Kadin Jatim: Pemerintah Kurang Serius Wujudkan Swasembada Kedelai Nasional

Reporter : Denny Setiawan
word-image

Optika.id, Surabaya - Polemik fluktuasi harga kedelai menjadi kasus klasikal yang terus berulang. Saat ini, harga kedelai impor kembali melonjak menjadi Rp 11.000 per kilogram, naik dari harga normal sekitar Rp 9.000 per kilogram. Akibatnya, terjadi gejolak pada pengrajin tahu dan tempe hingga mereka melakukan aksi mogok produksi.

Kondisi seperti ini menurut Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto harusnya tidak akan terulang kembali jika pemerintah serius dalam mewujudkan program swasembada kedelai dalam negeri.

Baca juga: Etika Mengirim Undangan Online agar Rapi & Sopan

Ini karena Pemerintah tidak serius dalam mewujudkan swasembada kedelai nasional. Padahal swasembada pangan adalah hal mutlak yang harus dicapai oleh sebuah negara untuk menjaga keamanan ekonomi dalam negeri, tegas Adik Dwi Putranto di Surabaya, Senin (21/2/2022).

Seharusnya, komitmen untuk mewujudkan swasembada kedelai diwujudkan dengan membuat peta besar peningkatan produksi kedelai secara nasional. Namun dari data yang ada menunjukan produksi kedelai dalam neegri justru terus menurun.

Di Jawa Timur misalnya, pada tahun 2018 produksi kedelai Jatim mencapai sekitar 240 ribu ton, tahun 2019 turun menjadi sekitar 120 ribu ton. Dan pada tahun 2020 produksi kedelai meningkat turun menjadi 57.235 ton, sebaliknya konsumsi kedelai pada tahun 2020 mencapai 447.912 ton.

Artinya, program swasembada kedelai yang didengung-dengungkan pemerintah tidak jalan. Produksi kedelai justru semakin turun dan defisit kian tinggi. Harusnya, pemerintah memiliki starategi yang meningkat melalui peningkatan produksinya dalam setiap tahun, ungkapnya.

Apalagi pemerintah sebenarnya memiliki balai penelitian yang harusnya mampu menemukan varietas kedelai yang bisa ditanam di negara tropis dengan tingkat produktifitas yang tinggi.

Pertanyaan saya, dalam situasi yang sampai sekarang belum mencapai swasembada kedelai, apakah balai tersebut sudah menemukan varietas yang seperti itu melalui rekayasa genetika?" tanya Adik mengambang.

Alumni Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang ini mengatakan, sebenarnya di Jember ada satu perusahaan lokal yang sudah berhasil mengembangkan kedelai dengan kualiats dan produktivitas yang hampir menyerupai impor.

Baca juga: Akibat Resesi, Kadin Jatim Prediksi Nilai Ekspor Akan Berkurang 20 persen

Kedelai ini kan tanaman tropis, sehingga produktivitasnya rendah jika ditanam di Indonesia. Jika di Amerika produktivitas tanaman kedelai bisa mencapai 5 ton per hektar, maka di Indonesia produktivitasnya hanya mencapai 1,3 ton hingga 1,5 ton per hektar. Dengan rekayasa pembenihan, maka prodiktivitas benih kedelai yang dihasilkan oleh perudahaan lokal di jember ini bisa mencapai 3 ton hingga 3,2 ton per hektar, katanya.

Namun dukungan dari pemerintah untuk menyebarluaskannya masih belum terlihat. Menurut Adik harusnya dari varietas yang ditemukan tersebut, ada upaya kerjasama dan dukungan dengan membuat varietas demplot kedelai tersebut di berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Dari sini, pemerintah juga harus memberikan pendampingan yang serius agar petani mau dan bagaimana menanam kedelai dengan baik. Karena jika kondisi seperti ini terus dibiarkan, maka saya yakin kita akan sepenuhnya tergantung pada kedelai impor, tegasnya.

Reporter: Denny Setiawan

Baca juga: Tertarik Bekerja di Bagian IT? PT Siantar Madju Lagi Buka Lowongan Loh, Yuk Daftarkan Dirimu

Editor: Pahlevi

[removed][removed]

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru