Pengamat Politik: IMM Harus Netral dan Jadi Pilar Kekuatan Masyarakat Sipil

Reporter : Aribowo
Pengamat Politik: IMM Harus Netral dan Jadi Pilar Kekuatan Masyarakat Sipil

Optika.id. Sebenarnya perbedaan antara pendapat Ketua Umum DPD IMM Jatim (Ketua Umumm Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jawa Timur), Firdaus Suudi, dan mantan Ketum IMM, Andreas Susanto, tentang isu politik tertentu adalah sesuatu yang wajar, kata Dr Wawan Sobari kepada Optika.id lewat WhatsApp 3/2/2022. Pernyataan Sobari itu diuraikan karena merespon perbedaan pendapat dari 2 orang tokoh IMM Jatim tentang proses Musda (Musyawarah Daerah) Partai Demokrat Jawa Timur (PD Jatim).

Lebih lanjut Sobari uraikan, sebagai mantan Ketum memang Andreas tidak boleh mengatasnamakan IMM Jatim. Begitu pula pendapat Firdaus yang tegas menyatakan pernyataan Andreas merupakan pernyataan pribadi, karena itu bukan pernyataan institusi IMM, urai Sobari lebih rinci.

Baca juga: DPD IMM Jawa Timur Siap Kawal UU TPKS

Menurut Sobari Organisasi Kepemudaan (OKP) biasanya netral secara formal kelembagaan, namun memberi kebebasan personal kepada individu anggota untuk berpolitik praktis atau politik afiliatif, kata dosen Fisip Universitas Brawijaya itu.

Idealnya, OKP memang netral agar tidak ewuh pakewuh saat mengkritisi pemimpin dan kepemimpinan, katanya. 

Diakui oleh Sobari OKP saat ini menjadi salah satu pilar CSO (civil society organization) penting. Posisi OKP bisa menggantikan parpol yang sedang tidak bekerja sebagai oposisi. Kekuatan parpol di DPR saat ini dikuasai politik koalisi mayoritas, urai dosen yang rajin penelitian itu. Menurutnya OKP ikut politik praktis justru mengurangi daya kritis terhadap Pemerintah, parpol, tantara, dan polisi, katanya.

OKP masih punya pijakan nurani, etik, dan idealisme, pungkas Sobari.

Pernyataan Ketum IMM Sudah on the Track

Menurut Ali Sahab, pengamat politik dari Fisip Universitas Airlangga, pernyataan ketum IMM, Firdaus Suudi sudah on the track. Apalagi dia ingin IMM netral dari kepentingan politik.

Soal dukung mendukung ketika tidak ada keputusan resmi kelembagaan berarti merupakam pernyataan pribadi, urainya saat mengomentari pernyataan Andreas Susanto.

Baca juga: Reog Ponorogo Milik Indonesia, IMM Jatim Tekankan Pentingnya Jaga Warisan Kebudayaan Asli Daerah

Menurut Sahab, aktivis mahasiswa ikut politik praktis sesuatu hal wajar. Apalagi itu secara pribadi. Sudah waktunya mahasiswa atau anak muda mewarnai politik praktis, katanya kepada Optika.id Kamis, 3/2/2022 lewat WhatsApp.

Sahab juga mewanti-wanti jika dalam konteks kelembagaan, apalagi setelah ada keputusan secara institusional maka semua harus tundak. Semua anggota terikat dan harus diperjuangkan Bersama, pungkasnya.

Beredar luas di media massa, Adreas Susanto menyatakan Emil Dardak layak menjadi Ketua DPD PD Jatim. Pernyataan Andreas itu dimaknai sebagai keberpihakannya kepada Emil Dardak. 

Sebagaimana kita ketahui Musda PD Jatim mengerucut 2 nama untuk menduduki Ketua DPD PD Jatim yaitu Bayu Airlangga dan Emil Dardak (Wakil Gubernur Jawa Timur). Bayu Airlangga, anggota DPRD Jawa Timur dan menantu Soekarwo (mantan Gubernur Jawa Timur), memperoleh suara 25 dari DPC Jawa Timur. Sementara Emil Dardak mendapat 14 suara. Proses Musda PD Jatim itu dilanjutkandi DPP PD (Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat) dengan agenda kedua calon tersebut menjalani fit and proper test

Baca juga: Sah! 21 Korda FOKAL IMM se-Jatim Dikukuhkan

Firdaus Suudi, sebagai Ketua DPD IMM Jatim yang baru, menyatakan IMM tidak berpihak dan netral terhadap proses Musda PD Jatim. Firdaus juga menyatakan bahwa pernyataan Andreas yang mendukung Emil Dardak adalah pernyataan pribadi. Bukan sikap IMM Jatim.

Tulisan Aribowo

Editor Amrizal Ananda Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru