahun lalu. Ada Djamal yang nuakal pol. Soetadji cilik tapi mbeling dan ada dimana-mana (kayak coca cola), tiap ada goro-goro di situ ada Tadji, Kessy sengsara nuntun sepeda bocor bannya, Ratih Si Bintang Cilik yang gesit, cantik, dan pemain sepatu roda handal, Yuli komandan upacara yang seksi, AGT (Agus Turkan) dibonceng kakaknya di palang sepeda ontel dengan kathok sedikit robek, Yanti dihukum duduk di meja guru, Adi Suprayitno suka keliling lihat kelas lain. Heka suka trek-trekan denga Tadji, Komang, dan Tutang.
Saat ini mereka semua telah menjadi orang tua: kakek, nenek, bapak ibu, dan orang tua yang melihat 46 tahun dengan ketawa senang. Bayangkan AGT anak hitam keriting dengan kathok lusuh itu kini jadi Doktor ahli beda syaraf senior di Universitas Airlangga, Tutang jadi pilot, Djoko Qinyink jadi jenderal TNI-AD yang gagah, dst.Heka jadi orang terpandang di Jakarta.
Herwah jadi pejabat Telkom yang keliling dunia. Kessy menjadi pejabat penting di Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Djamal yang nakal dan mbolosan itu menjadi Sekretaris Daerah Kabupaten Bangkalan. Dua periode lagi. Bukan soal prestasi mereka saat ini dan lucunya dulu itu tapi kebersamaan arek arek Prabaners 74 itu dalam persaudaraan besar dan tua saat ini.
Tulisan Aribowo
Editor: Amrizal Ananda Pahlevi
Editor : Pahlevi