Penyebaran Islam yang humanis

Reporter : optikaid
Penyebaran Islam yang humanis

[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="145"] Ruby Kay[/caption]

Pernah beli rokok diwarung dekat rumah, asli penjualnya gak ramah. Cukup sekali beli rokok disitu, besoknya gue pindah kewarung sebelah.

Baca juga: Muhammad Ibn Abdullah dan Kebangkitan Arab-Islam

See, kesan ramah dan bersahabat itu penting banget dalam menjual barang/jasa. Gue gak bakal mau membeli barang dari penjual yang mukanya cemberut aja.

Kesan ramah dan bersahabat itulah yang menjadi value para penyebar Islam di nusantara. Mustahil Islam bisa berkembang pesat kalau yang membawa ajaran Nabi Muhammad SAW itu bersikap pongah dan arogan.

Bukan hal yang mudah menjajakan ajaran Islam ditengah masyarakat Hindu dan Buddha yang terbiasa memakan daging babi, mengkonsumsi miras. Lu gak bisa langsung teriak ini haram, itu haram, jelas bakal dapat penolakan.

Islam datang ke nusantara tanpa saingan berarti. Belanda yang seharusnya mengemban visi menyebarkan gospel malah bertindak arogan. Di Bali muncul perang puputan, bukti bahwa orang Hindu juga resisten dengan kehadiran Belanda.

Baca juga: Charles Martel, Membendung Ekspansi Islam ke Eropa Barat

Dipulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Maluku, nyaris tak ada penolakan berarti saat Islam mulai digaungkan oleh para pedagang dari arab, gujarat, tiongkok. Karena mereka menawarkan Islam dengan senyuman tanpa paksaan. Maka berbondong-bondong orang masuk Islam.

Akan berbeda ceritanya jika yang datang ke nusantara ini bangsa Portugis atau Spanyol. Kedua bangsa ini berhasil mengkristenisasi warga lokal di Amerika latin. Spanyol berhasil menancapkan pengaruh Katholik di Filipina. Di kepulauan Flores, Portugis berhasil mengkristenkan warga lokal yang semula menganut kepercayaan animisme. Itu berarti, Portugis dan Spanyol lebih humanis daripada Belanda. Mereka melakukan pendekatan persuasif saat menjajakan ajaran trinitas.

Melihat dari jejak sejarah itu, jangan pernah melecehkan Wali Songo. Ada maksud tertentu kenapa mereka menyebarkan Islam dengan akulturasi budaya lewat wayang dan gamelan. Jangan merasa diri lebih islami daripada para wali. Karena mereka jauh lebih paham tentang Islam daripada kita-kita ini.

Baca juga: Politik Stigma Belanda: Tarekat dan Stigma Gila

"Anyway, lu uda berhasil meng-islamkan berapa orang kok berani-beraninya melecehkan peran para wali?"

Ruby Kay

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Berita Terbaru