Pemerintahan Baru Wajib Memperbaiki Pendidikan

author Pahlevi

- Pewarta

Sabtu, 19 Okt 2024 17:42 WIB

Pemerintahan Baru Wajib Memperbaiki Pendidikan


Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah
 
Optika.id - Saya sebagai mantan dosen yang mengajar perguruan tinggi di Surabaya selama lebih kurang 26 tahun merasa sedih mendalam membaca dan melihat tayangan berita tentang perbuatan asusila yang dilakukan oleh guru maupun murid.

Tentu saya tidak boleh menggeneralisir bahwa dengan berita seperti itu lantas mengatakan bahwa akhlak para pendidik dan murid di Indonesia ini buruk semua.
 
Saya yang generasi tahun 1950 an beruntung memiliki psychological sequence atau tahapan kejiwaan yang normal terutama soal pengetahuan/pendidikan seks. Pada waktu di Sekolah Rakyat atau SR anak-anak seusia saya marah dan bisa-bisa berantem bila dijodoh-jodohkan sama teman kelas.

Baca Juga: Belajar Ilmu Komunikasi dari Pak Presiden

Di SMP mengalami tahapan suka sama lawan jenis - tapi masih dalam batas - batas ajaran agama dan tatanan sosial yang luhur, di SMA berlanjut ke tahapan ingin pacaran dan seterusnya.

Baca Juga: Tunjangan Perumahan DPR yang Wah!

Saya juga beruntung karena saya pernah mengenyam pendidikan Budi Pekerti yang mendidik saya harus memiliki budi pekerti yang baik, sopan santun sama orang lebih tua dan sesame sesuai dengan ajaran agama dan ada istiadat yang luhur.
 
Lalu saya terkejut membaca dan melihat tayangan video yang viral tentang anak SMA melakukan tindakan yang tidak pantas yaitu berhubungan badan dengan anak perempuan SMP di Kabupaten Demak. Saya mengelus dada ketika hubungan asusila yang dilakukan disebuah kelas itu ditonton ramai-ramai temannya sambil memvideo adegan tidak senonoh itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saya tidak habis pikir kenapa anak SMP tahapan kejiwaannya atau keinginan tahu tentang seks sudah melompat jauh melampau batas usianya. Sebelumnya ada berita yang juga viral seorang guru berumur 57 tahun berhubungan badan dengan murid perempuannya yang masih berumur 16 tahun di Gorontalo.
 
Saya membaca Astaghfirullah berkali-kali ketika membaca dan menonton berita viral tentang tindakan asusila itu karena sedih melihat kondisi pendidikan di negeri yang kita cintai ini dimana para pejabat pemerintahan dan parlemen tidak bosan  bosanya menggembar-gemborkan bahwa Indonesia nanti di tahun 1945 akan menjadi negara maju di dunia, Indonesia Emas kata mereka ini. Bisakah kita mencapai Indonesia Emas itu kalau sektor pendidikan kita amburadul. 
 
Ada banyak keprihatinan melihat anak-anak didik kita pada jaman Kurikulum Merdeka ini; yaitu kita akui banyak diantara mereka pintar-pintar, pintar IT, pintar menganalisa, pintar membuat konten di sosial media dan sebagainya, tapi tidak memiliki adab, sopan santun terhadap orang yang lebih tua.

Baca Juga: Dua Prajurit TNI Terluka Ditembak Israel

Mungkin saya berlebihan soal ini tapi jujur saya ketika menjabat sebagai Wakil Rektor pernah mengalami dipanggil sampeyan oleh mahasiswa atau mahasiswi saya. Dalam budaya Jawa kata sampeyan itu tidak pantas diucapkan kepada orang yang lebih tua atau orang yang harus dihormati.
 
Saya boleh bertaruh bahwa negeri kita ini akan gagal mencapai Indonesia Emas bila hanya fokus pada soal hilirisasi tambang, hilirisasi Nikel, pembangunan hotel mewah di IKN, infrastruktur berupa jalan tol, bandara dan Pelabuhan, pertumbuhan ekonomi harus mencapai 8%, ranking Indonesia akan meningkat menjadi salah satu negara maju di dunia dan sebagainya; tapi mengabaikan pembangunan sektor pendidikan, mengabaikan pengajaran agama dan moral, budi pekerti kepada anak-anak didik kita, mengabaikan pendidikan menghargai orang yang lebih tua.
 
Saya hanya berdoa semoga berita dan tayangan negatif tentang tindakan asusila di atas adalah isolated incident saja, atau kejadian yang bukan umum dilakukan pendidik dan murid, atau tindakan yang dilakukan oleh oknum.
 
Karena itu mau tidak mau pemerintahan baru nanti harus wajib fokus memperbaiki sistim pendidikan kita seperti yang dilakukan negara-negara maju lainnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU