Bani Hasan: Kekerabatan Islam Yang Suka Menari dan Menyanyi

Reporter : Aribowo
Bani Hasan: Kekerabatan Islam Yang Suka Menari dan Menyanyi

Optika.id. Pagi itu sekitar 105 anak cucu Bani Hasan berkumpul: solat berjamaah, ceramah pendek setelah solat subuh, sharing antar keluarga, olah raga sambil menari, bermain dengan kuis, dan berfoto bersama. Acara yang banyak itu dilakukan oleh anak cucu Bani Hasan sejak Sabtu, 19/2/2022 hingga 20/2/2022, di sebuah villa di Pacet, Mojosari, Jawa Timur.

Persaudaraan Bani Hasan adalah perkumpulan keluarga Islam yang dimulai di daerah Ampel, Surabaya. Kata Bani dalam konsep Islam adalah keturunan atau anak cucu. Bani Hasan adalah anak cucu atau keturunan Hasan. Hasan adalah tokoh Islam daerah Ampel, Surabaya, keturunan Arab Hadramaut. Hasan adalah putra Idris dari Hadramaut yang menikah dengan orang Jawa. Hasan mempunyai 11 putra dan putri dengan 2 orang istri.  Dari 11 anak itu jumlah cucu Hasan sudah ratusan orang. Bahkan ada puluhan cicitnya. Karena itu perkumpulan atau persaudaraan Bani Hasan adalah perkumpulan keluarga Islam anak keturunan Hasan.

Baca juga: Muhammad Ibn Abdullah dan Kebangkitan Arab-Islam

[caption id="attachment_16532" align="alignnone" width="300"] Ada Kuis untuk Generasi Ketiga[/caption]

Perkumpulan Bani Hasan selalu mengadakan pertemuan rutin bulanan di Surabaya. Pertemuan itu selalu ada siraman rokhani Islam, solat berjamaah, dan biasanya ada arisan atau aktivitas sosial. Tidak itu saja mereka mempunyai grup WA yang setiap saat bisa tegur sapa, tukar informasi, bergurau, dan saling lempar ide. Perkumpulan ini berdiri sudah puluhan tahun lalu. Didirikan oleh anak-anak Hasan bin Idris dengan tujuan untuk memperkuat silaturahim keluarga dan nilai Islam. Karena itu fenomena kekeluargaan Bani Hasan dengan grup WA sama dengan gejala grup sosial lainnya di Surabaya. 

Generasi pertama anak Hasan sudah banyak yang wafat. Karena itu generasi kedua memperkuat perkumpulan itu dengan berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Sebagaimana perkumpulan sosial perkotaan saat ini yaitu aktif berwisata ke luar kota. Dulu generasi pertama Bani Hasan banyak aktif di Surabaya, namun saat ini banyak generasi kedua dan ketika sudah tinggal di luar Surabaya. Karena itu tempat ideal bertemu dan bersosialisasi nilai Islam ya ke luar kota. Bisa refreshing sekeluarga, suasana asri gunung dan hutan, dan berkumpul saudara jauh yang lama tidak bertemu.

Ada Tari Bali

Acara dimulai Ahad pagi. Mereka solat subuh berjamaah. Ada kultum (kuliah tujuh menit) sebentar. Setelah itu mereka berseragam kaos merah oranye, kumpul di halaman vila lalu senam bersama. Lagu India, Wulan Merindu, dan campur sari mereka putar untuk mengiringi senam dan nari bersama. Mulai dari putra generasi kedua hingga ketiga senam dan nari serempak. Yang hadir pagi itu sebagian besar generasi kedua, ketiga, dan ada keempat yang masih remaja dan anak-anak.

Pertemuan kali ini terbesar karena keluarga generasi kedua dan ketiga datang dari berbagai penjuruh tanah air. Keluarga dari Batam, Suyanto dan Ratih, Sumatera Utara, hadir. Keluarga dari Bali lengkap anak dan menantunya, keturunan Fakih Hasan. Keluarga Bali itu Titin, Oni, Rani dan Bambang, anak dan menantunya. Keluarga Bali ini menempuh jalan darat untuk acara ini. Lalu dari Lampung juga lewat darat beramai-ramai sekeluarga. Keturunan Bu Djulaikah dan Saleh yaitu Beta dan Wondo, mereka hadir dengan anak, menantu, dan cucunya. Mereka dating penuh semangat ke Pacet.

Juga keluarga dari Makassar selalu hadir dalam berbagai pertemuan keluarga Bani Hasan. Hadir juga keluarga dari Cilegon, dari Sidoarjo yaitu Mbak Hanik dan anak cucunya, keluarga Chovah (alma) dengan anak cucunya, Mariana dan anak cucunya, Alfafa dan keluarganya. Juga keluarga Gresik dari Hasanuddin (Cak Udin) sekeluarga dan Rudi dan Julifa sekeluarga. 

[caption id="attachment_16531" align="alignnone" width="300"] Tari Bali dari Keluarga Oni-Rani-Titin[/caption]

Sementara itu dari keluarga Surabaya lengkap: ada keluarga Muhammad Saleh dan Farida, Hasanuddin dan Dewi, Muhammad Amin dan Riza, Latifah dan Aribowo. Juga ada keluarga mas Ugik-Ceceh, dan Mas Udik. Semua kebutuhan makan pertemuan itu disuplai Nendra sekeluarga sebagai bagian konsumsi. Pertemuan kedua kali ini sangat ramai dan meriah. Enam bulan lalu keluarga Bani Hasan berkumpul juga di Pacet, meskipun beda vila, tetapi tidak sebesar kali ini.

Yang menarik keluarga yang kental agamanya itu ternyata suka senam, menari, dan menyanyi. Keluarga dari Bali dipimpin oleh Oni dan Rani sekeluarga menyumbangkan tari Bali yang Islami. Mereka memakai busana seragam paut yang bercorak Islam kemudian memakai mahkota ala Bali agar khas Balinya tampak, meskipun corak Islamnya kuat. Mereka menari Bali dengan luwes. Tidak hanya 4 orang ibu yang menari, tetapi dua orang suaminya ikut menari di belakangnya. Diiringi gamelan Bali. Mereka buat tarian kecil Bali Islam.

Baca juga: Charles Martel, Membendung Ekspansi Islam ke Eropa Barat

Pertemuan kedua ini beda dan khas. Kita rencanakan tiap tahun ada pertemuan besar seperti ini. Kali ini ternyata sangat meriah. Antusiasme keluarga besar sekali, kata Muhammad Amin, anak Abdurachman dan Aisyah, generasi kedua. Kakek satu cucu ini selalu terlibat kepanitiaan tiap rekreasi ke luar kota.

Ada Kuis untuk Generasi Ketiga

Acara diteruskan dengan kuis untuk anak generasi ketiga. Mereka diminta cerita tentang identitas kakek dan neneknya. Juga keluarga kakek dan neneknya. Setiap cucu Bani Hasan diminta cerita tentang Eyang Hasan dan anak-anaknya. Kemudian mereka diminta bernyanyi, mengaji, dan atau menari. Acara pagi itu memang terasa ramai dan guyup. Mulai cicit, cucu, hingga anak Bani Hasan tampil semua. Di tengah acara itu ada hadiah kecil yang dibagi-bagi.

Pertemuan seperti ini bisa kita rasakan perkembangan anak cucu Bani Hasan. Kita bisa rasakan perkembangan prestasi mereka juga agamanya, komentar sesepuh sekaligus kyai Farid Anwar. Cak Farid, panggilan akrabnya, adalah kyai Muhammadiyah Surabaya yang popular. Cak Farid selalu rasakan perkembangan nilai Islam anak cucu Bani Hasan. Dan Cak Farid, kyai dari anak cucu Bani Hasan itu, selalu jadi panutan dalam nilai keagamaan. Hampir berbagai acara sosial dan keagamaan selalu hadirkan Cak Farid.

[caption id="attachment_16535" align="alignnone" width="300"] Kyai Farid dan Cak Udin Penyanyi[/caption]

Lewat pertemuan ini kita bisa informasikan saudara saudara kita yang baru menikah, sakit, dan sebagainya. Ini ada pengantin baru meskipun sudah tua yaitu Mbak Ilum dan Mas Iqbal, kata Latifah pemandu acara sambil menunjuk Bu Ilum yang sedang duduk di pinggir lapangan. Pengantin prianya, Iqbal, tidak hadir dalam pertemuan itu.

Kita juga doakan saudara kita yang tidk hadir karena sakit, seperti Mas Toni Kartono, semoga cepat sembuh. Aamiin, kata Latifah lebih lanjut.

Baca juga: Politik Stigma Belanda: Tarekat dan Stigma Gila

Dalam pertemuan seperti itu biasanya antar keluarga saling memberi ole-ole untuk keluarga lain. Tiap keluarga biasanya membawa banyak roti, jajan, dan makanan lainnya. Karena itu pertemuan tersebut padat makanan, jajan, dan minuman.

Seperti biasanya pertemuan keluarga, setiap keluarga dipanggil satu persatu dan difoto satu persatu. Selesai foto tiap keluarga mereka berfoto bersama, baik generasi kedua maupun ketiga. Acara yang padat itu diiringi oleh permainan elekton Hasanuddin, dari Gresik. Cak Udin, begitu sapaan akrabnya, selalu berpenampilan dandy, pakai baju dan celana jean dan mengenakan topi cow boy. Penyanyi Bani Hasan ini selalu buat suasana riang dengan nyanyi lagu lama, biasanya Bee Gees.

Tulisan Aribowo

Editor Amrizal Ananda Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru