Polemik Wahana 'Ngopi in The Sky' yang Ditutup Pemprov DIY

Reporter : Seno
1751183155

Optika.id - Banyak netizen yang membicarakan wahana 'Ngopi in The Sky', lantaran wahana ini dianggap yang pertama kali ada di Indonesia. Sayang seribu sayang, Wahana 'Ngopi in The Sky' di Teras Kaca Pantai Nguluran Kabupaten Gunungkidul akhirnya ditutup oleh Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Dengan alasan, faktor keselamatan belum terjamin. Penggunaan crane belum ada izin, dan tidak sesuai dengan spesifikasi barang.

Baca juga: Wabah Antraks di Gunung Kidul, Berpotensi Endemi? Cek Faktanya

Namun, kreativitas membuat wahana 'Ngopi in The Sky' ini diapresiasi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.

Sandiaga berharap wahana ini dapat kembali dibuka setelah memenuhi sertifikasi CHSE.

Dukungan Menparekraf Sandiaga Uno disampaikan melalui unggahan di akun Instagram @sandiuno, seperti dikutip Optika, Minggu (9/1/2022).

"Saya mendapat laporan bahwa setelah 4 hari beroperasi, wahana Ngopi in The Sky di Gunung Kidul ini ditutup oleh Pemda setempat karena belum adanya izin dan juga belum memenuhi aspek keamanan dan keselamatan," tulis Sandiaga, dikutip optika.id dari akun Instagramnya.

Sandiaga berharap, pengelola bisa memenuhi sertifikasi CHSE sehingga dapat membuka kembali wahana Ngopi in The Sky.

"Dengan adanya sertifikasi seperti CHSE yang menjamin adanya keamanan serta adanya kemudahan dalam perizinan, atraksi wisata yang mendapat respon positif dari masyarakat dan telah membuka lapangan kerja baru ini dapat segera dibuka kembali," jelasnya.

Sertifikasi CHSE yang dimaksud Sandiaga adalah sertifikat bagi Usaha Pariwisata, Destinasi Pariwisata, dan Produk Pariwisata lainnya untuk memberikan jaminan kepada wisatawan terhadap pelaksanaan Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan).

"Saya mendukung penuh ide-ide usaha inovatif masyarakat yang dapat meningkatkan sektor pariwisata dan membangkitan ekonomi di tengah pandemi," tukasnya.

Sandiaga juga menyebut wahana Ngopi in The Sky merupakan inovasi dari destinasi wisata di luar negeri.

"Kita harus bisa hadirkan atraksi wisata seperti di luar negeri #DiIndonesiaAja," harapnya.

Alasan Pemprov DIY Tutup 'Ngopi in The Sky'

Diketahui, setelah melakukan serangkaian evaluasi, Pemprov DIY memutuskan untuk menghentikan wahana Ngopi in The Sky.

Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji seperti dikutip Optika.id dari laman jogjaprov.go.id mengatakan meskipun ide dan kreativitas yang dilahirkan oleh pengelola sangat bagus, namun faktor keselamatan menjadi poin utama yang harus dipatuhi.

Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji mengungkapkan, dari hasil pemeriksaan, diketahui mobile crane yang dipergunakan penyelenggara adalah alat yang disewa dari luar kota.

Namun mobile crane yang digunakan seharusnya diperuntukkan untuk mengangkut barang, bukan untuk mengangkut manusia.

Informasi yang kita terima, penggunaan crane itu belum ada izin, penggunaannya tidak sesuai dengan spesifikasi barang itu tentu ini juga harus ada yang menjamin keselamatannya, nah itu ya kita hentikan dulu sampai persyaratan-persyaratan terutama sertifikasi keselamatan pengunjung itu terjamin," kata Aji.

Sementara, Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Rahadjo mengatakan, wahana ini memang dihentikan karena membahayakan wisatawan. Apalagi menurut Singgih, lokasi wahana yang berada di bibir pantai tentu sangat riskan.

"Penggunaan mobile crane yang tidak sebagaimana mestinya menjadi sorotan. Selain itu, posisi di tepi pantai tentu mengakibatkan tingkat korosi yang tinggi akibat angin laut yang membawa kadar garam yang tinggi. Oleh karenanya, CHSE pada pelaku wisata ini sangat penting untuk dikantongi lebih dahulu. Karena kalau terjadi kecelakaan akan menimbulkan multiplier effect yang luar biasa. Tidak hanya di tempat itu, tapi mungkin di tempat yang lain dampaknya, bahkan seluruh DIY," tukasnya.

Baca juga: Kunjungi Yogyakarta, Bamusi Surabaya Napak Tilas Perjuangan KH Ahmad Dahlan

Hal senada dikatakan Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul M. Arif Aldian. "Kami sudah ke lokasi dengan teman-teman perizinan, DPMPTSP, dan juga dari Disnakertrans kaitannya melihat kompetensi K3 (kesehatan dan keselamatan kerja)," katanya.

Pihaknya juga telah menemui owner wahana tersebut. Menurutnya wahana itu belum buka namun masih uji coba dan hari Minggu (2/1/2022) merupakan soft launching.

"Itu kan memang belum buka, mereka bilang gitu. Hari minggu hanya soft launching. Tapi kami bilang agar perizinannya diproses dan juga yang paling penting adalah safety atau keamanannya, safety-nya ini harus ada adjusment dari pihak yang berkompeten untuk melakukan penilaian alat yang digunakan wahana tersebut," imbuh Arif.

Pasalnya, lanjut Arif, kegiatan pariwisata berhubungan erat dengan jaminan keamanan wisatawan. Karena itu pihaknya menyarankan pengelola untuk betul-betul memperhatikan aspek keamanan penggunaan crane.

"Bicara pariwisata juga bicara safety, karena itu kita sarankan ke pengelola untuk mengurus, memproses tentang crane-nya itu, terus perizinan keamanan sejauh mana kan harus ada rekomendasi dari pihak yang berkompeten untuk melakukan itu," katanya.

CEO Teras Kaca Klaim Sudah Aman

Sementara itu, CEO Teras Kaca Nur Nasution menjelaskan, ide 'Ngopi in The Sky' terinspirasi tempat ngopi yang ada di luar negeri dengan menawarkan sensasi di ketinggian. Terlebih, Teras Kaca memiliki pemandangan yang indah dan cocok untuk merealisasikan ide tersebut.

Secara teknis, untuk gondola sendiri, Nur mengaku memilih yang berbentuk limasan. Nantinya, gondola tersebut diangkat menggunakan crane agar berada di ketinggian.

"Gondola sendiri dilengkapi kursi sebanyak 20 buah yang memutari meja dan di tengahnya ada ruang kosong untuk kru dan penyaji," ujar Nur dalam keterangannya beberapa waktu yang lalu.

Nur menyebut, saat mencapai ketinggian puncak sekitar 30 sampai 40 meter gondola dihentikan. Pada saat ini, pramusaji memberikan minuman pembuka dan crane lalu diputar ke sisi selatan lalu makanan dan minuman utama disajikan.

Baca juga: Muhammadiyah Tanggapi Polemik Jilbab di Sekolah Negeri di DI Yogyakarta

"Minuman inti serta biskuit disiapkan dalam nampan kecil. Nantinya pengunjung bebas memilih, kopi hitam, latte atau teh. Ini pertama di Indonesia. Kami sebut Ngopi in the Sky atau ngopi di atas awan dan ini memang dibuat khusus di Gunungkidul," katanya.

Nur mengaku wahana baru tersebut tetap aman. Pasalnya setelah 3 hari pemakaian pihaknya melakukan maintenance sling. "Setelah tiga hari penggunaan slink kita lakukan maintenance," katanya.

Selain itu, Nur kembali menjelaskan keamanan wahana baru yang diklaim sebagai pertama di Indonesia. Menurutnya crane pengangkat gondola sudah dilengkapi indikator beban digital.

"Bagaimana tidak amannya ya, kan 1 titik sling untuk mengangkat gondola itu 4 ton karena double dikali dua jadi totalnya 4 x 2 x 4 titik semua 32 ton, berat gondola cuma 3 ton. Jadi masih kelebihan banyak nggih, kemudian pemeriksaan rutin setiap hari untuk crane beserta fasilitasnya. Dan crane kami ada digital indikator beban jadi crane-nya sudah modern," lanjut Nur.

Nur juga menyebut hingga saat ini pihaknya masih dalam taraf uji coba wahana ngopi in the sky. Nantinya, jika semua aspek telah terpenuhi harga tiket untuk merasakan sensasi ngopi di atas ketinggian berubah.

"Untuk sementara uji coba saja dulu nggih. Kalau sudah lengkap dokumennya semua HTM-nya jadi 1 juta rupiah," pungkasnya.

Reporter: Amriza

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru