[caption id="attachment_14568" align="alignnone" width="143"] Oleh: Ruby Kay[/caption]
Pertama kali belanja di IKEA, gue sempat merasa heran karena mesti beradaptasi dengan budaya 'self service' orang Swedia yang dibawanya ke Indonesia. Alhasil saat mau beli lemari, gue mesti mencari sendiri digudangnya yang maha luas. Geret trolly sendiri, sambil sibuk mencari letak barang yang ingin dibeli. Ternyata gak sulit, karena masing-masing barang punya penanda yang jelas. Begitu pula kalau bersantap direstorannya, habis makan mesti bersihin piring, sendok, garpu dan meletakkannya ditempat yang telah disediakan. Gak ada pelayan, mesti melayani diri kita sendiri.
Baca juga: Penerimaan Tenaga Ahli AKD di Lingkungan DPR RI TA 2024
Begitulah kemandirian yang sudah menjadi filosofi hidup orang Swedia. Pejabat Negara dan anggota parlemen di sana juga gak ada bedanya dengan warga sipil biasa. Gaji dan fasilitas untuk anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) Swedia jauh dari kata mewah.
Berikut ulasannya:
Baca juga: RUU Perampasan Aset Tak Masuk Prolegnas, ICW: Pukulan bagi Publik dan Pemberantasan Korupsi
- Sebagai Negara yang menghasilkan merk mobil mewah Volvo, ternyata DPR Swedia hanya menyediakan 3 unit mobil dinas yang diperuntukkan bagi 1 orang ketua dan 2 orang wakil ketua DPR. Mobil dinas itu hanya boleh dipakai untuk tugas-tugas kenegaraan, tak boleh digunakan untuk antar jemput sang pejabat dari rumah ke kantor. Bagaimana dengan anggota DPR biasa? Negara hanya memberi fasilitas gratis naik bus umum. Satu-satunya pejabat Swedia yang disediakan mobil dinas dan boleh dipakai untuk kegiatan apapun hanya Perdana Menteri. Sedangkan menteri biasa sama dengan anggota DPR, naik bis umum gratis.
- Anggota DPR Swedia apa disediakan rumah dinas seperti perumahan anggota DPR RI di Kalibata? Gak ada cuy. Anggota DPR Swedia hanya diberikan fasilitas apartemen type studio yang luasnya hanya 46 m². Jika anggota DPR mengajak istrinya untuk tinggal bersama di apartemen, maka Negara mewajibkan istrinya untuk membayar setengah dari harga sewa apartemen. Kenapa begitu? Karena yang jadi pejabat cuma suaminya, sedangkan istri tetap dianggap rakyat biasa. Hanya ada satu unit TV, sofa dan tempat tidur didalam apartemen tersebut. Mesin cuci? Ya mesti beli sendiri.
- Satu lagi, fasilitas apartemen itu hanya dikhususkan bagi anggota DPR yang bukan berasal dari Stockholm. Bagi yang berdomisili di ibukota Negara, silahkan tinggal di apartemen atau rumah yang sudah dimiliki sebelum jadi anggota DPR.
- Tidak disediakan staf ahli atau tenaga ahli. Jika mau bikin presentasi atau ngetik surat, anggota DPR Swedia harus membuat sendiri. Gak bisa nyuruh-nyuruh orang lain, karena memang gak ada staf yang bisa disuruh.
- Gaji anggota DPR Swedia sekitar 98 juta rupiah per bulan. Apakah nominal segitu besar untuk ukuran orang Swedia? Gak juga. Karena rata-rata penghasilan rakyat disana 40 juta perbulan. Besaran gaji anggota DPR Swedia hanya 2x lipat dari rata-rata penghasilan rakyat disana. Bandingkan dengan Indonesia. Rata-rata penghasilan rakyat 3 juta sebulan. Gaji anggota DPR 60 juta sebulan. Itu berarti sudah 20x lipat dari penghasilan rata-rata orang Indonesia. Tapi masih aja merasa kurang, kurang dan kurang.
- 94% anggota DPRD provinsi/kabupaten/kota di Swedia tidak menerima gaji bulanan. Kecuali bagi mereka yang masuk dalam komite eksekutif. Kok gitu? Karena menurut mereka jabatan anggota dewan adalah pekerjaan yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang.
Kalau begitu, apa spesialnya jadi anggota DPR Swedia?
"Yang membuat kami istimewa adalah kesempatan untuk ikut menentukan kebijakan Negara. Tugas utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistemewakan, mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi", kata Per Arne Hakansson, anggota Parlemen Swedia dari partai Sosial Demokrat.
Baca juga: MK Ingatkan Pembuat Undang-Undang Jangan Sering Ubah Syarat Usia Pejabat
Ruby Kay
Editor : Pahlevi