Optika.id - Lebih dari sepekan semenjak dunia digemparkan oleh munculnya konflik yang tengah terjadi antara Rusia-Ukraina, hal ini lantas membuat seisi dunia waspada terkait timbulnya potensi konflik yang akan meluas ke wilayah-wilayah yang ada di sekitarnya.
Bagi para korban perang, hal ini merupakan suatu momok yang sangat menghantui mereka. Irina Khabaluk, seorang penduduk yang berasal dari Ukraina selalu terbangun setiap pagi bersama suaminya dan juga dua anak mereka yang masih kecil, diikuti dengan timbulnya perasaan cemas terhadap apa yang dapat ditimbulkan pada hari itu.
Baca juga: KTT Ukraina Terus Mengupayakan Konsensus, Tapi...
Di dalam apartemennya yang berada di kota pelabuhan Kherson, Khabaluk berada di garis depan pertempuran sengit untuk wilayah selatan Ukraina.
[caption id="attachment_17764" align="alignnone" width="300"] Kondisi sebuah Apartemen yang berada di distrik Tavricheskiy, Kherson, Ukraina[/caption]
Penembakan yang intens juga telah terjadi selama berhari-hari, sehingga membuat para penduduk setempat seperti dirinya menjadi ketakutan untuk meninggalkan rumah mereka sementara persediaan makanan yang mereka punya semakin menipis.
Hanya ada keterkejutan dan ketidakpercayaan, ungkap seorang manajer proyek bernama Khabaluk, saat sedang berbicara melalui teleponnya kepada media NBC News di Kherson, Jumat (4/3/2022).
"Kami berhenti mengucapkan 'Selamat pagi' satu sama lain ketika kami membuka mata, karena pagi tidak pernah baik lagi," sambungnya.
Ihor Kolykhaev selaku Walikota Kherson juga mengungkapkan kepada NBC News, Kamis (3/3/2022) kemarin, pasukan Rusia telah berhasil merebut kota berpenduduk 300.000 jiwa itu.
Hal tersebut akan menjadikannya kota besar pertama yang berada di bawah kendali Rusia semenjak invasi pertama dimulai seminggu yang lalu.
Sejak invasi berlangsung, Khabaluk berserta keluarganya memutuskan untuk tetap tinggal di dalam rumah mereka setelah terdapat laporan bahwa tentara Rusia menembak secara acak. Akan tetapi, Rusia membantah bahwa mereka menargetkan para warga sipil dari udara maupun darat.
Baca juga: Rusia: Ukraina Kembali Serang dengan Drone dan Rudal
Mengatakan itu menakutkan berarti tidak mengatakan apa-apa. Bahkan sulit untuk mengatakan hal-hal ini dengan lantang. Rasanya seperti mimpi buruk. ujar Khabaluk
Turut berlindung di dalam apartemennya, putri mereka yang tengah berusia 11 tahun dan putra yang berusia 2 tahun. Khabaluk juga mengatakan, mereka berempat tidur di lorong apartemen, dikarenakan ruang bawah tanah bukanlah tempat perlindungan yang cocok bagi bom. Dirinya juga mengungkapkan bahwa mereka tidur dengan pakaian yang lengkap, bahkan dengan sepatu mereka. Hal ini diperlukan apabila mereka ingin melarikan diri di tengah-tengah gelapnya malam.
Kami tinggal di apartemen dan pada dasarnya berdoa agar kami tidak terkena peluru, lanjutnya.
Khabaluk juga mengatakan bahwa mereka kekurangan makanan di kota, sebagian besar rak toko juga kosong meskipun toko kelontong tersebut buka selama beberapa jam sehari. "Dewan Kota juga sempat memberitahukan kepada para warga, pabrik roti kota masih beroperasi, dan roti akan dibagikan kepada warga secara gratis oleh pengemudi sukarelawan," terang Khabaluk.
Dirinya juga mengatakan, para warga kebanyakan memiliki cadangan makanan selama tiga hingga empat hari kedepan. Orang-orang juga sedang berusaha untuk tetap semangat, saling membantu sesama dengan makanan atau obat apa pun yang tersisa.
Baca juga: Sekjen PBB Mengecam Serangan Rusia yang Menewaskan 40 Warga Ukraina
Dunia perlu melihat apa yang terjadi di sini. Hal-hal menakutkan sedang terjadi," pungkasnya.
Reporter: Akbar Akeyla
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi