Heboh Soal Virus Baru NeoCov, Tak Perlu Panik Begini Alasannya

Reporter : Jenik Mauliddina
Heboh Soal Virus Baru NeoCov, Tak Perlu Panik Begini Alasannya

Optika.id - Temuan virus baru NeoCov atau Neoromicia Capensis ramai dibicarakan di jagat media massa. Virus ini disebut-sebut hampir sama dengan virus cikal bakal Covid-19? Apakah bahaya?

Dikutip dari Times of India, Senin (31/1/2022), para ilmuwan dari Universitas Wuhan dan Institut Biofisika Akademi Ilmu Pengetahuan China, menemukan fakta NeoCov sebenarnya sudah lama ada. Virus tersebut berhubungan dengan wabah coronavirus Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) pada tahun 2012 dan 2015, serta mirip dengan SARS-CoV-2.

Baca juga: COVID-19 Melonjak Lagi, Kemenkes Ingatkan Masyarakat Lengkapi Vaksin Booster

Masyarakat tidak perlu panik soal virus NeoCov. Pasalnya, NeoCov lebih dekat dengan MERS CoV karena kemampuannya menggunakan reseptor ACE-2 pada kelelawar, tetapi tidak pada manusia.

Hingga kini, penelitian terkait NeoCov tersebut belum ditinjau oleh rekan sejawat. Namun diketahui, virus yang menggunakan reseptor ACE2 kelelawar tidak dapat mengikat reseptor ACE2 manusia. Kecuali, terjadi mutasi yang signifikan.

"NeoCov dapat menggunakan reseptor ACE2 pada kelelawar, tetapi tidak dapat menggunakan reseptor ACE2 manusia kecuali terjadi mutasi baru. Semua hal lain yang dikatakan tentang virus ini hanyalah 'hype' (sensasional)," kata Dr Shashank Joshi.

Ahli virologi Dr Shahid Jameel menjelaskan, NeoCov ditemukan pada sejenis kelelawar. Sejauh ini, susunan genetiknya paling mirip dengan MERS CoV yang menular pada manusia melalui unta pada 2012.

Baca juga: Epidemiologi Imbau Peningkatan Covid-19 Jelang Libur Nataru

MERS tidak menular di antara manusia dengan sangat mudah. Manusia yang tertular umumnya terpapar dari kontak dekat dengan hewan infeksius. Namun begitu, dr Jameel tetap setuju jika pengkajian tentang NeoCov dilakukan lebih lanjut sebagai langkah antisipatif.

Hal serupa disampaikan oleh ilmuwan utama di CSIR-Institute of Genomics and Integrative Biology yang berbasis di Delhi, Vinod Scaria. Menurutnya, virus dalam bentuk alami tidak menginfeksi manusia.

Namun meski NeoCov ini menular dari hewan ke manusia (zoonosis) dan terhitung jarang terjadi, para ahli meyakini pengawasan rutin terhadap virus ini terap diperlukan untuk mengantisipasi penyebaran. 

Baca juga: Kasus Covid-19 Naik Jelang Nataru, Kemenkes: Masih Terkendali

Reporter: Jenik Mauliddina

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru