Optika.id, Surabaya - Keresahan masyarakat terkait pasokan minyak goreng murah yang kian langka terjawab. Kementerian Perdagangan menjamin pasokan minyak goreng bertambah seiring dengan penerapan kebijakan harga eceran tertinggi (HET) yang berlaku pada 1 Februari 2022.
Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kementerian Perdagangan Isy Karim mengatakan, stok minyak goreng terbatas disebabkan oleh distribusi pasokan yang belum optimal dari tingkat produsen.
Baca juga: 'Minyak Makan Merah' Bakal Diproduksi Januari 2023, Katanya Bakal Lebih Murah
Ia menilai, Harga Eceran Tertinggi (HET) merupakan solusi lanjutan atas masalah mahalnya harga minyak goreng pada akhir 2021 sampai awal 2022 serta kelangkaan pasokan. Kenaikan tersebut terjadi akibat melejitnya harga acuan crude palm oil (CPO). Sedangkan kelangkaan.
Pada 31 Januari, yang merupakan batas akhir pendistribusian minyak goreng yang bisa diklaim selisih harganya oleh BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) dipastikan akan terjadi peningkatan pasokan ke retail modern, ujarnya, Senin, (31/1/ 2022).
Isy menerangkan, saat ini pemerintah terus mendorong para produsen untuk mendistribusikan stok minyak gorengnya ke masyarakat. Distribusi dilakukan melalui pasar tradisional maupun gerai retail.
Pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi untuk minyak goreng dengan rincian minyak goreng curah Rp 11.500 per liter dan minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter. Sedangkan minyak goreng kemasan premium Rp 14 ribu per liter.
Pemerintah pun mengatur kebijakan domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO) untuk kelapa sawit. Seluruh eksportir diwajibkan memasok minyak goreng ke dalam negeri sebesar 20 persen dari volume ekspor mereka masing-masing. Harapannya, pasokan minyak dalam negeri terpenuhi.
Baca juga: Kejagung Segera Sidangkan Kasus Korupsi Ekspor CPO Minyak Goreng
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin mengatakan suplai minyak goreng kemasan ke pasar retail tidak memenuhi permintaan dalam beberapa waktu terakhir. Ia menyebut service level atau tingkat pemenuhan pasokan hanya 6 persen dari total pemesanan di seluruh gerai.
Jadi hitungannya kalau kami pesan seribu, yang datang 60. Kalau pesan 10 ribu, hanya datang 600. Yang jelas di bawah 10 persen, ujar Solihin saat dihubungi akhir pekan lalu.
Selain masalah pasokan, Solihin menyebut tingginya keinginan masyarakat untuk menyetok minyak goreng menjadi salah satu penyebab pasokan di pasar modern, swalayan, hingga gerai-gerai minimarket langka. Berdasarkan catatan Aprindo, stok yang semestinya cukup untuk dua pekan telah ludes sejak pekan lalu.
Kami jual stok yang ada semua, ujar Solihin. Untuk mencegah penimbunan, Solihin mengatakan sebenarnya manajemen toko telah membatasi masing-masing pelanggan membeli minyak goreng maksimal 2 liter.
Baca juga: Kasus Minyak Goreng Langka, KPPU Tingkatkan Pemberkasan 27 Perusahaan Nakal
Reporter: Jenik Mauliddina
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi