Perang Tabuk The Last War of Prophet Muhammad SAW

Reporter : optikaid
Perang Tabuk The Last War of Prophet Muhammad SAW

[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="135"] Ruby Kay[/caption]

Perang Tabuk yang terjadi pada tahun 630 sejatinya tidak bisa disebut sebagai perang. Kenapa? Karena memang tidak pernah terjadi pertempuran, tidak jatuh korban jiwa dipihak tentara muslim maupun romawi. Kok bisa? Karena saat kaum muslimin mendatangi Tabuk, kaisar Heraklius dan pasukannya sudah lebih dulu ngacir meninggalkan medan perang. Hehehe....

Baca juga: Muhammad Ibn Abdullah dan Kebangkitan Arab-Islam

Perang ini dipicu karena kekaisaran Romawi timur tiba-tiba saja mengekspansi sisi utara jazirah arab yang letaknya sekitar 700 kilometer dari kota Madinah. Heraklius tak main-main, saat itu ia membawa 200 ribu pasukan dengan persenjataan lengkap. Rasulullah sebagai pemimpin kaum muslimin langsung mengambil sikap siaga. Gerakan pasukan Romawi mesti dihadang, jangan sampai mendekati Madinah.

Sejarah mencatat bahwa kaisar Heraklius kabur sebelum sempat berperang dengan pasukan Nabi Muhammad SAW. Ia tak menyangka kalau orang-orang arab bisa melewati gurun pasir maha luas. Apalagi saat itu musim panas, terik matahari bisa membuat manusia dan hewan terkulai lemas.

Tapi semangat juang para sahabat Nabi kala itu memang tak gampang menyerah. Mereka sudah siap bertempur, Madinah tak boleh hancur. Panas menyengat gurun pasir tak membuat 30 ribu pasukan mundur, mereka terus melangkahkan kaki. 700 kilometer yang kala itu mesti ditempuh dalam waktu normal 25 hari, ternyata bisa dipersingkat jadi 10 hari.

Melihat musuh datang lebih cepat dari waktu yang diperkirakan, Heraklius kebingungan. "Mereka itu manusia atau bangsa jin?!", ujar sang kaisar gusar, lututnya mulai gemetaran. Begitu tahu kalau yang dihadapinya adalah manusia-manusia pemberani lagi siap mati, Heraklius buru-buru memerintahkan pasukannya untuk membongkar kemah, lalu pulang kenegeri Syam yang kini bernama Suriah.

Baca juga: Charles Martel, Membendung Ekspansi Islam ke Eropa Barat

Heraklius yang semula sempat tersentuh dengan isi surat baginda Nabi. Heraklius yang sejatinya sudah mengerti kalau si pengirim surat adalah seorang manusia dengan ciri-ciri kenabian. Namun ia ingkar, kekaisaran romawi timur sebagai kerajaan besar tak boleh tunduk kepada orang yang berasal dari padang pasir gersang.

Begitulah sejarah penaklukkan Tabuk, sebuah momen dimana Rasulullah menang dengan mudah karena musuh sudah lebih dulu menyerah. Dua tahun sesudah ekspedisi Tabuk, Rasulullah meninggal dunia. Abu Bakar yang ditunjuk sebagai khalifah menggantikan Nabi Muhammad SAW lalu mengutus Khalid bin Walid untuk menaklukkan Busrah, kota administratif dekat Damaskus yang waktu itu menjadi ibukota kekaisaran Romawi Timur.

Dalam penaklukkan itu, Heraklius berhasil menyelamatkan diri ke Konstantinopel. Ia pergi meninggalkan kastilnya yang megah sambil berucap lirih, "selamat tinggal negeri Syam yang indah. Aku pergi dan takkan pernah kembali lagi."

Baca juga: Politik Stigma Belanda: Tarekat dan Stigma Gila

Sejak saat itu, 14 abad lamanya negeri Syam berada dibawah kendali kekhalifahan Islam. Syam (Suriah) yang dulu menjadi pusat peradaban dan simpul perdagangan antara Asia dan Eropa, akhirnya hancur karena perang saudara. Kini keindahan kota Aleppo dan Damaskus hanya tinggal cerita. Sisa kemegahan peradaban Islam maupun Romawi habis tak bersisa.

Ruby Kay

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Berita Terbaru