Optika.id.Surabaya. Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, ditahun 2021 melakukan gebrakan cepat, terukur, dan luar biasa (out of the box). Resmi dilantik menjadi Wali Kota, Jumat (26/2/2021), kemudian melakukan langkah-langkah cepat. Ditahun 2021 dia merotasi lebih dari 1.500 orang pegawai: mulai dari lurah, camat, sampai dengan asisten.
Sebelumnya Eri telah melakukan rotasi 129 pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, Jumat (01/10/2021). Menurut Eri, langkah tersebut untuk memberikan layanan terbaik kepada masyarakat Surabaya. Kelurahan dan Kecamatan adalah ujung tombak bagi pelayanan masyarakat. Karena itu pegawai yang dirotasi harus mengubah mindsetnya, sambutan Eri saat pelantikan 129 pegawai itu di Graha Sawunggaling, lantai 6, Gedung Pemerintah Kota Surabaya.
Baca juga: Cuaca Surabaya 28 November: Panas Terik, Hujan Ringan, dan Potensi Petir di Malam Hari
Rotasi akhir 2021, dilakukan terhadap pegawai Pemkot (Pemerintah Kota) Surabaya sebanyak 1.400 orang, mulai jajaran bawah sampai dengan atas. Hari Jumat, 31 Desember 2021, itu Eri sekali lagi melakukan perombakan besar-besaran di Pemkot Surabaya.
Saya ingin sistem kerja di Pemkot berfungsi semua. Semua pegawai, dari rendahan sampai dengan walikotanya berperan semua, urai mantan Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya (Bappeko Surabaya) itu. Eri tidak ingin yang berperan hanya Kepala Dinas atau jabatan tertentu, sementara lurah atau camat kurang berperan. Bahkan staf perpustakaan pun harus berperan maksimal. Mereka semua harus berperan bagus di bidangnya masing-masing, keterangannya saat menerima tim Optika.id di ruang kerjanya, Balai Kota Surabaya, Lantai 2.
Menurut cerita Eri, beberapa bupati di Jawa Timur sempat berkomentar terhadap policy Eri itu. Kok berani ya? Kok bisa ya? Eri menjawab dengan santai, semua yang dilakukan atas dasar asesmen yang terukur dan menggunakan pihak ketiga juga. Harus obyektif. Tidak boleh subyektif: suka atau tidak suka.
Bahkan salah seorang stafnya mengingatkan: Awas ada Renja Pak? Saya pikir rencana kerja, eh, nggak tahunya rencana jahat,guyonnya disaat menerima Optika.id.
Saya tidak mau merotasi pegawai atas dasar suka atau tidak suka. Semua pegawai bagi saya adalah sama. Mereka orang-orang yang berpotensi dan bagus kapabilitasnya. Karena itu semuanya harus diberdayakan dan diberi kesempatan sama, uarainya penuh semangat.
Lebih jauh lagi, Eri memperkuat perencanaan kerja dan mengukur kerja mereka dengan dokumen kontrak kerja. Setiap jabatan, sekecil apa pun, diukur dengan dokumen kontrak kerja.
Mereka saya beri kontrak kerja: konsep kerja, arah kerja, dan target atau output yang harus dicapai. Jika dia tidak mencapai target kerja maka ada lembaran yang isinya mundur suka rela karena tidak bisa capai target, katanya tegas.
Lebih menarik lagi, semua target kerja itu harus diekspose secara terbuka melalui sistem digital. Kita semua bisa melihat target dan capaiannya. Mereka mencapai atau tidak. Di sisi lain, Eri mewanti wanti stafnya untuk saling kerja sama. Tidak saling bersaing dan menang-menangan sendiri. Ini sebuah orkestra besar untuk mencapai kemakmuran, kemajuan, dan Surabaya yang maju dan unggul, keterangan alumnus ITS (Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya) itu.
Beri Contoh Kongkret
Eri faham birokrasi macam mesin besar yang tidak mudah dirubah. Ada kultur dan kekuatan struktural yang tidak gampang dirombak.
Saya memulai karier dari birokrasi. Saya faham benar birokrasi Surabaya. Karena itu saatnya sekarang ini dikembangkan budaya baru: budaya kerja, budaya prestasi, dan budaya kerja sama dalam satu sistem besar,katanya lebih lanjut.
Eri bergerak ke bawah: berkantor di kelurahan dan RW (Rukun Warga) untuk memantau pelayanan kepada masyarakat. Saat itu juga semua persoalan di lapangan diselesaikan. Dia berikan contoh kepada semua jajaran birokrasinya agar meneruskan pelayanan masyarakat secara cepat, tepat, dan komprehensif langsung di tingkat bawah. Tidak perlu ditundah dan tidak terlalu birokratis.
Orkestra Birokrasi
Langkah Eri yang berani dan terukur itu mendapat respon positif berbagai kalangan.
Surabaya membutuhkan pemimpin yang cepat, progresif, dan demokratis, kata Prof Rahma Ida, MA, Ph.D kepada Optika.id lewat telpon, Kamis (6/1/2022).
Saya melihat Eri mempunyai visi kuat tentang kemajuan Surabaya. Tidak itu saja, dia mempunyai skills dan kapabilitas untuk mewujudkan visinya, urai pakar komunikasi Fisip Universitas Airlangga itu.
Baca juga: Banjir Parah di Greges Timur, Warga Desak Penanganan Cepat
Menurut Ida, Surabaya bisa bergerak cepat dan melompat jauh jika ditata dan digerakkan dengan perpaduan teknologi, manajemen modern, inovasi dari SDM (sumber daya manusia), dan perpaduan perekonomian yang lentur dan kreatif. Semua ada di Surabaya. Eri Cahyadi tinggal menggerakkannya dengan baik, komentar Ida.
Memperkuat Identitas Kepemimpinanya
Sementara itu Muhammad Arif Afandi, dosen Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya, mengatakan bahwa kelebihan Eri adalah kemampuan komunikasi politik dengan berbagai elemen masyarakat.
Menurut Andi peristiwa 10 parpol (partai politik) mendatangai rumah dinas Walikota Eri Cahyadi sebagai hal yang menarik.
Saat itu, pada Rabu (15/09/2021), ada 10 parpol menyerbu rumah dinas Eri untuk menyatakan dukungan dan apresiasinya dalam menangani pandemi Covid 19 di Surabaya.
Peristiwa itu sangat menarik, 8 parpol itu kan mengusung Machfud Arifin saat pilwali lalu, tapi belum setahun Eri berkusa sudah bagus komunikasinya sehingga kompetisi pilwali tidak tampak lagi. Itu modal penting membangun kota Surabaya, kata Andi.
Seperti kita ketahui, Rabu (15/09/2021) ada 10 parpol datang ke rumah dinas Eri Cahyadi. Adapun 10 parpol tesebut meliputi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrat dan Partai Nasional Demokrat (NasDem).
Perwakilan 10 parpol yang hadir meliputi Adi Sutarwijono (Ketua PDIP Surabaya), Sutadi (Ketua Gerindra Surabaya), Arif Fathoni (Ketua Golkar Surabaya), Johari Mustawan (Ketua PKS Surabaya), Mahsun Jayadi (Ketua PAN Surabaya), Robert Simangunsong (Ketua Nasdem Surabaya), Buchori Imron (Ketua PPP Surabaya), Musyafak Rouf (Ketua PKB Surabaya), Tjutjuk Supariono (PSI Surabaya) dan Junaedi (Sekretaris Demokrat Surabaya).
Kami apresiasi upaya-upaya wali kota dalam menangani COVID-19 di Surabaya termasuk mampu mendorong partisipasi publik untuk bahu membahu bersama pemerintah, kata Juru bicara silaturahmi 10 Parpol Surabaya Arif Fathoni saat pertemuan di rumah dinas Wali Kota Surabaya.
Baca juga: Eri Cahyadi Siap Lanjutkan Apresiasi dan Sanksi ASN untuk Pelayanan Publik yang Lebih Baik
Kemampuan komunikasi Eri tampak juga saat Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, berkoordinasi dengan Eri tentang rencana pembangunan transportasi satu jalur Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Eri dengan cepat menyetujui hal tersebut.
Jika melihat dari rangkaian langkah yang dikerjakan Eri saya memaknai mutasi 1. 500 lebih staf Pemkot dengan cara asesmen dan pihak ketiga itu sebagai pernyataan Eri untuk melangkah dalam jati dirinya. Jati diri yang berbeda dari model kepemimpinan Risma, kata Andi kritis.
Menurut Andi sejak Walikota dipegang Eri sebagian besar staf birokrasinya masih didominasi orang-orangnya Risma. Karena itu mutasi besar itu sebagai ke luarnya Eri dari dominasi Risma. Eri memerlukan birokrasi yang kuat untuk merealisir visi dan misinya.>
Secara analitis Andik menganggap hal yang wajar setiap pemimpin ingin menyatakan jati dirinya. Jati diri sebagai pemimpin yang mempunyai visi yang baik untuk Surabaya.
Memang pemimpin yang baik pada umumnya harus lepas dari bayang-bayang pemimpin masa lalu, simpulan Andik yang dosen Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya itu.
Tulisan Aribowo
Editor: Amrizal Anada Pahlevi
[removed][removed]
Editor : Pahlevi