Optika.id-Ekonom senior yang belakangan merangkap menjadi pengamat politik nasional, Rizal Ramli kembali mengkritisi rencana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur. Menurutnya, proyek tersebut hanya akan menghambur-hamburkan anggaran.
melalui data yang diterimanya, Rizal Ramli mengatakan, tahap pertama pemindahan IKN baru memerlukan dana sekitar Rp600 triliun lebih. Nominal tersebut dinilai terlalu besar untuk menanggung proyek yang menurutnya tak terlalu penting.
Baca juga: Jokowi Soal Pindah ke IKN: Pindah Ibu Kota Jangan Dikejar-kejar
"Tahap pertama IKN ini kan anggarannya hampir Rp600 triliun. Nah, bayangkan itu. Jadi, itu cuma mau meroyek doang," ujar Rizal Ramli, Sabtu (5/2/2022).
Parahnya lagi, menurut Rizal, jumlah tersebut kemungkinan besar tak akan dipakai untuk keperluan seharusnya. Sebab, kata dia, pasti ada sekian persen yang masuk ke kantong pribadi.
"Mumpung masih 2 tahun lagi, ada duit Rp600 triliun di sektor itu. Pengalaman di Indonesia, minimum 20 persen, Rp120 triliun, bahkan mark up-nya lebih kadang-kadang. Di banyak proyek pembangunan infrastruktur ini bisa 30 persen," tuturnya.
Rizal Ramli menduga, IKN dibangun bukan untuk masyarakat lokal, melainkan untuk warga asing yang ingin membuka usaha atau tinggal di kawasan tersebut.
Baca juga: Muhammadiyah Ingin Dirikan Kantor hingga Fasilitas Kesehatan dan Pendidikan di IKN
"Jadi mau ada manfaat atau enggak, mau ditinggali atau nggak IKN-nya, mereka tidak akan peduli. Jangan-jangan negara lain yang duduki (IKN) dengan cepat. Jadi, saya ya mohon maaf, ini proyek ngada-ngada, diadakan supaya bisa dapet proyek," ungkapnya.
Meski demikian, Rizal mengingatkan publik untuk jangan khawatir. Sebab, jika pada Pilpres 2024 nanti dirinya menang, dia berjanji akan membatalkan proyek besar tersebut.
"Tapi kalau tidak pun ini kan cuma 2 tahun lagi, nanti presidennya yang baru insya Allah Rizal Rami, kita batalin proyek ngada-ngada ini," kata Rizal.
Baca juga: Puan Maharani Setelah di IKN: Rumah Oke, Tidur Nyenyak
Reporter: Angga Kurnia Putra
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi