Ajaran "Roso" Bapak Psikologi Islam Ali Bin Abi Thalib

Reporter : optikaid
potret/gambar Ali bin Abi Thalib

[caption id="attachment_12269" align="alignnone" width="173"] Dr. Sholikhul Huda, M.Fil.I Sekdir Pascasarjana Univ. Muhammadiyah Surabaya & Pengasuh Pesantren Bumi Al Quran Grand Masangan Sidoarjo[/caption]

Ali bin Abi Thalib merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW yang dikenal cerdas dan Arif. Ali bin Abi Thalib juga dikenal memiliki keluasan ilmu dan hikmah. Sehingga Nabi Muhammad SAW memberi gelar "Babul ilmu" atau pintunya ilmu, sehingga setiap perkataannya selalu menjadi perenungan sahabat yang lain.

Baca juga: Muhammad Ibn Abdullah dan Kebangkitan Arab-Islam

Diantara ajaran ilmu atau hikmah Ali bin Abi Thalib adalah ilmu tentang "Roso" atau dalam ilmu psikologi disebut ilmu empati. Sehingga bisa saya sebut Ali bin Abi Thalib adalah Bapak Ilmu Psyikologi.

Empati adalah kemampuan untuk berbagi dan memahami emosi orang lain. Dalam ilmu psikologi dikenal tiga jenis empati.
Pertama, empati afektif, yakni kemampuan untuk berbagi emosi dengan orang lain. Kedua, empati kognitif, merupakan kemampuan untuk memahami emosi orang lain. Ketiga, empati regulasi emosional. Ini merujuk pada kemampuan untuk mengatur sebuah emosi. (Kompas.Com)

Dibawah ini beberapa ajaran ilmu tentang "Roso" Ali bin Abi Thalib:
Pertama, Jangan bicara hartamu dihadapan orang miskin. Maknanya adalah kita dilarang sombong atau riya' terkait harta yang kita miliki. Terutama pamer kepada orang miskin hal itu dapat menyakiti perasaan mereka. Sesungguhnya harta yang kita miliki bukanlah miliki kita, tetapi hanya titipan ilahi, sehingga tidak sepantasnya kita berbangga yang itu miliki orang lain.

Kedua, Jangan bicara kesehatan dihadapan orang sakit. Maknanya kesehatan adalah hal yang sangat berharga, maka harus selalu di jaga sebagai wujud syukur kepada Allah. Sehingga jika ada saudara kita sakit yang harus kita lakukan adalah mendoakan dan memotivasi untuk sehat, bukan malah pamer seolah-oleh kita orang yang paling sehat tidak pernah sakit dihadapan orang sedang sakit.

Ketiga, Jangan bicara kekuatan mu dihadapan orang lemah. Maknanya adalah pada dasarnya kita itu lemah dihadapan Allah SWT maupun manusia, sehingga kita tidak sepantasnya menyombong diri akan kekuatan kita baik dihadapan Allah apalagi manusia yang dianggap lemah. Dalam pepatah terkenal dalam dunia persilatan "Ada Langit di Atas Langit". Maka seharusnya malah kita harus menolong terhadap orang-orang yang lemah dan terlemahkan.

Baca juga: Charles Martel, Membendung Ekspansi Islam ke Eropa Barat

Keempat, Jangan bicara kebahagiaan dihadapan orang sedih. Maknanya pada hakekatnya semua manusia ingin mencapai kebahagian dalam hidupnya. Bahkan untuk mencapai kebahagian orang melakukan beragam cara, mulai dari yang bener hingga salah.
Pada hakekatnya manusia tidak akan dapat kebahagian sejati dalam kehidupan ini, kebahagian sejati hanya ada di akhirat nanti yaitu bertemu dengan Allah SWT dengan ridanya. Sehingga manusia hanya diberi oleh Allah ikhtiar untuk mencapainya, oleh karena janganlah kita pamer kesenangan dihadapan orang terutama orang yang lagi sedih.

Kelima, Jangan bicara kebebasan dihadapan orang terpenjara. Maknanya hakekatnya manusia ingin merdeka dan bebas tidak ingin tertindas oleh siapapun. Namun terkadang masih ada praktek-praktek penindasan, intimidasi antar sesama manusia. Maka menjadi sangat penting bagi kita punya empati dan membantu terhadap orang atau kelompok-kelompok yang tertindas. Bukan malah ikut menjadi bagian dari orang atau kelompok penindas.

Keenam, Jangan bicara anakmu dihadapan orang yang tidak punya anak. Maknanya setiap orang yang sudah menikah atau berkeluarga pastilah mengingkan keturunan (anak) sebagai bagian dari kelanjutan keturunan dan perhiasan keluarga. Maka jika Allah sudah memberikan anak maka jaga, rawat dan didiklah secara baik agar menjadi generasi yang berkualitas secara ilmu dan adab. Maka sangat penting menjaga perasaan kepada orang yang sudah berkeluarga tetapi belum dikasih anak, karena adalah hal yang berharga.

Ketujuh, Jangan bicara orang tuamu dihadapan anak yatim. Maknanya kita harus selalu menghargai dan menyanyi anak yatim yang ditinggal orang tuanya. Perasaan anak yatim sangat sensitif karena mereka merasa ada yang hilang dalam hidupnya. Maka sangat untuk kita jangan banyak pamer atau cerita dihadapan mereka sesuatu yang mereka tidak punya,karena hal itu bisa membuat mereka "nelongso".

Baca juga: Politik Stigma Belanda: Tarekat dan Stigma Gila

Demikian ikhtiar memahami ajaran Roso dari Sahabat Ali bin Abi Thalib, semoga bermanfaat. Kebenaran dan ilmu sejati hanya milik Allah SWT, kita hanya diminta terus Sinau.

* Dr. Sholikhul Huda, M.Fil.I
Sekdir Pascasarjana UMSurabaya & Pengasuh Pesantren Bumi Al Quran Grand Masangan Sidoarjo

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Berita Terbaru