Optika.id - Dedi Mulyadi selaku Wakil Ketua dari Komisi IV DPR RI diketahui sempat menyampaikan pendapatnya terkait fenomena sulitnya mendapatkan bahan baku kedelai yang tengah beredar di pasaran. Jikapun ada, maka harga dari bahan pokok tersebut juga pasti akan melambung tinggi.
Kondisi tersebut kemudian menyebabkan produsen tahu dan tempe menjadi kesulitan untuk menjual hasil produksi mereka. Hingga pada akhirnya menyebabkan mereka untuk tutup sementara dan tidak melakukan produksi.
Baca juga: Airlangga Hartanto: Kinerja Ekspor dan Impor Indonesia Tembus Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah
Saat ini tahu dan tempe sudah normal dan ada dijual kembali di pasar, tetapi kemungkinan hal yang serupa bisa terjadi lagi selama kita tidak memiliki produksi yang cukup di dalam negeri dan semuanya tergantung pada impor. ungkap Dedi saat sedang berada di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (22/3/2022).
Ia kemudian berpendapat, bahwa Indonesia harus melepaskan ketergantungan dalam mengimpor bahan-bahan pokok seperti kedelai, sebab, ditakutkan pada akhirnya nanti akan menyebabkan masalah rantai ketergantungan yang akan berlangsung lama.
Kalau bergantung pada impor, maka akan dipengaruhi oleh fluktuasi perkembangan internasional. Ini menjadi problem, kalau negara punya ketergantungan maka sampai kapanpun (masalah) ini tidak akan pernah selesai, ujarnya.
Oleh karena itu, Dedi menyatakan bahwa pihaknya akan melaksanakan rapat dengan Kementerian Pertanian agar mendapatkan skema beserta pandangan yang jelas tentang masalah kedelai ini.
Selain itu, Dedi juga menerima terkait keluhan anjloknya harga daging ayam yang ada di pasaran. Diduga, terdapat suatu permainan pasar yang dilakukan agar kendali harga hanya bisa dipegang oleh para pengusaha besar.
Baca juga: Selalu Impor, Presiden: Kita Harus Banjiri Marketplace dengan Produk-produk Kita
Tiba-tiba kita mendapat keluhan, daging ayam di pasaran harganya jeblok. Kita punya prediksi bahwa jeblok-nya ini hanya bersifat sementara karena bisa jadi para produsen memproduksi dengan jumlah yang sangat banyak. tutur Dedi.
Dedi menyatakan, terjadinya hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan rusaknya harga pasar. Hingga menyebabkan rontoknya para pengusaha kecil dikarenakan tidak mampu bertahan dengan harga pasaran.
Pasarannya dibanting dengan jumlah yang over, sehingga jumlah barang di pasaran tersedia lebih banyak dibanding kebutuhan. Dampaknya harganya menjadi jatuh. Dan ketika harganya jatuh maka pengusaha kelas kecil yang akan rontok karena mereka tidak akan sanggup bertahan lagi. Hal ini menyebabkan adanya kebangkrutan secara massif dan harga akan dikendalikan oleh produsen besar yang pada akhirnya harganya bisa di-manage sesuai dengan keinginan (mereka), tutupnya.
Baca juga: Jaksa Agung Instruksikan Jajaran Awasi Barang Impor
Reporter: Akbar Danis
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi