[caption id="attachment_14167" align="alignnone" width="215"] Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]
Ada beberapa orang atau tokoh di Indonesia yang mengeluarkan pendapat bernada negatif tentang negara atau bangsa Arab. Sejatinya kita, terutama generasi muda, banyak yang belum mengetahui bahwa bangsa Arablah yang pertama kali mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. Ini adalah sumbangan yang besar dari negara Arab dalam bentuk pengakuan kedaulatan tingkat intnernasional. Kali ini saya menulis tentang negara Arab yang dimaksud yaitu Mesir.
Baca juga: Suriah Jatuh
Mesir tidak saja menjadi negara pertama di dunia yg mengakui kemerdekaan RI, tapi presidennya, Gammal Abdul Nasser, juga menghadiahkan Gedung megah kepada presiden Soekarno yang sekarang berada di Gedung KBRI yang berlokasi di Kawasan elit di Kairo.
Dihalaman Gedung itu ada pohon mangga yang ditanam Soekarno. Pada taggal 17 Juni 2019, saya berkesempatan mengikuti Kongres Dunia ICSB (International Council for Small Business) di Kairo beserta dosen UNUSA Surabaya (Universitas Nahdlatul Ulamah Surabaya).
Selama di sana kami didampingi saudara Iqbal, anak muda Minang lulusan pondok pesantren Gontor dan Al-Azar University Kairo. Atas bantuan saudara Iqbal yang menelpon staf lokal Kedutaan Besar Indonesia di Mesir, kami akhirnya dapat diterima resmi oleh Atase Pendidikan Kedubes RI. Namanya Bapak Dr. Usman Shihab, MA.
Diplomat RI ini lulusan pesantren Gontor Jawa Tmur dan menjelaskan banyak hal tentang hubungan Indonesia degan Mesir termasuk keberadaan gedung pemberian Presiden Nasser diatas serta soal hubungan penddidikan.
Pak Usman menjelaskan bahwa saat kami diterima beliau ada sekitar 7.000 mahasiswa Indonesia yang belajar di Al Azhar University yang sebagian besar atas beasiswa dari Al Azhar. Perguruan Tinggi tua ini mengalokasikan Rp 22 miliar untuk beasiswa itu.
Sebaliknya pemerintah RI mengirim beberapa mahasiswa Mesir ke Indonesia, ke pesantren2 dan mereka menulis buku kenang-kenangan pengalaman mereka di Indonesia.
[caption id="attachment_14670" align="alignnone" width="300"] Foto koleksi pribadi[/caption]
Ketika saya sholat di Mesjidnya Al Azhar University terlihat banyak anak-anak muda dari Indonesia yang sedang belajar di Universitas ini. Disebuah rumah makan, saya bertemu pemuda dari Aceh yang menjelaskan bahwa tahun ini ada sekitar 500 pemuda Aceh yang belajar di Al Azhar. Iqbal menambahi bahwa dari Riau juga ada sekita 500 an mahasiswa di situ.
Mesir sebenarnya pendidikannya selain Al Azhar, ada beberapa yang terkenal, tapi tidak banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di situ, yang paling banyak ya di Al Azhar. Mesir juga dikenal memiliki tokoh dunia misalnya ada peraih hadiah nobel, ada ketua badan atom dunia, ada pemain sepakbola dunia Muhammed Salah dan sebagainya.
Baca juga: Lagi-Lagi Soal Komunikasi
Pak Usman menjelaskan bahwa Mesir sudah menganggap Indonesia sebagai saudara, tapi perdagangan masih belum besar, meskipun angkanya meningkat. Pihak pengusaha atau investor Indonesia atau negara-negara lain masih ragu untuk berinvestasi di Mesir karena keraguan terhadap sistim hukum dan keamanan di Mesir.
Negara ini selalu mengeluarkan undang-undang darurat yang setiap tiga bulan di perpanjang. Beberapa kali terjadi bom meledak yang menyasar turis di luar Kairo dan gereja di Kairo. Kami di wanti-wanti pak Usman agar tidak dekat-dekat tempat tertentu pasca meninggalnya mantan Presiden Mesir Mohammed Morsi- dari Ihwnul Muslimin. Terlihat juga kendaraan lapis baja di beberapa sudut kota Kairo dan tentara-tentara dengan senjata lengkap.
Indonesia di mata negara-negara Timur Tengah dan Afrika (seperti Mesir) sudah memiliki hubungan diplomatik yang kuat, ditambah dengan kesamaan agama. Namun dari segi hubungan ekonomi, investasi dan perdagangan hubungan Indonesia dengan negara-negara dikawasan itu seperti cinta bertepuk sebelah tangan.
Pasalnya masih sedikitnya investasi dan perdagangan Indonesia dengan negara-negara itu. Ini perlu ikhtiar kuat dari kedua belah pihak untuk meningkatkan perdagangan dan investasi tersebut. Major Export Destinations Indonesia atau tujuan utama ekspor Indonesia secara tradisional sejak dulu hanya ke Amerika Serikat dan Jepang (sekarang juga Cina).
Negara-negara kawasan teluk itu pun perdagangan dan investasinya hanya fokus ke Amerika Serikat dan Eropa, sementara ke sesama negara Muslim masih sedikit. Pak Usman menyampaikan uneg-unegnya bahwa high cost economy di Indonesia perlu dihilangkan. Karena banyak pengusaha Indonesia yang akan mengekspor produk-produknya ke Mesir, harus membayar biaya extra untuk ini-itu.
Baca juga: Kita Harus Paham DNA Media Barat
Sampai ada pengusaha Indonesia yang terpaksa membeli buah-buahan dari Thailand dan baru menjualnya ke Mesir. Hal ini ditempuh karena untuk menghindari pungutan-pungutan tadi. Di samping itu memang di Mesir masih ada banyak hambatan perdagangan seperti masalah njlimetnya hukum dan faktor keamanan di atas.
Tapi anehnya Cina berani menanggung resiko-resiko itu dengan berinvestasi membangun kawaasan baru yang disebut New Cairo. Kawasan ini ber hektar-hektar dikuasai Cina untuk membangun infrastruktur, gedung-gedung baru, perkantoran pemerintah baru seperti yang ada di Kawasan Putrajaya Kuala Lumpur Malaysia.
Wah Cina ini pokoknya sudah menguasai Afrika kata pak Usman. Dia mengatakan Cina kalau membantu tidak tanggung-tanggung misalnya membangun gedung-gedung baru di University of Suez, termasuk gedung laboratorium.
Saatnya bagi Indonesia mengembangkan hubungan ekonomi dengan negara-negara Arab termasuk Mesir. Hal itu mengingat negara dan bangsa Arab itu memiliki hubungan emosional keagaaan dan mereka jugalah yang ikut membantu perjuangan Indonesia untuk merdeka dari segala bentuk penjajahan.
Editor : Pahlevi